Kepada Rumputlah Aku Bertanya
Sekian menginjak ke tanah lapang
Lalu datang diksi yang mempertanyakan
Kepada orang-orang yang tidak berkemanusiaan
Selalu merebutkan kemenangan
Pengen aku ketawa
Dari irama cacian lawan satu sama lain
Ini bertanda lajunya kemarahan
Hingga melibatkan banyak orang
Pengin aku bernyanyi
Dari lirik-lirik para pihak yang licik
Yang membiarkan terjun ke publik
Untuk cepat selesai dalam waktu sempit
Lalu rumputlah yang menjadi tameng
Untuk tidak di selenggaranya lagi
Dengan fasilitas yang tidak memadai
Tapi, apalah daya deraian air hujan yang menetes
Akan menumbuhkannya lagi
Jika ingin kita kembangkan
Semua peralatan dan peraturan
Kita harus merawat, memberi nasehat
Untuk kita semua
Sampai jadi panutan di belahan benua
Malang 2022
Irama Giring Bola Diego Maradona
Putih biru yang ia bawa ke penjuru dunia
Siapa yang tak kenal sosok Diego Maradona
Pemain asal Argentina
Juga sangat di cintai negara sendirinya Italia
Irama giring bola yang menciptakan maha karya
Di baca dengan saksama
Sambil mencari diksi-diksi gocekan bola
Dia adalah puisi dalam sepak bola
Sosok pemain muda
Yang begitu tak nampak bahwa ia akan meninggalkan kita
Dalam usia muda
Dia pergi untuk keabadian
Meninggalkan warisan
Ditujukan kepada pemain andalan
Untuk melanjutkan karya yang searah
Karena mahakarya di dunia sepak bola tak akan pernah mentas dari sejarah
Malang 2022
Salam Sepak Bola Dunia
Sekian lama ku tunggu
Sampai gerlik mata kian membeku
Menunggu kedatangan para penjuru
Untuk menyaksikan sebuah pertandingan seru
Kini akan ku sambut
Dengan penuh kesiapan
Tanpa menghilangkan akan pekerjaan
Di atas lah rumput mereka bernyanyi,
Bola bergilinding kesana kemari,
Sorak seporter dalam tribun arena,
Juga dalam tanyangan layar kaca,
Jersey warna warni yang mereka kenakan
Untuk sang juara yang ia idolakan
Anak-anak, remaja sampai orang tua
Turut menunggu sampai tergila-gila
Tapi tidak sampai melupakan segalanya
Semua perintah tuhan akan turuti bersama
Tidak sampai melupakannya
Malang 2022
Kemenangan Bukan Segalanya
Aku tak akan menghitung seberapa banyak mereka raih
Dari dulu sampai sekarang tak kunjung beralih
Itu wajar
Karena hasil tak akan pernah pudar
Dari hasil usaha mereka yang berkobar-kobar
Kesenangan bukan hanya para pendukung
Bahkan offcial pun turut bangga atas prestasinya
Akan anak didiknya yang turuk dalam mejalani segalanya
Kemenangan bukan segalanya
Tapi segalanya berharap untuk menang
Juara hanya satu
Akan tetapi yang satu ini dapat merusak ranah persahabatan
Bila hanya dibekali nafsu semata
Tanpa memikirkan akibatnya
Malang 2022
Muhammad Dzunnurain, lahir di Sumenep pada 30 Juni 2003. Mahasiswa biasa saja menghabiskan waktu dengan membaca salah satu karya Puisi dan Esai pernah di muat di media online dan cetak di antaranya Majalah Sidogiri Edisi 179, Antologi Puisi “Patah”(2022), NegeriKertas(2022), Nolesa(2022), RumahLiterasiSumenep(2022), HarianBhirawa(2022).
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024