005

header ads

Menziarahi Makamnya Sendiri | Cerpen Fileski

 Dimuat Koran Sinar Indonesia Baru. 

25 FEB 2024.


Menziarahi Makamnya Sendiri

Cerpen Walidha Tanjung (Fileski)



Sang surya hampir saja tenggelam. Di balik reranting pohon gersang, penanda hari itu masih mengintip dengan sinar jingga keemasan. Setidaknya cahaya belum benar-benar sirna dari hamparan gundukan makam-makam itu. Ia tertegun, air matanya terjatuh di batu nisan, yang bertuliskan namanya sendiri, Nisrina Kumara.

Ia masih berusaha merenungkan tentang apa maksud dari semua ini. Ketika melihat makamnya telah dibuat, padahal ia belum mati. Anak perempuannya yang memberitahunya. Anak satu satunya yang kini hidup tinggal di Jogja. Bekerja dan tinggal bersama suaminya. Sementara Nisrina kini seorang diri, semenjak hari pernikahan anaknya, yang diboyong menantunya dari Surabaya ke Jogja. 


***


Anaknya bernama Lili. Dulu sebelum Lili menikah, Nisrina selalu menghabiskan waktu dengan Lili. Di kala liburan akhir pekan. Meskipun Lili sedang kuliah di Solo, Nisrina pun tak masalah harus naik kereta dari Surabaya ke Solo, untuk menemui anak yang satu satunya itu. Hanya anaknya itu lah yang bisa menepis kesepian di hatinya. Suaminya, entah kemana. Ada yang mengatakan sudah meninggal, ada pula yang mengatakan sudah bercerai dengan Nisrina, dan menikah lagi dengan perempuan lain di Bandung pada awal Januari 2024 lalu. 

Nisrina bekerja sebagai seorang pegawai BUMN yang berkantor di Surabaya. Setiap hari, baginya adalah perjalanan waktu yang sepi. Meski di sekelilingnya adalah keramaian pusat kota. Pun dia dipercaya perusahaan sebagai orang yang ditaruh di depan. Kecerdasannya dan parasnya yang lumayan cantik, membuat dia menjadi orang kepercayaan bosnya. Setiap kali ada pejabat yang datang ke kantor, ia ditugaskan untuk menemani. Karena ia pintar berkomunikasi dan bisa memperlakukan pejabat dengan baik, penuh keramahan. 

Siapa sangka, di balik wajahnya yang ceria dan penuh kehangatan, sebetulnya ia memendam rasa kesepian yang sangat mendalam. Beberapa sahabatnya yang tau tentang bagaimana beratnya hidup yang ia jalani, sering menyarankan dia untuk menikah lagi. Namun, trauma dan luka hati yang sangat dalam, membuatnya enggan untuk mau membuka diri pada kehadiran lelaki. Memang kehadiran lelaki bisa menjadi teman, menepis rasa sepi, namun setelah itu akan datang masalah-masalah baru. Seperti halnya kekecewaan, cemburu, merasa diabaikan, dan kurangnya perhatian. Itu yang membuatnya pilih hidup sendiri, ketimbang sakit hati karena lelaki. 

Makam itu dibuat sesuai pesanan Lili, dengan cara memesan pada penggali kubur yang ia kenal ketika masih tinggal di Surabaya. Penggali kubur itu pun membuatkan makam sesuai apa yang diperintahkan. Sepetak kuburan dengan batu nisan bertuliskan Nisrina Kumara. Selesai dibuatnya makam itu, ia kabarkan kepada mamanya untuk mengunjunginya. Lili tak bilang kalau di sana ada sebuah makam bertuliskan nama mamanya. 

“Halo Mama, sore ini ada waktu luang?” Tanya Lili via telepon.

“Mama nanti ada jadwal meeting dengan atasan, mungkin pulang agak sore, kenapa Lili?” Tanya Nisrina pada anaknya.

“Lili ingin mama mendatangi sebuah makam, yang ada di daerah Siwalan. Dekat kampus ada sebuah kompleks makam, nanti mama tanya saja pada penjaga makamnya, tanyakan makam terbaru yang ada di situ.” Lili menjelaskan. 

“Itu makam siapa sih Lili?” Tanya Nisrina penasaran. 

“Mama datangi aja itu makamnya, kalau tidak bisa hari ini, bisa lain hari. Pokoknya kalau mama pas sempat ada waktu saja.”

