Puisi ALANG SHIMA |
PERCA HIDUP
Di penghujung lewat hari
demikianlah kutemukan perca memoribilia
kembali ke pangkuan seorang akur
kerdipan mata menafsir jeda
sesudah apapun masa berlalu
tertajam ingatan sering kembali
seperti seorang kanak-kanak kecil
berlari memeluk meraih aman
adakalanya kita tidak butuh menepi
bagian peristiwa tak beruntung kehidupan;
kadang mengasihi kadang menghukumi
kembara manusia melalui denai antara realiti dan mimpi. kesementaraan menyinggah tamu jiwa akan beransur hilang bersama komitmen hari.
DERHAKA KEJUJURAN
Gulungan kata pendam di kepala kekasihku
menunduk kemesraan tidak seperti
momen berawal lahir; cinta.
Sisi tangannya berteman diari hitam; kira-kira
catatan gelodak hati atau mungkin warkah
manis yang belum di lalu dengar halwa telingaku.
Kesamaran perasaan menghuni rumah jiwa
adalah sangkaan yang mengakar ke saraf kepercayaan. Sulitnya sebuah perhubungan;
perubahan kekasih bagai menderhaka hati mendamba perihal jawapan.
HAKIKAT KESUNYIAN
Kurasakan;
kesunyian menumpangi, menemani, menyantuni dan mendakapi mewakili watak seorang peneman. Kita mengungkapi bicara kesunyian umpama barah membunuh paling cepat hayat manusiawi. Enggan jauh menjadikan judul bacaan memahami sepi ini guru mengajari suatu makna.
Mencuaca tapakan kesunyian;
kemestian tumpangan roh di dalam jasad
bahkan terbentang makna-makna telaah pembelajaran menjanjikan kefahaman manusia.
Nisan bertanda nama;
perlambangan segala bukti
menjadi pemberani menghadapi kesunyian di hari terkujur jasad menuju Tuhan nanti.
Alang Shima, penulis pemula dari Malaysia yang meminati Sastera Melayu. Beberapa karyanya dimuat siar dalam majalah Tunas Cipta dan majalah Apajake. Sajak-sajaknya pernah tersiar dalam akhbar Utusan Borneo dan Harian Indonesia serta tulisan puisinya sudah terbit dalam sembilan buah buku antologi.
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024