Senyum rembulan menyinari penyair
Yang sedang mengaduk kata
Secangkir aroma kenangan
Mengaduk rotasi harapan
Yang berputar pada tumpunya
Hiruk pikuk kelakson kebisingan dari kejauhan
Berselimut kabut kedinginan
Memoar kerinduan kian membeku
Pada khatulistiwa yang melintang di kepalaku
Waktu itu telah sunyi
Flora, fauna sedang menikmati mimpi
Aku dan dia berlagak lugu
Mengundang sedikit tawa
Menggema di ruang hampa
Bersama kokokan ayam ketawa
Melihatmu laksana bintang kejora
Tak tahan ingin melihatnya
Menahan perihnya mata
Ketika rasa terkikis pesona
Melihatmu, memoar rindu yang tak kunjung pergi
Melihatmu, semerbak bunga bermekaran di pagi hari
Senyum tawa tiada henti
Sepoi angin yang dingin
Kini mengubah kehangatan
Semangat tiada henti
Hingga fajar tiba
Api unggun yang sedang membakar hati
Membaca diksi nyata
Menerima apa adanya
Datang membawa bukti
Namun, aku tak bisa membalasnya serupa
Ketika itu
Hingga saat ini
Sebuah kata yang berlabuh di gendang telinga
Kini terukir dalam lubuk
Bersemayam dalam mimpi
Kota Batu
Penulis :Muhammad Dzunnurain, Kelahiran Kota Keris Sumenep, 30 Juni 2003. Mahasiswa biasa saja menghabiskan waktu dengan membaca. Salah satu karya Puisi, Opini dan Esai pernah di muat di media online dan cetak di antaranya Majalah Sidogiri Edisi 179, Antologi Puisi “Patah”(2022), NegeriKertas(2022), Nolesa.com(2022), RumahBacaTv(2022), RumahLitersiSumenep(2022), Kompasiana(2022), Koran Harian Bhirawa(2022), TirasTime(2022). Bisa menghubungi langsung lewat surel muhammaddzunnurain63@gmail.com
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313