Langit redup, sejenak redakan peluh
Beribu manusia dengan kening kerut
Ditampar perih hidup
_Ting ting ting tung_
_Ting tung ting tung_
Suara santun berkali-kali terlantun
Agar langkah-langkah tak kehilangan arah
Begitu pula langkah tegap lelaki berjari pena
Menekuri jalur lintasan masa
Menyandang ransel berisi lembar-lembar manuskrip kemanusiaan
Juga perdamaian
Stasiun Senen riuh
Hati tak pernah mengeluh aduh
Kembali melintasi rel demi rel sarat hikmah
Tiket-tiket mesti dipesan
Agar setiap stasiun selalu berkesan.
_Gujeees gujeees gujeees_
Lelaki bersandang ransel tiba di pemberhentian berikutnya
"_Yuh, maring ngeneh. Kita punguti lagi keping-keping senja dan gumpalan kabut malam."_
Jakarta-Purwokerto, 14 September 2025
2 Komentar
Menikmati syahdunya Stasiun.... Disitulah aku di besarkan, keren 👍👍👍
BalasHapusMantap, Kak. serasa kembali mengulang dua tahun lalu di Jogja
BalasHapusLingkar literasi, sastra, dan seni budaya Asia Tenggara serumpun Bahasa.