005

header ads

Puisi Fileski | Isyarat Hujan dan Bunyi Keabadian

 Gejolak


Tiap kali kupandang kaki langit yang jauh

Kurenungkan jiwa akan terus bergejolak

Bersama amarah,

Dari wajah senja yang terbelah

Gejolak jiwa mewarnai separuh langit

Ingin kusaksikan keheningan yang pertama

Ketika jiwa menyesap tubuhnya

Sebagai tanda bagi semesta

Aku terkapar di antara jurang-jurang

Yang berhimpitan di antara reruntuhan kehidupan

Kusangsikan tahun demi tahun yang terlepas

Bagaikan jiwa-jiwa yang terhunus



Isyarat Hujan


Bersenandunglah di antara gerak rumput-rumput hijau

Atau termenung saja mengamati senja

Siapa tau pelangi akan muncul menyapamu

dengan kesedihan bibirnya yang melengkung

Namun yang hendak dikatakannya

Adalah suara yang tersembunyi dari yang kau tahu selama ini

Bersenandunglah dalam naungan langit yang menahan duka

Atau menjajaki belantara kesedihannya

Karena hujan yang pulang adalah kawan dari lautan

Yang membasahi ladang-ladang miliknya

Inilah isyarat

Namun hatimu telah tuli untuk merasakannya


Surabaya, 2013



Bunyi Keabadian


Layaknya Sang Naga yang tertidur abadi

Sungai berkelok mengalir ke samudera

Di antara lembah dan puncak, barisan cemara

Terlihat berkilau dalam balutan singasana pagi

Kicauan rimba merantak dari lereng gunung

Sang Fajar,

Jalan setapak menyisir di rentetan pohon asam

Memisahkan dua pemakaman kembar

Dan kesunyian yang merasuk menyisakan bunyi keabadian

Seolah menembangkan lagu kematian silam

Kuda meringkik dari ladang peraduannya

Mata jingga yang mendaki di balik debur samudera

Seolah mengusir kerlip perhiasan sang malam

Cakrawala berganti jubahnya, seiring kibasan sayap sang surya

Hingga kilauan menusuk pori-pori

Namun jiwaku tetap membeku tanpa suhu


Tuban, 2013


Posting Komentar

0 Komentar