tanganku tak bermimpi menjadi sepasang sayap yang dapat membuatku terbang jauh. hanya ingin mampu memeluk tubuh sendiri saat kesedihan melanda.
air mataku tak bercita-cita menjadi bintang jatuh. meski kerap membayangkan mata adalah langit.
semenjak kita tidak lagi bertemu; dadaku selalu lebih kemarau dari tanah gersang, rumput kering, sungai kelaparan, dan pohon-pohon yang menanggalkan seluruh daunnya.
tetapi aku tak ingin menjadi musim hujan. menghabiskan waktu dengan baju penghangat dan api unggun, sedang rindumu terlampau dingin melebihi apapun.
(2021)
KEPADAMU
jangan berlari di gemuruh hujan
nanti kakimu tersandung kenangan
kepalamu terbentur masa lalu
jangan melamun di persimpangan sepi
nanti tubuhmu terhantam rinduku
yang melaju dengan kecepatan tinggi
jangan sering menahan kantuk di tengah malam
nanti kantung matamu bertambah dalam
entah sudah berapa banyak luka yang terbenam
jangan membaca buku puisi sendiri
nanti penyair ini menghantuimu
bersama cintanya yang tak ingin pernah mati
(2021)
AKAR TUNGGANG DAN SERABUT
hatiku adalah akar tunggang
sendiri dan kesepian
terus menggali kesedihan,
luka, juga kenangan.
jantungku adalah akar serabut
merambat dari bawah tanah
tapi kau membangun tembok
tepat di sekeling pohon.
(2021)
Jun Desember, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 27 Desember 1996. Bukunya yang telah terbit Cintaku Terlalu Puisi (2020). Puisi-puisinya pernah dimuat dan bisa ditemukan dalam buku antologi atau di IG: @jun_desember
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024