Elegi Srinthil
Mendung hari ini bukan sekadar mendung biasa
Mendung hari ini adalah mendung nanar
Menyimpan selaksa gundah tak terbayar
Menderu lantang di ujung ragu
Di balik senyum kepalsuan
Di balik raga yang pura-pura mati
Srinthil menjerit lengking
Harapan tercekik kelam
Pada hamparan ladang jiwa
Wajah srinthil pucat pasi
Menderu risau
Hati petani parau
Tertampar gelisah sepanjang kemarau
Sebab srinthil tergilas tanpa welas
Nela Nur Murosokhah
Temanggung, 25 Januari 2022
Secangkir Kopi dan kenangan
Ketika gerimis merayapi ujung senja
Secangkir kopi tertuang bersama kerinduan
Menyusun cerita purba
Dari wajah-wajah hampa
Beribu kisah kenangan menggantung dendam
Gagap mengeja jiwa
Bukan tidak sengaja
Untuk membasuh kerinduan
Betapa aku jadi pecundang
Di pelataran puri aku luruh
Jemariku tak mampu menyentuh
Rindu melayang rapuh
Ingatanku keruh mengaduh angkuh
Kini secangkir kopi dan kenangan adalah keterasingan
Setiap teguknya menyulam kepahitan
Di sudut mata nanar meninggalkan kepingan hati
Dalam senja menajam basah oleh gerimis
Jejak-jejak terpahat tragis
Kenangan tak senikmat secangkir kopi
Sebab kisahnya layak dilupakan
Nela Nur Murosokhah
Temanggung, 26 Januari 2022
Kabar Dari Pelaut
Tak ada bulan di atas kapal
Dan seakan tenggelam di antara deru ombak
Tak ada arah mampu di tuju
Tinggal kerangka terombang-ambing janji
Tiga tahun kaumelabuh
Namun tak sungguh-sungguh
Hati mati gelisahkan sunyi yang nyeri
Sendiri berdiam di masa lalu
Ingin kumerengkuh raga dan hatimu
Menciummu hingga hilang akal
Agar nyala biru laut
Dan aku ikut berlayar
Membawa bahagia untuk dinikmati bersama
Nela Nur Murosokhah
Temanggung, April 2022
Tak Usah Mengharap Hujan Bila Kau Takut Basah
Setiap malam kurengkuh kenangan
Melabuh pada mimpi yang dulu pernah singgahi
Pernah kita dalam satu perahu
Mengayuh rindu menuju pusaran cinta
Apa gerangan ini hanyalah kenangan
Seperti habis jejaknya
Hati mencinta hilang rasa
Kesetiaan tak lagi bermakna
Kukira kau akan pulang
Musim semi berlalu tak jua kutemukan
Sebab dirimu tak lagi menjelma hujan
Yang derasnya menggigilkan rindu
Kau hanya mendung yang tanya
Tak usah mengharap hujan bila kau takut basah
Nela Nur Murosokhah
Temanggung, 20 April 2022
Karam
Pernah kuperam jiwaku di laut keruh
Peluh mengucur keluh
Menderai jauh
Melenggang tak bertabuh
Ini bukan pertama kali
Derit perahu kehidupan
Menderu bak mesiu
Mengguncang pelukan
Sepasang pendayung kian jauh mengayuh
Terombang-ambing gelombang
Prahara merenggut
Tenggelam hilang samar
Kini kenangan tertunduk menunggu
Sekilas senyum tertuju
Kuraba dan kucium wajah yang memudar itu
Aku termangu menatap hidupku
Nela Nur Murosokhah
Temanggung, 19 April 2022
Nela Nur Murosokhah, lahir di Temanggung, 18 Februari 1990. Lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar. Saat ini ia bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kandangan. Tergabung dengan komunitas sastra yaitu KSS3G (Keluarga Studi Sastra 3 Gunung Temanggung). Beberapa karya puisinya yang terhimpun dalam antologi bersama, yaitu Antologi Puisi Duka Gaza Duka Kita (2014), Antologi Puisi Progo 3 (2015), Antologi Puisi Ambarawa Seribu Wajah (2016), Antologi Puisi Duka Pidie (2017), Antologi Puisi Progo 4 (2017), Antologi Puisi Menyandi Sepi Penerbit Toggak Pustaka Yogyakarta (2017), Antologi Puisi Perempuan di Ujung Senja Penerbit Toggak Pustaka Yogyakarta (2017), Antologi Puisi Kepada Hujan di Bulan Purnama Penerbit Toggak Pustaka Yogyakarta (2018), Antologi Puisi Progo 5 (2018), Antologi Puisi Cermin Waktu Penerbit bukukatta TBJT(2019), Antologi Puisi Penyair dan Rembulan Penerbit Toggak Pustaka Yogyakarta (2019), Antologi Puisi Di Rumah Kecil Itu, Aku Membaca Ibu Penerbit bukukatta TBJT(2020), Antologi Puisi Progo 6 (2020), Antologi Puisi Rahasia 7 Hati (2021), Antologi Puisi 121 Purnama (2021). Kini ia tinggal dan beralamat di jl. Perintis Kemerdekaan, Joho RT 05/ RW 02 Temanggung.
WA : 081227072756
IG : Nella Paras Beauty
FB : Nella Nur Murosokhah
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313