Lili menutup teleponnya, dan Nisrina pun mencoba membayangkan ada apa di makam itu. Selesai urusan kantornya di sore itu, Nisrina pun mengunjungi makam yang terletak di daerah Siwalan. Sesampainya di tempat penjaga makam, ia bertanya. Dan ia pun ditunjukkan dimana letak makam terbaru yang ada di situ. Beberapa meter dari letak makam, si juru kunci berhenti dan mengarahkan telunjuknya ke gundukan tanah yang baru digali. Nampak tanahnya masih basah, pertanda baru semalam makam itu ada. Nisrina pun melangkah sendiri menuju makam itu. Setelah tepat di atas gundukan, ia duduk jongkok. Memegang batu nisan dari makam itu. Bertuliskan namanya sendiri. Dalam batinnya, terjawab sudah kenapa Lili memintanya mendatangi makam itu. 

Mungkin Lili tidak ingin diganggu lagi. Mungkin Lili ingin menegaskan bahwa anaknya sekarang sudah punya rumah tangga sendiri. Tidak bisa menemani dirinya untuk jalan jalan lagi setiap hari libur. Mungkin Lili ingin membuat mamanya sadar, bahwa kenyataan harus diterima, kesepian memang hal nyata yang tak bisa dihindari oleh siapapun juga. Usia senja pasti akan menghampiri siapa saja. Siap tidak siap, manusia harus menerima. Sebagai siklus kehidupan yang menjadi keniscayaan yang tak terhindarkan. 

Semenjak saat itu, Nisrina tak pernah lagi menemui Lili. Ia ikhlaskan anak satu-satunya itu berfokus dengan rumah tangganya. Ia rela anaknya bahagia dengan kehidupan barunya. Ia pun menyadari, karakternya yang keras dan gampang marah, gampang tersinggung, gampang tersulut emosi, menjadikan itu tidak baik bila ia memaksakan diri menemui anaknya yang sudah menjadi seorang istri. Kalau dulu, Lili masih bisa memaklumi. Ketika Lili telat jemput di stasiun beberapa menit saja, kemarahan Nisrina tak terbendungkan. Karakter mamanya yang tempramental itulah yang membuat Lili sekarang berusaha untuk jaga jarak dengan mamanya. 

Nisrina adalah wanita yang perfeksionis. Sikapnya yang keras pendirian dan idealis itulah yang membuatnya bisa menduduki posisi penting di perusahaan. Kedisiplinannya dan rasa tanggung jawab yang tinggi, membuat iya dipercaya oleh pimpinan. Semua tugas yang diberikan, ia bisa selesaikan dengan sukses. Berbeda dengan kebanyakan pegawai di perusahaan itu, yang bekerja secukupnya, tidak begitu menggebu gebu mengejar target kesuksesan perusahaan. Waktu luang tak pernah mereka gunakan untuk diskusi tentang kemajuan, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya untuk ghibah membahas aib teman atau atasan. 

Sikapnya yang dingin itu, membuat Nisrina berada di posisi yang netral di lingkungan pekerjaan. Tak ada yang berani curhat padanya, mungkin karena Nisrina tak tergoyah untuk diajak transaksi informasi. Biasanya orang kalau mulai curhat, pasti juga mengharap lawan bicaranya untuk ikut curhat juga. Saling transaksi isi hati itulah yang membuat hubungan semakin rekat, menambah kedekatan, keakraban, saling ketergantungan, dan menjadi simbol kesetiakawanan. Karena mereka saling tahu rahasia antara satu dan lainnya, mau tidak mau kondisi seperti itu timbul rasa senasib dan memperkuat kekompakan. 

Berbeda dengan Nisrina yang sama sekali tak mau untuk diajak bertransaksi informasi. Baginya obrolan basa basi dengan rekan kerja hanya akan melemahkan dirinya. Begitu aibnya diketahui orang lain, meski orang lain itu bisa dipercaya menjaga rahasia, kedepan kita tak pernah tau, orang bisa saja berubah haluan, yang tadinya kawan bisa menjadi lawan. Sikap itulah yang membuat nisrina jadi tak percaya dengan siapapun. Baginya keramahan adalah kepalsuan untuk menyembunyikan maksud tertentu, dan yang berpotensi bisa menikam kita adalah orang yang begitu dekat dengan kita. Orang jauh tak akan mungkin bisa menikam kita. 

Begitulah sikap Nisrina yang membuatnya terlihat sangat kaku dan mudah kecewa dengan hal-hal yang diluar rencananya. Lili pernah membujuknya agar menjadi mama yang luwes, yang berusaha secukupnya, tak perlu terlalu keras dalam bersikap ketika menghadapi kondisi yang tak sesuai dengan apa yang direncanakan. Sebab bagaimanapun jengkelnya Lili pada mamanya, Lili ingin mamanya berumur panjang dan bisa hidup bahagia. Membuatkan makam untuk mamanya sendiri, ternyata tak membuat mamanya berubah jadi pribadi yang luwes pada sesama manusia. Malah makam yang dibuatkan Lili itu, membuat mamanya jadi rajin menziarahi makamnya sendiri, bercerita dan bercanda dengan batu nisan yang bertuliskan namanya sendiri. Dan itu rutin ia lakukan setiap sore di akhir pekan. 


