005

header ads

[TERBAIK] Puisi Emi Suy | UTANG PETA dan JARUM-JARUM HUJAN

UTANG PETA dan JARUM-JARUM HUJAN



UTANG PETA

telah kulunasi
segala rindumu padaku
dengan pertemuan akhir ini

maka, catatlah
selain jarak​​
kita bukan lagi siapa

kini hanya peta
yang berutang pada kita!

2021




JARUM-JARUM HUJAN

di halaman rumah ibu
aku mandi

agar jarum-jarum hujan
menjahit luka kepalaku

yang lama terbentur
tembok-tembok kota

2021


 

​Ulasan Dr. Panji Kuncoro Hadi: 
Penulis menunjukkan keterampilannya menyusun metafora yang cerdas sehingga pembaca di dalam hati akan memuji: "ah ... bisa begitu ya, saya tidak menyangka". Pilihan katanya tidak sulit dipahami pembaca, namun makna yang terbentuk dari kesederhanaan pilihan katanya itu mampu menghipnotis pembaca. Misalnya, puisi Utang Peta. 
Bait terakhir yang terdiri dari 2 baris: /kini hanya peta/yang berutang pada kita! /. Puisi yang bertema rindu tersebut menjadi puisi yang menarik kerana penulis mampu mengalihkan perspektif rindu itu menjadi hanya peta saja. Bahkan peta yang berutang pada tokoh aku liris dan tokoh kita liris. 

Pada puisi yang lain, yang berjudul: Jarum-Jarum Hujan, penulis menunjukkan keelokannya dan kecakapannya menulis secara efektif. Masih dalam tautan tema yang sama tentang kerinduan, puisi yang terdiri dari 3 bait dan setiap baitnya terdiri dari 2 baris itu mampu menghipnotis pembaca ikut serta menikmati kerinduan pada kampung halaman setelah sekian lama berada di kota. Bait pertama: di halaman rumah ibu/ aku mandi. Bait kedua: agar jarum-jarum hujan/menjahit luka kepalaku. Keterampilan penulis ada pada menyambungkan mandi dengan hujan. Menyambungkan jarum dengan menjahit, menjahit dengan luka .... 
Sungguh, puisi tersebut menunjukkan kekuatan pilihan kata yang efektif sambung menyambung membentuk perspektif berbeda tentang kerinduan yang pada umumnya menjadi pilihan tema favorit para penulis.***




Emi Suy 
Lahir di Magetan, Jawa Timur, 2 Februari 1979 dengan nama Emi Suyanti. Emi adalah aktivis sosial serta salah seorang pendiri komunitas Jejak Langkah. Namun Emi lebih dikenal kiprahnya dalam dunia sastra sebagai salah satu penyair perempuan Indonesia. Emi turut menjadi pendiri Jagat Sastra Milenia.

Sampai saat ini sudah menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), Api Sunyi (2020) serta Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami (2022). 

Buku Ayat Sunyi terpilih menjadi Juara Harapan III Buku Terbaik Perpustakaan Nasional RI Kategori Buku Puisi tahun 2019, sedangkan buku Api Sunyi masuk nominasi 25 besar Sayembara Buku Puisi, Yayasan Hari Puisi Indonesia tahun 2020. Emi juga penerima Basa-Basi Award pada tahun 2019 dari Basa-Basi.com.

Puisinya dimuat di lebih dari 100 buku kumpulan puisi bersama, serta di berbagai media nasional, antara lain Banjarmasin Post, Suara Merdeka, Media Indonesia, Kompas, dll.

Selain itu Emi juga hoby photografi dan karyanya dipamerkan pada Pamaren photografi Nasional - The Power of Women - di Bandung tahun 2016. Saat ini Emi tinggal di Jakarta sebagai sekeretaris redaksi di sastramedia.com










Posting Komentar

0 Komentar