Mochammad Asrori
DI DALAM LACI
di sudut dalam laci
kutemukan kisah cintaku sembunyi
sudah bertahun-tahun menanti
aku tak menduga
bagaimana ia tak beringsut dari senja
dari mantra kata, kemungkinan-kemungkinan
yang selalu dijaga dengan coretan-coretan
dengan doa-doa
entah jemari atau mata
yang pertama kali menyapa
"apa tiap sepi kau selalu di sana?"
bosan dan pikiran-pikiran menjemukan
selalu menangkap keseharian
padahal selalu ada yang berbeda
dari pagi, kehangatan yang lain
bentuk awan yang main-main
semenjak dewasa memang
begitu banyak kegilaan-kegilaan
berjatuhan, seseorang mungkin lebih senang
menamainya kesabaran
: namun kita sama setuju
untuk bahagia dan menunggu
menolak terburu-buru
di sudut dalam laci
menemukan kisah cintaku menanti
sudah bertahun-tahun sembunyi
berbicara perlahan dengan menahan
keinginan besar untuk menceritakan sesuatu
melirik malu-malu
Mjk, 04/08/2022
Mochammad Asrori
BERTEMU SEPI
kita bertiga akhirnya bertemu
di tempat sepi ini, lalu sama
mempertanyakan dari pohon mana
terlahir diri
pertemuan lelaki, bisa menjadi
cuap-cuap bocah tanpa henti
menari-nari dalam mimpi
menyanyi lagu ceria agar langit
tetap baik hati
"dari pohon maoni di tepian pagi,
sepertinya aku pertama melangkah
dengan alas kaki." ujarmu
"tentu tanpa mengenal
mana kanan dan mana kiri."
namun, dalam melangkah
baik di lantai maupun tanah basah
kita sama menggenggamnya
dan berlari tanpa memilih arah
kita bertiga akhirnya bertamu
di sunyi ini, menyangkal jenuh
walau selalu bertanya-tanya
di mana bahagia tertulis
dalam menu
Mjk, 05/08/2022
Mochammad Asrori
BUNGA ASOKA
bunga asoka di depan rumah alum
kangen seember air yang biasa
kau siram sebagai cium
agar memerah halaman rumah
rekah kebak nujum
kemarin lusa, ember yang kau gunakan pecah
air tumpah, pucat menggenang ke segala arah
ia teringat nasihat ibu di hulu
tentang rahasia menjaga resah
"tetap menjadi anak sungai, pelan namun pasti
kau akan menemukan kotamu ai."
tak ada catatan yang menguatkanmu
untuk pergi, malam selalu berkawan gerimis
dan halaman kehilangan nyanyi kodok ritmis
"hanya sepetak ini milik kita
di tepi sungai kecil, dan hutan kita
masih di sana, berlari menjauh seolah
kehilangan sauh."
bulan menyingsing
tanpa gemerisik daun dan ranting
bergeming, di depan rumah asoka kering
kangen dibelai angin yang biasa singgah
dengan tawa, namun tak pernah sekalipun
kita bertanya bagaimana ia bisa
segera menemukan duka
Mjk, 06/08/2022
Mochammad Asrori
SETELAH MAKAN MALAM
setelah merampungkan
makan malam, seharusnya
kita hanya memenuhi pikiran
dengan rencana-rencana
menambah hijau halaman
namun tiga dering di gawai
menjadi bisikan hantu wewe
lembar kertas kerja yang mewastu
memiliki ribuan cara untuk tetap hidup
dan membunuh waktu
sebagai manusia paling ramah
bagaimanapun, susah mengubur
sebuah suara yang menolak enyah
apalagi tanpamu, dengan pandangan kuyu
pada sisa sayuran di mangkok
juga kepala ikan patin yang sedari tadi
teronggok, kita sama mengangguk setuju
"bukankah kita sama mengiya?"
rencana-rencana serupa remah roti
yang coba digiring dan rekatkan
dalam kliping
mata harus dipaksa terbuka
malam menjadi penuh sampah
sama seperti noda sambal di piring
sisa ampas kopi yang teguling
namun kita selalu menerima
selalu sebagaimana manusia apa adanya
kita hanya bisa terlalu sedih untuk sesama
dan cukup bahagia dengan satu kenangan
yang rajin membawa segenggam tawa
Mjk, 07/08/2022
Mochammad Asrori
SLOT PINTU PAGI
saat telunjuk dan ibu jari
membuka slot pintu tiap pagi, apa ada
yang benar-benar engkau nanti
yang benar-benar ingin kau jumpai
mungkinkah angin yang menerpamu
adalah angin yang sama
lahir dari pohon mahoni
kubasahi halaman, asoka, pucuk merah
juga rumput liar disekitarnya
selang air mungkin memilih bunga
namun kesegaran tentu dimulai dari tanah
saat jemari memutar anak pintu
adakah cericitmu, burung emprit yang hinggap
di dahan palem merah yang kau tunggu
seperti salam gadis toko merah biru
selamat datang kembali rindu
mungkinkah emprit kesal, karena angin
menghempas sarang yang ia susun
di musim berpasangan, mumgkinkah angin
jumawa, karena menopang semua
yang terbang di udara
namun pikiran-pikiran itu segera lesap
pada hari yang terbuka
namun begitu sempit akan makna
menjelajah kemungkinan-kemungkinan
dengan jadwal semusim yang sama
Saat jemari membuka slot pintu
tiap pagi, apa ada yang benar-benar
engkau nanti
Mjk, 08/08/2022
Mochammad Asrori
KUBAYANGKAN KOTAMU
kubayangkan kotamu
saat pertama kali mengisi rinduku
saat kita bersepeda mini
jalan-jalan sepi, motor dan mobil
satu-dua mendahului
: ketika pagi penuh lara hati
kita tetap tertidur lelap dan sunyi
kuingat betul kotamu
hingga akrab mengisi rindu
walau kini jalan tak lagi sendu
ada riuh deru, motor dan mobil
yang dipacu rapat menjejali bahu
tepat di setengah tujuh
: tak ada celah untuk sekedar
mengambil putar balik,
mengambil hati yang tertinggal
dalam bilik
Mjk, 09/08/2022
TENTANG PENYAIR
MOCHAMMAD ASRORI, karyanya—berupa cerpen, puisi, naskah drama, dan esai—telah terbit di berbagai surat kabar, media daring, dan buku-buku antologi bersama. Sehari-hari bekerja sebagai guru di SMKN 2 Mojokerto. Buku puisinya yang telah tebit Tiga Postur Kota (Sarbi, 2015) dan Saat Jarum Jam Bersandar di Punggung Kursi Pelabuhan (Temalitera, 2020). Pegiat Sanggar Interlude ini aktif menjadi kurator buku, editor buku, dan sesekali juri lomba kepenulisan. Bisa dihubungi via WA: 085231586507 juga surel: rorimengajar@gmail.com.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024