005

header ads

Bualan Patriotisme Oleh : Aditya Irfan Situmorang

 Bualan Patriotisme

Oleh : Aditya Irfan Situmorang

1/

Dengan gagah berani, tanpa mengenal rasa takut kau berdiri di garda terdepan.

Berjuang dimedan pertempuran seorang diri siap berkorban dan mempertaruhkan nyawanya.

Membantu menyembuhkan masyarakat sedang terpapar radiasi virus corona dan pandemi.

Seluruh lapisan masyarakat bahu membahu menyalakan api semangat persatuan dan kesatuan.

2/

Biarkan kepak sayap burung garuda terbang bebas mengudara di angkasa raya terbang membawa

Pesan perdamaian bhineka tunggal ika dan eratkan tali persaudaraan antarsuku bangsa dan negara

Jangan biarkan budaya gotong royong terkikis oleh dinamika zaman dan perkembangan teknologi.

Berharap bumi pertiwi dan roda perekonomian dunia dapat segera pulih dan biarkan dunia kembali  bergempita ria.

3/

Pandemi benar-benar melumpuhkan sektor perekonomian dan membatasi ruang gerak kita sebagai makhluk sosial.

Seluruh aktivitas kegiatan dan pekerjaan semuanya dilaksanakan didalam rumah ciptakan harmoni dan kehangatan.

Mengerjakan sholat  lima waktu sampai mengerjakan tugas sekolah bersama teman sebaya sembari menikmati rintik hujan.

Dunia bagaikan didominasi oleh siur gulita berkempanjangan manusia seakan hilang arah dan tujuan hidup.

4/

Kemiskinan kelaparan dan krisis moral menjamur dimana-mana kita seolah telah hidup dengan sikap apatis.

Sementara diluar sana banyak dari mereka hidup tak seberuntung kita berkerja siang dan malam banting tulang.

Demi mesenjaterahkan seluruh anggota keluarga dan  mengumpulkan pundi-pundi rupiah serta rupiah dan sesuap nasi.

Para pejabat dan para petinggi negara sibuk berlomba-lomba memperkaya diri sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan rakyatnya.

Hidup berfoya-foya diatas duka nestapa dan airmata penderitaan rakyat. 

Sementara mereka harus mengemis menagih janji sebatas bualan belaka.

5/

Rela kehujanan dan kepanasan berjuang menjajakan barang dagangan dari satu tempat ketempat lain menawarkan barang dagangan.

Tinggal digubuk tak layak huni pemukiman kumuh serta dipenuhi oleh tumpukan sampah sampah plastik dan botol minuman kemasan mineral.

Makan dengan lauk pauk sederhana dengan garam dan sambal tahu dan tempe pantang bagi mereka mengemis meminta belas kasihan orang lain.

Bekerja serabutan agar masa depan anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan dan dapat memperbaiki serta meningkatkan taraf kehidupan keluarganya.


Bom Waktu

1/

Seperti bom waktu meledakan isi seluruh kota.

Dimana terjadi kekacauan dan manusia.

Hanya tertunduk pasrah dan bersimpuh.

Berada dalam kerugian dan senantiasa lalai dalam melaksanakan kewajiban.

Bersenang -senang di atas keserakahan dan nestapa orang lain.

Mengabaikan norma-norma di masyarakat.

Ada tangis dan kebahagian datang disaat bersamaan.

2/

Lalu pernakah nuranimu bertanya..?

Dimanakah letak naluri kita sebagai manusia.?

Maafmu hanya sebatas kamuflase dan dibibir saja.

Penuh dengan manipulasi dan Kata-kata hoax demi 

Mengambil dan memanfaatkan Kepentingan  orang lain

Generasi ini membutuhkan pemimpin baru pandai mengayomi rakyatnya.

Menumpas kemungkaran diera modernisasi.


Dalam peperangan tak ada kalah dan menang.

Mereka harus membayar seumur hidup mereka.

Kabut Holokaus selalu mewarnai sejarah manusia.

Sudah tak terhitung berapa jumlah korban berjatuhan.

Menjadi tumbal penguasa dan ambisi penguasa dzolim.

3/

Hingga tuhan merasa murka dan marah melihat habitat dan ekosistem.

Menyaksikan  bagaimana manusia berbuat kerusakan dimuka bumi.

Seperti roda dunia tiba-tiba harus berhenti berotasi karena terlalu lelah.

Nurani sudah jarang terdengar bahkan nyaris hilang tertelan semesta.

Hingga tuhan merasa murka dan marah menguji kesabaran umatnya.

4/

Pandemi mengajarkanku bahwa kita harus mendengarkan kata hati kita.

Kondisi boleh saja berubah seiring berjalannya waktu. 

Terkadang memaksaku harus merenungkan kembali impianku.

Seakan  aku harus menyia-nyiakan setiap kesempatan yang datang  dan menguburnya dalam dalam.

Mengurung diri melewati durasi hari yang singkat dan berlalu tanpa makna. 

Persahabatan hancur hanya karena sikap egois dan mau menang sendiri.

Pandemi mengajarkanku bahwa kita harus mendengarkan kata hati kita.

Mengabaikan sejenak kesibukan duniawi dan kesenangan yang menyesatkan. 

Mari Hidupkan kembali masjid dan mushola dan pentingnya  belajar menghargai waktu. 

Indahnya perbedaan mampu menciptakan keharmonisan dan kuatkan tali persaudaraan.  

5/

Pandemi menghidupkan kembali semangat persatuan dan kesatuan dalam panji kemerdekaan.

Mengisi kemerdekaan dengan semangat gotong royong bahu membahu melestarikan budaya leluhur. 

Jangan sampai ragam tradisi dan budaya asli kita punah hanya karena tergerus oleh dinamika perkembangan zaman. 

Bhinneka tunggal ika dan pancasila bukan sekedar semboyan semata dia adalah empat pilar kebangsaan.   

Laskar perjuangan harus tetap berdiri kokoh nyalakan segala potensi dan tunjukan prestasimu pada dunia. 

6/

Deklarasi kemerdekaan berpendapat harus segera dibacakan. 

jangan sampai sejarah kelam terulang kembali dimasa mendatang. 

Sebab Kemerdekaan ini adalah hasil dan refleksi perjuangan bangsa indonesia.

Kuatkan mentalmu habiskan waktumu dengan kerja nyata sibuk mengupgrade diri sendiri.

Merakit resonansi wujudkan cita-cita demi membahagiakan dan membanggakan orang tua.  

7/

Jauh dari kampung halaman terkadang membuat kita rindu akan handai taulan.

Hangatnya kebersamaan dimeja makan dan canda tawa penuh makna persaudaraan. 

Sendiri ditanah perantauan bertemankan sepi dan angin malam.  

Mendewasakan diri, hidup mandiri disudut metropolitan kota. 

Jauh dari sorotan keramaian keluar mencari nafkah demi bertahan hidup.

Bersyukur karena kita hidup dimana kebebasan di junjung tinggi. 

8/

Hidup rukun dan guyub kuatkan tali persaudaraan.

Jalin silaturahmi meski hanya sebatas dunia virtual.

Kini saatnya kembali berbenah dan sibuk merangkai kata.

Jangan biarkan kepedihan dan kepahitan hidup membuatmu.

Patah arang sebab dibalik  segala peristiwa ada hikmah dapat engkau petik.



Cirebon 24 Oktober 2022



Posting Komentar

0 Komentar