005

header ads

KUBURAN Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak

tubuh kami terbujur memanjang kejang

tanpa dasi, jas, dan kain kafan

bersiap mau turun ke dunia orang mati

sampai menyentuh akar-akar

debu dan tanah

sunyi seperti membatu

hening seperti suara jangkrik bisu


jasad kami lalu meledak di dasar bumi

tenggelam dalam kapal karam

dijilat-jilat penyakit menular

dimutilasi dengan pisau besi


bau formalin jadi tetesan nanah segar

tulang dan dagingnya menari-nari

sampai luluh lantak ditelan belatung 

binatang paling menjijikkan


nafas roh terbang cepat

kembali ke rumah suci

lusifer bersabda kejam ; 

sekali-kali kamu tidak akan mati

hanya keabadian jiwa 

bahwa arwah kami bisa hadir 

setiap dipanggil dari dalam peti mati


di sana tak ada kehidupan

hanya misteri para paderi

tubuh kami masih menunggu

penghakiman disebar semak belukar

sampai utusan Tuhan datang

membangunkan dari tidur panjang

nama siapa giliran dibangkitkan

untuk berakhir di meja pengadilan


Taman Ismail Marzuki, Sabtu, 22 Oktober 2022


PESAKITAN BERDUSTA 


tubuh pesakitan berdusta ini

dibungkus kemalasan luar biasa

sejak punya rumah terbelah dua

bertubi-tubi menabur mahkota duri 

dalam keluarga inti 


kadang bau minuman arak 

sangat keras dan brutal

serta perzinahan tak seimbang

yang juga tak bisa melahirkan 

anak-anak tanpa akte kelahiran 


"aku tak mau mati dulu,  turun ke dunia orang sunyi yang tak tercatat dalam peta-peta kitab kehidupan," pesannya seperti mau bersekutu dengan ekor legion di pekuburan orang-orang tak lagi punya senyuman 


tiap dinihari

masih saja pesakitan berdusta ini

mau bertarung 

meraung-raung 

bersenggama dengan obat-obat terlarang

kepalsuan dan hari tua

semakin tak jelas 


Jakarta, Minggu, 23 Oktober 2022

---------------------------------------------------------


 

Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 208 Juni 1961.Menempuh pendidikan di

Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).

Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977. 


Posting Komentar

0 Komentar