MUARA HITAM
Bersimpuh
Sebusur sungai jalan helai
Lelah abai sebagian usai
Kembali belai gundah lalai
Berselirat
Sebutir awan layu tinggalkan
Langit renungan sapa iman
Pintu kenangan hidup tersimpan
Bersilah
Sebatang keruh nan hitam
Jentik penuh rasa geram
Mencibir ruh terkunci kelam
Perihal hari itu
Mengabadikan damai yang di rebut
#2019
MOZAIK DO’A : KAMU
Kamu lagi
Mencari jawaban asa
Bertautan waktu tak terhingga
Dalam luapan pinta tanpa henti
Kamu terus
Sibukkan urusan mendekati-Nya
Habiskan waktu tersemogakan
Dalam tumpahkan titipan
Kamu lupa
Kesabaran tersisip pada doa
Kodrat berkutat bahwa ini hamba
Layak menunggu untuk di sapa
Kamu raba
Siang menyambut terang
Malam menyapa gelap
Mengamini ramai untuk tandang
Tahukah kamu ?
Bahwa doa sebuah kejutan, datang terjawabkan bersama waktu yang tepat
#2019
MAUT
Peluru kamu panas
Dan membawa kematian
Tetapi ..
Bukankah kamu abdi kami yang setia
Tanah Hitam….
Kamu kelak menjadi selimut kami
Tetapi…
Bukankah kami menginjakmu dengan kuda kami ?
Maut kamu dingin tetapi kamilah tuanmu..
Bumi akan merebut jasad kami
Surga menjemput jiwa kami…
#2019
BUKAKANLAH PINTUNYA
Mendesak terima dunawiyah
Menghantui beri ukhrawiyah
Menghadapi upaya pasrah
Mengimani dengan benah
Kesedihan membawa sesaat rebah
Hadapi konteks melupa namun jengah
Perihal menerima tapi ogah
Butuh waktu untuk menggugah
Sesuai fitrah tentang hati
Tergores ego dalam sendi
Melepaskan keterbatasan instuisi
Wujud realitas eksplorasi
Mereda terima kesediaan
Terhembas oleh kemahakuasaan
Percuma lukis kemampuan
Kini ujiannya keterbatasan
#2019
MEMOAR KEHARIBAAN
Ingin ku gapai tinggi gunung
Sembari memeluk erat dengan kecupan
Sebagai penawar sakit terhias di antara hidup
Dan selimut langit siap di bentangkan
Kudaki di antara hujan
Memaksa rindu berujar
Namun tak berjiwa
Tapi hanya jumpa gugusan awan
Gunung ini menggenggam tangan dingin
Meski mengawang – awang tanpa balasan
Tak memaksa untuk bergejolak
Tak memaksa untuk di pertemukan
Dan kini masih hadir di ruang tengkorak
Saling melengkapi
Saling mempercayai
Saling menjaga
Saling mengingatkan
Saling bahu membahu
Pada gunung kulihat mentari memantaskan diri
Mengalah pada awan hadirkan jingga
Seakan menggiring cakrawala
Ikuti saja hari berirama
Bukankah menakjubkan jika bersama
Menghantar pada ranjang raya
Dengan doa – doa resah
Menghaturkan segenap harapan
#2019
PENULIS
SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Traveling dan menulis adalah kegemarannya. Beberapa karyanya termaktub di beberapa buku antologi puisi dan cerpen, baik nasional maupun Internasional, seperti “Balikpapan Kota Tercinta Kumpulan Cerita Pendek” Jaringan Seniman Independen Indonesia 2008, “Hantu Sungai Wain Kumpulan Puisi dan Cerpen” Jaringan Seniman Independen Indonesia 2009, “Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia“ Panitia Dialog Borneo-Kalimantan XI bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur Juli 2011, “Ketika Senja Mulai Redup Kumpulan Puisi” Kaifa Publisihing Bandung 2016, “Candramawa” Sunrise Yogyakarta 2017, Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2017 “The First Drop The Rain” Wahana Resolusi Jogyakarta, 2017. Tercatat pula di buku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Pada Juli 2018 puisinya lolos kurasi Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN 2018” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia dan di ikuti sebanyak 11 Negara. Antologi Puisi “Dari Balik Batu – Batu Candi” Kelompok Pemerhati Budaya & Museum Indonesia (KPBMI) Jakarta 2019. Dan Antologi Puisi “Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah” Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019. Karya terbarunya berjudul “Petrikor” 2019.
