005

header ads

Puisi Rina Dwi Rahmawat

SEPUCUK SURAT CINTA

PUISI RINA DWI RAHMAWATI

 

Air mata menghiasi lorong wajah

Ketika jalan perpisahan harus terpampang di depan

Bagai kuncup yang enggan ditaburi cakrawala pagi

Merunduk dan layu seakan ikut meredam kesunyian ini.

 

Di rumah yang penuh tawa – kita harus berbagi rasa tentang kepergian

Untuk menyelami lautan di seberang dengan kisah baru

Bersama keindahan bintang – mawar mewangi untuk mengikat setiap kata

Bahwa jangan pernah mengucap selamat tinggal

Sebab yang datang dan pergi adalah sebuah kemenangan yang selalu dirayakan oleh kebersamaan.

 

Sepucuk surat cinta aku kirimkan

Untuk meyakinkan bahwa kita tetap memandang langit senja yang sama

Dan sebuah kaki langit yang sama

Sebagai saksi untuk berkilau, menuntun jalan-jalan yang membahagiakan.

 

Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal

Atau kesedihan untuk diucapkan

Sebab harapan melihat mentari selalu ada

Untuk membuka jalanmu dan memiliki tempat indah untuk mengubah semuanya

 

Kebersamaan selalu terbingkai dengan erat

Semoga tidak ditinggalkan oleh ruang dan waktu

Sebab kita pernah merasakan tawa juga tangis

Di tempat ini, tempat sebuah kerinduan yang mengalir tanpa batas.

SEPILIHAN SENJA

 

mataku baru saja dicumbui senja

dengan sepilihan rindu yang tak mampu diredupkan malam.

 

"aku bagai bunga kaktus, yang tabah pada setiap mata luka, dengan sepucuk doa di akhir musim."

 

tubuh mendengungkan lelah,

yang dipilih mentari untuk tabah,

tetapi jiwaku meronta-ronta dalam liukan angin,

bahwa tiada kisah harus dilupakan dalam air mata.

 

Maret, 2022

Rina Dwi Rahmawat, lahir di Kabupaten Ponorogo, yang terkenal dengan kesenian Reyognya.  Karya cerpen dengan tema pendidikan, pernah dimuat dalam majalah MEDIAN LPMP Jawa Timur. Dan tergabung dalam beberapa antologi puisi.











Posting Komentar

0 Komentar