Misteri Prasasti Candi Lor
(Oleh : Diva Aurellia)
Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu objek wisata di Jawa Timur yang memiliki beberapa tempat wisata. Pesona indah tempat wisata, keasyikan situs bersejarah dan pesona budaya dan seni Kabupaten Nganjuk adalah alasan untuk mengunjungi lokasi ini.
Candi Lor salah satu tempat wisata yang bisa anda temukan di desa Candirejo kecamatan Loceret kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Pengaruh kerajaan-kerajaan yang dulu pernah berkuasa di Pulau Jawa, wilayah ini memiliki banyak peninggalan bersejarah, dari mulai senjata, perhiasan, prasasti, arca sampai candi. Di Jawa Timur sendiri banyak candi-candi yang tersebar di beberapa daerah, termasuk Nganjuk yang memiliki Candi Lor. Candi Lor yang disebut sebagai cikal bakal lahirnya kota Nganjuk ini memiliki arsitektur bangunan yang masih sama seperti dulu dan belum pernah dilakukan pemugaran atau renovasi walaupun beberapa bagian candi ada yang sudah rusak. Meski begitu, sepertinya kerusakan tersebut menjadi suatu daya tarik unik yang disukai pengunjung.
"anjuk ladang" sebagai tempat atau daratan yang tinggi dan berarti kemenangan yang gilang-gemilang tentunya bertentangan dengan isi Prasasti Candi Lor. Karena Anjuk ladang awalnya bukan nama sebuah tempat atau wilayah, melainkan nama seorang tokoh bernama Samgat Pu Anjuk Ladang yang tinggal di Kakatikan Sri Jayamerta.
Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, raja Mataram Hindu yang bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang (kemudian nama ini menjadi "Nganjuk") sebagai kawasan swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan melawan tentara Melayu.
Pada bangunan Candi Lor ini anda juga bisa menemukan 2 buah makam, yaitu Abdu Dalem Kinasih Empu Sindok yang bernama: Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Selain terdapat makam, juga kita dapat jumpai pohon yang sangat besar yang umurnya kurang lebih 500 tahun. Pohon kepuh ini berdiri di atas bangunan candi.
Tidak dipusatkannya peringatan hari jadi Kabupaten Nganjuk yang telah berjalan 25 tahun di situs aslinya, kompleks Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur memunculkan berbagai spekulasi dari berbagai kalangan. Lebih-lebih, hari jadi Kabupaten Nganjuk yang setiap tahun diperingati pada tanggal 10 April dipusatkan di Alun-alun Berbek dengan visual alegories boyongan ibukota Berbek ke Kabupaten Nganjuk, semakin menbambah keragu-keraguan akan validitas nilai hari jadi. Karena, antara kompleks Candi Lor, tempat ditemukan sebuah Prasasti Anjuk Ladang berangka tahun 937 Masehi, tanggal 10 April dengan peristiwa boyongan yang terjadi pada tahun 1880 Masehi, tidak memiliki hubungan sama sekali.
"Pemerintah daerah sudah waktunya untuk meluruskan sejarah yang salah agar generasi penerus tidak memahami cikal-bakal Nganjuk ini sebagai peristiwa boyongan ibukota Berbek ke Kabupaten Nganjuk. Apalagi filosofi peristiwanya sangat berbeda antara cikal-bakal hari jadi Nganjuk dengan peristiwa boyongan, harus tegas setiap peringatan harus dipisah dengan visual-visual perayaan menyesuaikan tingkat keakuratan sejarahnya masing-masing," jelas penulis yang berhasil menerjemahkan seluruh isi Prasasti Candi Lor ini.
Selain kejanggalan pada setiap peringatan hari jadi yang dikemas dengan visual prosesi boyongan, hal mendasar yang melatarbelakangi hari jadi Nganjuk adalah arti dan makna dari kata Anjuk Ladang, "anjuk" berarti tinggi, tempat yang tinggi atau dalam arti simbolis adalah mendapat kemenangan yang gilang-gemilang. Sedangkan "ladang" berarti tanah atau daratan (Prof. Dr. J.G. de Casparis, dikutif Harimintadji, dkk dalam Nganjuk dan Sejarahnya, (2003:50). Selanjutnya, kata "anjuk" setelah mendapat proses nasalisasi huruf "ng" di depannya, menjadi "nganjuk".
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313