005

header ads

Bersenyawa | Karya : Aditya Irfan Situmorang

 Bersenyawa | 

Karya : Aditya Irfan Situmorang


Telah terjadi kekacauan saat dunia kembali bergejolak.

Perang dan pertempuran telah menciptakan berbagai kerusuhan.

Memporak randakan seluruh isi kota dan menyisakan gas airmata.

Bertahan dalam situasi genting adalah cara kami mempertahankan tanah air 

Tempat leluhur dan nenek moyang mewarisi tradisi lisan dan jejak peradaban..dimasa silam. 

Polusi serta asap mencemari bumiku yang dulu sempat dikekelingi hijaunya .

Tumbuh subur dikelilingi daun serta rimbunnya.

Pepohonan dan udara asri nan sejuk menyegarkan.

Dan menjernihkan pikiranku dan tenangkan perasaanku.

Membiarkan kedua kakiku menapaki tanah dan merasakan bebasnya

Air terjun di luasnya hamparan permadani bukit dikaki pegunungan.

Menjauh dari bisingnya hiruk pikuk perkotaan dan penatnya rutinitas.

Pekerjaan dan macetnya jalanan bercampur debu dan aroma keringat.

Menyaksikan dari jauh  pemandangan para petani sedang menanti masa panen.

Burung-burung berkicau, semesta bernyanyi riang ikan-ikan bertasbih mengangungkan.

Rabbnya bunga dan daunpun seolah tunduk bersujud mengakui betapa besar karunianya.

Anak-anak dan para sesepuh desa serta  para ketua adat mengadakan tasakuran sebagai bentuk.

Rasa syukur berharap wabah pandemi dapat segera sirna dan keadaan dapat kembali pulih seperti.

Sedia kala dan hidupkan lagi roda perekonomian dunia sempat redup dan mati suri akibat virus corona.

Kita patut bangga dan bersyukur karena terlahir sebagai suku bangsa besar dimana budaya gotong royong.

Sudah menjadi ciri khas masyarakat indonesia yang kini sudah mulai luntur dan tergerus oleh arus modernisasi.


Telah terjadi kekacauan saat dunia kembali bergejolak.

Perang dan pertempuran telah menciptakan berbagai kerusuhan.

Memporak randakan seluruh isi kota dan menyisakan gas airmata.

Bertahan dalam situasi genting adalah cara kami mempertahankan tanah air.


Tempat leluhur dan nenek moyang mewarisi tradisi lisan dan jejak peradaban..di masa silam.

Polusi serta asap mencemari bumiku yang dulu sempat dikelilingi hijaunya daun-daun mahoni .

Tumbuh subur di pekarangan rumah sesekali kupandangi aquarium kaca berisikan ikan koi berwarna-warni.

Pepohonan dan udara asri nan sejuk menyegarkan siap memanjakan kedua kelopak mata.  


Dan menjernihkan pikiranku dan tenangkan perasaanku sedang dilanda kegelisahan .

Membiarkan kedua kakiku menapaki tanah dan merasakan bebasnya.

Air terjun di luasnya hamparan permadani bukit di kaki pegunungan.

Menjauh dari bisingnya hiruk pikuk perkotaan dan penatnya rutinitas.


Pekerjaan dan macetnya jalanan bercampur debu dan aroma keringat.

Menyaksikan dari jauh  pemandangan para petani sedang menanti masa panen.

Burung-burung berkicau, semesta bernyanyi riang ikan-ikan bertasbih mengagungkan.

Rabbnya bunga dan daun pun seolah tunduk bersujud mengakui betapa besar karunianya.


Anak-anak dan para sesepuh desa serta  para ketua adat mengadakan tasyakuran sebagai bentuk.

Rasa syukur berharap wabah pandemi dapat segera sirna dan keadaan dapat kembali pulih seperti.

Sedia kala dan hidupkan lagi roda perekonomian dunia sempat redup dan mati suri akibat virus corona.

Kita patut bangga dan bersyukur karena terlahir sebagai suku bangsa besar dimana budaya gotong royong.


Sudah menjadi ciri khas masyarakat indonesia yang kini sudah mulai luntur dan tergerus oleh arus modernisasi.


Kamis 17 November 2022


Posting Komentar

0 Komentar