005

header ads

Buku Untuk Tuanku: Membaca Kisah Kanza Azzahra





Buku Untuk Tuanku: Membaca Kisah Kanza Azzahra

Fileski (Penulis - Musikus)

Buah pena yang digoreskan Kanza Azzahra sebenarnya bukanlah dunia lain dari yang kita semua alami, sebab tulisan itu lahir dari kegelisahannya ketika bersemuka dengan peristiwa-peristiwa cinta yang kerap kali mengundang tawa dan air mata dalam realita kita. Kisah yang tidak lahir dari langit-langit rumah atau ruang hampa, namun lahir dari perseteruan batin di jejak-jejak realitas asmara yang bersenyawa dengan doa-doa.
Bahkan, kegelisahan Kanza Azzahra merupakan motivasi internal yang sangat diperlukan dalam melahirkan sebuah karya. Kegelisahan Kanza Azzahra menandai bahwa daya cipta itu hidup, menyala, bukan mati. Kegelisahan Kanza Azzahra dalam kisahnya, baik lahir maupun batinnya, terangkum dalam "Buku Untuk Tuanku". Kegelisahan itu terpancar melalui setiap halamannya yang seolah mengandung magnet yang mampu menarik tetesan air mata, namun juga sekaligus menimbulkan harapan baru akan hari esok yang lebih cerah dan bermakna. 
Kanza Azzahra memungut serpih-serpih peristiwa bersama kekasihnya, baik yang bergejolak dalam batinnya maupun yang berserakan di kehidupannya. Cinta baginya merupakan cahaya yang menyala, memberi terang pada semesta, namun juga bisa membakar harapannya bak bara api asmara, hingga menjadikannya abu yang menyuburkan relung-relung hatinya, pun esok hari tumbuh menjadi benih-benih doa yang mendewasakannya.
Cinta adalah harapan manusia, ketika manusia jatuh dalam kehidupan yang serba gelap, pergolakan batin. Kanza Azzahra mengajak pembaca untuk menyadari bahwa harapan itu masih ada. Jangan sampai manusia jatuh dalam keputusasaan. Bahwa di setiap keinginan yang tertunda akan ada hikmah yang di dalamnya terkandung mutiara kemuliaan.
Dunia membutuhkan orang-orang seperti itu, yang selalu memiliki fighting spirit, pembaca diajak untuk merenung bahwa antara doa dan kenyataan terdapat ruang terbuka yang bernama penantian, menanti untuk sebuah waktu yang "Indah Pada Waktunya".
Apapun yang terjadi, Kanza Azzahra telah menuliskan pergumulan hidupnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi, makhluk yang mencari Tuan sejatinya, sang pemilik tulang rusuk yang sebenarnya. Kanza Azzahra telah berhasil merangkum seluruh warna pergumulan itu. Dan sudah selayaknya kita membaca seluruh karya Kanza Azzahra. Insha Allah mencerahkan.


Wardes-Trawas, 3 November 2019

W. Tanjung Files / Fileski
Penulis - Musikus


Posting Komentar

0 Komentar