005

header ads

Rumah Bayangan Puisi A. Musabbih

Rumah Bayangan

Puisi A. Musabbih



Sekarang aku sudah punya rumah bayangan

Siapa saja boleh bertandang

Satu-satunya syarat untuk dapat berkunjung

adalah bingung.

Ingat, sebelum kamu masuk

rumah ini tidak akan pernah punya alamat

Tapi aku yakin kamu akan senang

sebab banyak benda abstrak 

yang dapat dimainkan.

Hai, bukankah sebentar lagi lebaran?

seharusnya aku bersih-bersih ruangan

dan merapikan kemungkinan-kemungkinan

Siapa tahu kamu benar-benar bertamu

membawa buah tangan; 

sebingkis masa depan

Bukan melulu kenangan 

dan beberapa alasan usang. 


April 2023










Sungai

: 2012 

Puisi A. Musabbih


Di sinilah aku temukan sungai

mengalir bukan untuk segera sampai hilir

ada sumber yang harus dijaga dari sesumbar

tapi apakah desa-desa masih bisa 

menjaga ucapannya? Bukankah kota 

telah tayang di jam-jam senggang.

Polutan yang sulit ditangkis

apalagi hanya dengan kata-kata puitis

Meski tetap optimis, pantang pesimis

aku memang harus mawas 

dengan berbagai macam limbah 

yang diam-diam masuk ke arus suci ini

Sungguh. Susah dan payah adalah ihwal 

di balik yang kau pandang indah

Kadang seseorang berdiam di tepian

memancing atau apapun demi menangkap

ikan. Bagiku sedekah adalah keiklasan

yang disembunyikan. Maka sesekali 

mereka juga ingin duduk di bawah pokok 

rindang. Meresapi repitisi. Menyelami metonimi.

Merasai bagaimana metafora bekerja 

menunda dan menebar makna:

daging lezat yang sembunyi

dalam serat-serat kalimat

Mari kita nikmati sungai ini

sampai lupa bertanya, siapa pemiliknya? 


April 2023

Perjamuan Nastar

(Ingat Jokpin)

Puisi A. Musabbih


Setelah tiga puluh

Sesudah telor dan tepung tidak lagi berjarak

gula dan mentega saling rekat

dalam suhu sekian ratus derajat

ia pun siap diangkat

berpindah mukim dari muslim ke mukmin

Adakah yang lebih indah dari saling merasa

bersalah? Sedikit selai nanas dalam daging 

akan menghangat saat kita berjabat

Jangan ingin merasa paling bulat,

mengkilap, tanpa retak.

Permohonan maaf yang lembut

akan ditelan pelan-pelan

ketika sebuah kudapan

dapat didorong dengan rasa iklas

Wahai, siapakah yang menolak tandas

saat sirup baru keluar dari kulkas?


April 2023
















BIODATA SINGKAT PENULIS



A. Musabbih, lahir di Tegal 1986. Alumni Sastra Indonesia UNY. Menulis puisi dalam beberapa antologi bersama dan media massa baik online maupun cetak. Buku kumpulan puisi pertamanya berjudul Sajadah Katulistiwa (Wadahkata, 2020) merupakan nominasi Penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah 2021., dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa dengan judul Pasujudan Katulistiwa oleh Eko Wahyudi. Sedang mempersiapkan buku puisi terbarunya yang berjudul Surat Sore Hari. Selain menulis puisi juga berkegiatan di Dewan Kesenian Kab. Tegal.  



(ILUSTRASI)


Posting Komentar

0 Komentar