***


Lili ditemani suami dan anaknya yang seusia remaja anak SMA, bernama Prita. Bertiga berkunjung ke Surabaya, Lili mengajak suami dan anaknya untuk menziarahi makam mamanya. Tepat di atas makam itu, mereka bertiga mendoakan Nisrina agar damai dan bahagia di alam yang abadi. Usai berdoa, sambil memegang batu nisan, Prita terheran-heran dengan batu nisan yang bertuliskan, Nisrina Kumara:  lahir 1975, dimakamkan 2024, wafat 2040. Lili pun menjelaskan pada anaknya, Mamanya mama secara fisik baru meninggal pada tahun 2040, namun jiwanya telah wafat sejak tahun 2024 ketika ditinggalkan suaminya. (*)





Posting Komentar

15 Komentar

  1. Baru kali ini liat cerpen sebagus ini, ceritanya yang betul-betul mengingatkan kepada kita kepada kematian, pokoknya bagus banget deh

    BalasHapus
  2. Baru kali ini liat cerpen sebagus ini, ceritanya yang betul-betul mengingatkan kepada kita kepada kematian, pokoknya bagus banget deh

    No wa:081370105839

    BalasHapus
  3. Keren banget cerpennya tetap menginspirasi mas filesky
    Wa: 085232010234

    BalasHapus
  4. Cerpen yang luar biasa, begitu menginspirasi, 082330204714

    BalasHapus
  5. Kukira Nisrina bakal jadi penghuni menur😭Plot twist di luar nurul😭
    WA: 081515293868

    BalasHapus
  6. Cerpen yang menyentuh perasaan hati seorang Ibu.Anak menganggap Ibu meninggal hanya karena sering tidak sependapat dengan sang anak.Ibu dianggap jiiwanya telah tiada.
    Wa 08154 222 3455

    BalasHapus
  7. Luar Biasa 👍Cerpen ini Sangat Layak untuk Menjadi Referensi dalam kehidupan Orang tua, anak dan Keluarga. Karna ada pesan Moral, Etika dan Karakter yang positif pada pemeren dari Cerpen ini. Smoga Sukses slalu buat Pembaca dan Penulisnya.

    BalasHapus
  8. No. Wa. 081366221173

    BalasHapus
  9. Pesan moralnya sangat dalam. Jadi merinding dan terbawa dalam alur cerita. Sempat kecewa dengan sikap lili, ternyata ada pesan khusus di balik sikapnya. Very nice story❤️
    0812 8495 6209

    Very

    BalasHapus
  10. Masya Allah cerpen nya sangat luar biasa. Sangat inspiratif dan termotivasi. Sangat menarik diterapkan dalam implementasi kehidupan nyata. 085213673190

    BalasHapus
  11. Bagaimana kalau saya bilang, "bikin lagi cerpen begini. Karena bagus."
    Saya dapat amplop, ndak, Mas?
    (Yin Ude, 085936555236)

    BalasHapus
  12. Masyaallah cerpen nya bagus sangat layak di kasih apresiasi, dan mengingatkan kita arti dari kehidupan yang sebenarnya
    "Garis finish kehidupan adalah menunggu kematian".

    085925351807

    BalasHapus
  13. Memang kehadiran lelaki bisa menjadi teman, menepis rasa sepi, namun setelah itu akan datang masalah-masalah baru. Seperti halnya kekecewaan, cemburu, merasa diabaikan, dan kurangnya perhatian. Itu yang membuatnya pilih hidup sendiri, ketimbang sakit hati karena lelaki.

    Ini yang kiranya menarik yang diungkapkan penulisnya. Tidak bisa disalahkan 100% tapi juga tidak bisa diamini. Memang tidak mudah karena diperlukan kebeningan hati untuk menanganinya maka pondasi agama memiliki peranan penting untuk mencoba di kekecewaan ini

    Moh. Ghufron Cholid
    Hp 087850742323

    BalasHapus
  14. Cerpen religius, disini menunjukkan atau membangun hubungan kesadaran antara manusia dengan Tuhan. Tetapi cerpen ini, tetap jenis pop 0821 4532 1557. SALAM

    BalasHapus
  15. Saya hanya bisa berkata cerpen ini keren. Penuh intrik tapi tetap mendidik. Alur ceritanya menggelitik tapi tetap menarik. Inspiratif dan meninggalkan pesan mendalam. Tokoh dan karakter tokoh yang dibangun sangat hidup. Keren Files. Salam karya jangan sampai kendor.

    BalasHapus

Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313