005

header ads

KAMPANYE "PALM OIL FREE" ADALAH PROPAGANDA YANG DICIPTAKAN ASING

Sebuah pengalaman berharga yang membuka cara pandang yang selama ini saya yakini, yang ternyata salah. Awalnya cerita ini bermula dari sebuah pesan di whatsapp grup seni budaya. Sebuah pesan yang menginformasikan tentang seminar kelapa sawit. Tentu saya kurang begitu tertarik, karena ini grup seni budaya, apa kaitannya dengan kelapa sawit? dan sebelumnya saya memang skeptis tentang adanya kelapa sawit yang merusak hutan itu, berdasarkan literatur yang saya baca sebelumya. 


Pesan di grup whatsapp itu ternyata berlanjut, beberapa teman mengirim biodata dan kontaknya di sebuah file excel yang dikoordinatori oleh ketua MGMP Seni Budaya, pak Bambang Sutego. Saya semakin penasaran dengan hal ini. Akhirnya saya pikir-pikir, saya timbang-timbang, pertanyaan saya tentang kelapa sawit semakin berkecamuk di kepala, hingga pertanyan tentang kenapa harga minyak goreng bisa melambung tinggi. 

Setelah saya pahami, ternyata kegiatan tersebut merupakan kerjasama antara KEMENKEU, BPDPKS dan PGRI Jawa Timur, dan kebetulan Pak Bambang Sutego adalah salah satu pengurus PGRI Jatim yang juga ketua MGMP jatim. Perkiraan saya, mungkin ini sesuatu yang sangat penting dan mendesak, sehingga pak Bambang harus segera mencari peserta untuk memenuhi kuota acara tersebut dengan mengambil peserta dari guru seni budaya. 

Setelah mempertimbangkan banyak hal, daripada saya terus penasaran dengan kelapa sawit, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di acara tersebut. dan meminta izin pada atasan untuk berangkat. pada hari Kamis  17 Maret 2022. Saya mendapatkan surat tugas dari kepala sekolah untuk mengikuti acara ini selama 3 hari. Saya berangkat naik kereta dari stasiun Madiun. dan tiba di Surabaya pada sore hari, sekitar pukul 16.00, saya tiba di hotel Wyndham. Salah satu hotel bintang 5 yang cukup mahal. Dalam hati, ini acara benar-benar acra serius, dan tentu bukan sesuatu yang main-main. Pukul 19.00 kami para peserta melakukan test Swab dan hasilnya semua negatif, dilanjutkan makan malam bersama para peserta dan panitia.

Usai tidur nyenyak di kamar hotel bintang 5, pagi harinya para peserta menyimak paparan dari para narasumber tentang kelapa sawit. Waktu itulah pikiran saya benar-benar terbuka tentang kelapa sawit. Sangat jauh berbeda dengan literatur yang selama ini saya baca dari berita-berita di internet. Saya jadi teringat dulu ada uang koin Rp 1000 yang bergambar kelapa sawit, sekarang uang itu kemana ya? jangan-jangan uang itu hilang dari peredaran karena banyak kampanye penolakan yang dilakukan para konspirator asing yang panik, karena Indonesia penghasil kelapa sawit terbaik dan terbanyak di dunia. 

Pikiran saya semakin melayang, banyak asumsi bertebaran, salah satunya kenapa petani padi di Indonesia merugi terus, sampai-sampai para siswa saya yang orang tuanya petani, tidak ada yang ingin jadi petani karena mungkin takut hidup miskin. Sebatas pengamatan saya, negara kita sering kali impor beras dari vietnam atau thailand untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri. Padahal tanah kita subur, namun secara ongkos produksi beras, ternyata lebih murah beras impor. Beras Indonesia tak bisa mengalahkan beras dari India, Vietnam, Thailand secara ongkos produksi, mungkin itu yang selalu membuat petani padi kita terus merugi, selain juga faktor permainan harga para oknum pengusaha. 

Saat ini zaman globalisasi, setiap negara tak bisa terlepas dari transaksi ekspor dan impor. Kita memiliki kualitas terbaik hasil kelapa sawit dan kuantitas terbanyak di dunia, mungkin karena faktor berkah dari Tuhan berupa iklim, jenis tanah, curah hujan dan lainnya. Begitu juga dengan India, Vietnam, Thailand yang bisa memproduksi beras dengan harga produksi yang murah. Anugerah kelapa sawit yang diberikan Tuhan kepada bangsa indonesia yang begitu berlimpah ini, kenapa tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, malah banyak putra bangsa yang justru membenci kelapa sawit. 

Pasar global memungkinkan kita semua bisa bertransaksi antar bangsa, salah satunya gadget yang kita pakai ini kebanyakan produksi dari Cina. Untuk memproduksi barang IT, mungkin kita kalah terlalu jauh dengan negara Cina, lalu produksi apa yang bisa kita ciptakan untuk membalas serangan produk dari luar itu? apakah kita terus mengandalkan barang hasil tambang? tentu barang tambang akan bisa habis karena tak bisa diperbaharui lagi. 

