005

header ads

Puisi Suatu Hari Jika Aku Pergi Jauh

 




I

Jalan-jalan yang masih basah dari sisa embun tadi pagi. Masih kulihat jelas ia menggambar segala resah di otakku. Cinta, kenangan, perih, dan hal apapun itu yang membuatku terasa gila, semuanya di lukis dengan penuh keindahan dan kasihan.


II

Jejak demi detak akan segera hilang dalam genang hujan siang ini. Berganti gigil yang akan aku dekap setelah gagal memelukmu erat. Mungkin setelah hujan pergi tak akan aku dengar lagi suaramu menembus pori-pori pipiku dengan kejam, semuanya akan segera divonis mati dalam hitungan jari-jari dan menjelma sepi yang akan setia menemani saban hari.


III

Tak usah menunggu lama, sebentar sehabis rakaat jatuh ke tubuhku semuanya akan berlalu. Urat di sekujur kakiku masih bisa melangkah jauh meninggalkan keindahan yang sudah kita bangun dengan ruang paling megah sepanjang masa, jika suatu hari kau sempat mengingat itu silahkan berkunjung walau sekedar tamu bukan ratu atau pemilik rindu yang utuh.


Jogja 2022


Hilangnya kota harapan

    :D


Setelah ini aku tak akan pernah lagi menjumpaimu 

Ketakutan-ketakutan yang aku cemaskan 

Telah menjadi api yang tak pernah  mati

Perih yang begitu pedih terus menjalar tanpa menemui hilir paling akhir



Berhari-hari aku mendekap kecemburuan yang mengerikan

Dari ujung perjalanan sampai ke pelabuhan paling kejam

Engkau berbicara seolah air yang mengalir dengan tenang, lepas dan tak ada kesadaran bahwa dibalik tubuhmu ada aku yang kerap di hantam ombak ganas menenggelamkan harapan.



Hilang sudah kota-kota yang aku bangun di samudera hatimu

Atapnya rapuh dimakan rayap paling keramat, genting-gentingnya bocor sebab selalu dijatuhi reruntuhan kecil bernama kepedihan

Suatu hari nanti jika aku tak pernah memberimu kabar

Rawatlah kebahagiaan yang sedang engkau genggam dengan gigi dan keyakinan

Setelah kepergianku menuju kesepian paling menyedihkan 

Aku harap hari-harimu tak menimbulkan tangisan sepanjang perjalanan pulang.



Jogja  2022





Jalan-jalan ke kotamu

 


Di kotamu banyak aku temukan orang-orang menghabiskan masa liburnya

Mereka berfoto, bergandeng, dan melihat pohon runtuh yang kutanam tempo lalu

Daunnya gugur sebelum musim tiba, berserakan dan tak ada yang membersihkannya

Bahkan engkau pun merasa senang memandang reruntuhan itu yang jatuh dari benih hatiku.


Jika suatu hari nanti tiba musim hujan, kehilangan adalah sebuah kematian yang akan datang bergantian

Nama-nama indahmu segera menjadi kenang yang menyakitkan bagi setiap perjalanan menuju pulang.


Tahukah engkau kekasih

Rasaku jauh-jauh hari sudah divonis kanker tuberkulosis

Sulit untuk sembuh kecuali kamu ingin menjadi kekasihku sepanjang usia waktu.



Jogja 2022




Entah berapa tahun lagi kalian akan hidup kembali?

    Bapak, ibu



I

Selamat malam pak, bu

Sudahkah hari ini kalian makan?

Sudahkah kalian memetik benih yang kalian tanam di pinggir halaman?


Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu selalu aku pikirkan setiap waktu

Meski pada akhirnya menjadi jalan buntu dalam otakku

Entah berapa tahun lagi kalian akan hidup kembali?

Mengelus keningku, memarahiku, menciumku bahkan ketika baru selesai menghabiskan sebatang rokok pun kalian tak peduli akan bau yang menyelimuti.


II

Pak, bu

Tanaman yang kalian titipkan sebelum kepergian masih terus aku siram dengan air mawar

Agar kelak tumbuhnya harum dan bermekaran

Serupa senyummu yang bertebaran 

Mengiringi kaki yang kulangkahkan.


III

Nanti jika aku pulang ke kampung halaman

Aku akan membangun kuburan tempat kalian terpejam dan memeluk kesepian dengan megah

Layaknya harap yang terus tumbuh dan senyum yang tak kenal waktu

Juga aku akan membawakan kembang 7 rupa agar tubuh kalian tetap harum meski telah tiada.



IV

Kini, aku telah mengerti

Bahwa rindu tak cukup banyak peluang untuk menghantarkan kalian ke surga

Dan do'a-do'a adalah kata indah penuh makna yang selalu aku pinta pada Ia yang Mahakuasa.



Jogja 2022



Perhatian!


Segala kehilangan yang berbentuk kenangan dan menjelma kesepian 

Bukan tanggung jawab perasaan

Tetapi itu kutukan dari Tuhan yang telah kau duakan sebelum dihalalkan.


Jogja 2022



*Wail Ar nama pena dari Wail Arrifqi, Mahasiswa UNU Yogyakarta, sebagian karyanya pernah dimuat di Harian Bhirawa, Radar Madura, Rumah Baca, Literasi Sumenep, Madura today, dan Dunia Santri.


Posting Komentar

0 Komentar