Lewat Kelahiranmu
Puisi-puisiku Belajar Berbicara
Ihya Nur Fawa'id
1.
Bu,
lewat puting susumu
bahasa mulai masuk ke dalam diriku.
Ia mengalir
dari bibir mungilku,
menuju tenggorokan,
hanya agar aku tak haus kata-kata.
Kau tak pernah mau aku menangis
terlalu lama,
Itu kau butuhkan, Nak.
Katamu kepadaku
yang masih hanya tahu bahasa bisu.
2.
Bu,
lewat tanganmu
kepalaku yang kertas kosong
mampu menyederhanakan sulitnya
kalimat sempurna.
Jari-jarimu
sabar mengurai rambutku yang
berketombe abjad-abjad salah ketik
yang kuhapus sembarang
dan kusumpahi dengan jalang.
Kau tak pernah mau aku bingung
terlalu jauh.
Kau harus mengkhatamkan itu, Nak.
Katamu, kepadaku, yang hanya
mau mengeja namaku sendiri.
3.
Bu,
Lewat kelahiranmu
yang baru kuhayati itu
puisi-puisiku belajar berbicara
A I U E O
G P P
Kau tak pernah memaksaku
untuk terlalu vokal.
Tubuhku, yang sudah berjilid-jilid
mulai meminjam kata-kata
yang ada pada dirimu.
Kau tak pernah berhenti
memasak huruf-huruf,
untuk dapat kumakan, dan kucerna
menjadi puisi, yang (kelak) utuh.
Kau, tak pernah berhenti
memelukku, dalam buku
yang kian hari, kian pudar
tinta di dalamnya.
Kalideres, Februari 2022
Ihya Nur Fawa'id. Pembaca asal Kalideres. Membaca puisi, prosa, dan sedikit esai. Sesekali menulis sesekali mengulas. Bisa disapa di @ihyafawaid_
Facebook: Ihya Nur Fawa'id
Nomor wa: 085724228059
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024