Kelapa sawit adalah salah satu solusinya, Indonesia bisa berjaya dengan kelapa sawit. Namun sayangnya kita dibuat membenci produk terbaik bangsa kita sendiri. Kita terlalu percaya dengan pemberitaan yang dibuat orang barat. Kita diadu domba dengan bangsa kita sendiri agar kita tidak bisa menjadi negara besar yang berwibawa dan mandiri di mata dunia. Orang barat khawatir kalau kita bisa menjadi negara yang digdaya, kebutuhan pokok mereka adalah minyak nabati, sedangkan produk mereka yang berbahan kedelai dan bunga matahari tak bisa menyaingi produk sawit kita, baik secara kuantitas dan kualitas. Sehingga kita digencar berita-berita yang membuat kita membenci sawit. 

Kelapas sawit menyumbang devisa negara sebanyak 500 triliun pada tahun 2021. Tentu membahas kelapa sawit bukan hanya bicara tentang perkebunan sawit. Akan tetapi  banyak berbagai produk olahan dari bahan baku sawit, seperti pembuatan coklat, sabun, dan hampir semua makanan yang kita temui di supermarket berbahan baku dari minyak nabati yang berasal dari sawit. 

Masyarakat Indonesia mestinya tidak anti terhadap sawit, justru harusnya kreatif memanfaatkan sawit, yang merupakan tanaman yang sangat bermanfaat, tidak hanya buahnya. Mulai dari daun, kayu, pelepah, dan semua bagiannya berguna untuk dijadikan produk yang bernilai ekonomis. Melalui UMKM, kita bisa bergerak menjadi bangsa yang produktif dengan bahan baku yang berasal dari tanaman sawit. Artinya bukan hanya petani sawit saja yang bisa mengambil manfaat dari tanaman sawit ini. Di zaman globalisasi ini, yang tidak kreatif bakal tergilas oleh persaingan. Tuhan sudah begitu baik memberikan anugerah tanaman yang tak bisa ditanam oleh bangsa barat. Mestinya kita tak ikut membencinya sawit seperti yang dilakukan orang eropa, itu karena mereka tidak bisa menanam sawit. Andaikan mereka bisa menanam sawit, pastinya mereka tidak akan kampanye anti sawit. Ini hanyalah perang dagang, mereka hanya takut produk mereka kalah saingan dengan produk dari kita. 

Tulisan yang saya buat ini bukan mengajak masyarakat untuk meramai ramai menanam sawit, seperti fenomena yang kemarin terjadi tentang tanaman porang. Sebab pembukaan lahan perkebunan sawit diatur regulasinya oleh pemerintah. Tulisan ini merupakan apa yang bisa saya rangkum dari hasil seminar di Surabaya. Setidaknya bisa memberikan pemahaman yang benar tentang sawit untuk orang-orang di sekitar saya, untuk para murid saya, dan teman-teman saya di lingkungan kesenian. Agar kita tidak termakan informasi hoax yang menyudutkan sawit, dan merangsang kreatifitas kita untuk menciptakan berbagai produk dari bahan baku tanaman sawit. 

Langkah sosialisasi tentang sawit melalui jalur pendidikan yang melibatkan guru ini sangatlah tepat, sebab para guru adalah sosok yang digugu para siswa. Dan para siswa adalah para generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang akan datang. Tentu pemahaman tentang sawit harus ditanamkan sejak dini agar generasi penerus tidak antipati terhadap produk unggulan tanah airnya sendiri.  Di masa depan nanti kebutuhan akan energi adalah sesuatu yang vital. Dan sawit menjadi jawaban untuk kebutuhan energi itu, karena bisa digunakan untuk bahan bakar mobil, mesin industri, hingga bahan bakar pesawat, dan yang paling penting merupakan produk yang bisa diproduksi tanpa takut habis seperti barang tambang. 

Terima kasih kepada Kemenkeu, BPDPKS, Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur, dan PGRI Jatim yang telah menyelenggarakan seminar yang sangat membuka pikiran saya, untuk lebih mencintai tanah air dan mendapatkan perspektif baru untuk kemajuan bangsa di masa depan. Saya sebagai guru, seniman, dan penggerak literasi dari Madiun, akan  ikut berusaha mensosialisasikan, mendukung produk sawit dan melawan hoax yang menyudutkan sawit. Jayalah sawit, jayalah Indonesiaku!!!






W. Tanjung Files 
adalah guru seni budaya dan juga seniman kelahiran Madiun Telah menulis berbagai buku puisi, cerpen, dan kerap tampil musikalisasi puisi bersama biolanya di berbagai ajang sastra nasional dan internasional.  







Posting Komentar

0 Komentar