Bersimpuh
Sebusur sungai jalan helai
Lelah abai sebagian usai
Kembali belai gundah lalai
Berselirat
Sebutir awan layu tinggalkan
Langit renungan sapa iman
Pintu kenangan hidup tersimpan
Bersilah
Sebatang keruh nan hitam
Jentik penuh rasa geram
Mencibir ruh terkunci kelam
Perihal hari itu
Mengabadikan damai yang di rebut
#2019
MOZAIK DO’A : KAMU
Kamu lagi
Mencari jawaban asa
Bertautan waktu tak terhingga
Dalam luapan pinta tanpa henti
Kamu terus
Sibukkan urusan mendekati-Nya
Habiskan waktu tersemogakan
Dalam tumpahkan titipan
Kamu lupa
Kesabaran tersisip pada doa
Kodrat berkutat bahwa ini hamba
Layak menunggu untuk di sapa
Kamu raba
Siang menyambut terang
Malam menyapa gelap
Mengamini ramai untuk tandang
Tahukah kamu ?
Bahwa doa sebuah kejutan, datang terjawabkan bersama waktu yang tepat
#2019
MAUT
Peluru kamu panas
Dan membawa kematian
Tetapi ..
Bukankah kamu abdi kami yang setia
Tanah Hitam….
Kamu kelak menjadi selimut kami
Tetapi…
Bukankah kami menginjakmu dengan kuda kami ?
Maut kamu dingin tetapi kamilah tuanmu..
Bumi akan merebut jasad kami
Surga menjemput jiwa kami…
#2019
BUKAKANLAH PINTUNYA
Mendesak terima dunawiyah
Menghantui beri ukhrawiyah
Menghadapi upaya pasrah
Mengimani dengan benah
Kesedihan membawa sesaat rebah
Hadapi konteks melupa namun jengah
Perihal menerima tapi ogah
Butuh waktu untuk menggugah
Sesuai fitrah tentang hati
Tergores ego dalam sendi
Melepaskan keterbatasan instuisi
Wujud realitas eksplorasi
Mereda terima kesediaan
Terhembas oleh kemahakuasaan
Percuma lukis kemampuan
Kini ujiannya keterbatasan
#2019
MEMOAR KEHARIBAAN
Ingin ku gapai tinggi gunung
Sembari memeluk erat dengan kecupan
Sebagai penawar sakit terhias di antara hidup
Dan selimut langit siap di bentangkan
Kudaki di antara hujan
Memaksa rindu berujar
Namun tak berjiwa
Tapi hanya jumpa gugusan awan
Gunung ini menggenggam tangan dingin
Meski mengawang – awang tanpa balasan
Tak memaksa untuk bergejolak
Tak memaksa untuk di pertemukan
Dan kini masih hadir di ruang tengkorak
Saling melengkapi
Saling mempercayai
Saling menjaga
Saling mengingatkan
Saling bahu membahu
Pada gunung kulihat mentari memantaskan diri
Mengalah pada awan hadirkan jingga
Seakan menggiring cakrawala
Ikuti saja hari berirama
Bukankah menakjubkan jika bersama
Menghantar pada ranjang raya
Dengan doa – doa resah
Menghaturkan segenap harapan
#2019
PENULIS
SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Traveling dan menulis adalah kegemarannya. Beberapa karyanya termaktub di beberapa buku antologi puisi dan cerpen, baik nasional maupun Internasional, seperti “Balikpapan Kota Tercinta Kumpulan Cerita Pendek” Jaringan Seniman Independen Indonesia 2008, “Hantu Sungai Wain Kumpulan Puisi dan Cerpen” Jaringan Seniman Independen Indonesia 2009, “Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia“ Panitia Dialog Borneo-Kalimantan XI bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur Juli 2011, “Ketika Senja Mulai Redup Kumpulan Puisi” Kaifa Publisihing Bandung 2016, “Candramawa” Sunrise Yogyakarta 2017, Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2017 “The First Drop The Rain” Wahana Resolusi Jogyakarta, 2017. Tercatat pula di buku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Pada Juli 2018 puisinya lolos kurasi Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN 2018” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia dan di ikuti sebanyak 11 Negara. Antologi Puisi “Dari Balik Batu – Batu Candi” Kelompok Pemerhati Budaya & Museum Indonesia (KPBMI) Jakarta 2019. Dan Antologi Puisi “Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah” Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019. Karya terbarunya berjudul “Petrikor” 2019.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024