KESEDIHAN DAPUR IBU
Oleh: Ibrahim Rasyid Zamzami
/1/
Kering kerontang daging ibu, merungkuh bersama dapur yang dirawatnya
Air mata mendidih di atas kompor membara api; berbaur wangi dapur
Wajah ibu gosong terbakar kenangan lagi dan lagi.
Aku tumbuh tambun dari sayur yang dimasaknya-
hendak merantau pergi; bertolak dari lantai-lantai tak berusia
Kukemas biji kopi robusta yang tumbuh dari kulitnya.
Ibu merebus kesedihan, mengaduk air mata garam bercampur keringat bawang.
Sambal goreng pedas di mata, dikemas rapi dalam kotak penyimpanan
agar bekal sempurna walau terpisah jarak sejauh mentari dan purnama.
Gelas-gelas kaca bersulang jantan; menyaksikan kepergianku
menimba pengetahuan di tanjung negeri seberang.
Hampir saja tangis ibu matang, terbakar tungku api perpisahan
Bagai hilir-mudik sungai, ibu menghanyutkan langkahku seorang-
mengiringi lambaian jerit mentari yang bergelegak terang-benderang.
Kutanam rindu di dada ibu, agar aku bisa memetik dan
memasaknya bersama-sama ketika pulang
/2/
Televisi tak menyiarkan berita hari ini, hanya kesedihan sedang berlangsung
di hati ibu yang timbul serupa asap-asap mengepul. Sesaknya menguap
ke langit-langit; menjuntai bayangan seseorang dalam ingatannya yang tumpul
Pagi tadi ibu memasak daging yang baru saja direnggut dari kulkas
kemudian memotong-motongnya di atas talenan terepas renyuk.
Maka tersayatlah serat daging dan kerinduan semakin khusyuk.
Melawan hari sendiri; tanpa bapak yang dahulu pergi; tanpaku yang
belum diizinkan kembali. Ibu merengus bersama dapur tua nan usang.
Mengunyah kacang toples sembari menasbihkan doa-doa dari tangannya
yang menguning petang. Tikus-tikus bersafari di kolong meja, juga laci-laci
mulut menganga- bertegur sapa dengan cecak liar; mengultuskan nyamuk
yang mendenging di perabot-perabot reyot nan lapuk.
/3/
Kening ibu mengering; tak dijajah bibir yang mengecup hening.
Maka kembali ia meramu sunyi, pun menumbuk usia senja dapurnya.
Di sana segalanya tumbuh sepanjang akar-akar masa kecil merambat kembang.
dan kenangan menyala lagi, lalu ibu memadamkannya sendiri lagi.
Bogor, 15 Februari 2022.
Nama I.R. Zamzami, lahir di Jakarta, 24 Maret 2000. Berdomisili di Kabupaten Bogor. Beberapa karyanya banyak termaktub dalam antologi puisi bersama. Instagram: @ir. zamzami. Whatsapp: 081285935483. FB: Ibrahim Rasyid Zamzami
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024