005

header ads

GELAR APRESIASI PUISI TAK LAGI SUNYI


GELAR APRESIASI PUISI TAK LAGI SUNYI
Geliat literasi di kota pahlawan kembali terlihat. Hal tersebut ditandai dengan digelarnya pertunjukan sastra pada hari Rabu, (7/10), di Cafe Gelas (Gelaran Apresiasi) Jalan Kayun 16-18 Surabaya. Di tempat yang satu lokasi dengan Museum Kanker Indonesia tersebut, hadir para penikmat puisi dan para penyair muda yang urun tampil membawakan karya orisinal masing-masing. Mereka yang tampil antara lain Denting Kemuning, Yusril Ihza, Ayu Kartika Sandy, Auliya Ulfa, Uul Hasanah, Yusuf Nur Rohman, Eva Putri Salamah, Rizki Kimpul, dan Agik Nur Efendi.
Menariknya, muda-mudi yang tampil di acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu, tak hanya yang menggeluti bidang sastra di kampusnya. Ada beberapa penampil dari luar bidang sastra. Seperti Auliya Ulfa misalnya. Ia adalah mahasiswi Universitas Airlangga jurusan Manajemen, namun mampu membuat sajak indah tentang kerinduan saat maju ke atas panggung. Tak kalah menarik ada Eva Putri Salamah. Mahasiswi jurusan Teknik Informatika itu memukau penonton ketika membawakan puisinya yang unik, karena ia kombinasikan dengan lagu. Tepuk tangan dan apresiasi pun datang melihat kreativitas perempuan berhijab tersebut.
Lalu siapa sosok di balik acara yang mampu membuat peminat sastra di Surabaya yang tadinya sepi, kini mulai bergeliat kembali itu? Adalah Fileski, seorang penyair-musisi yang namanya tak asing lagi di jagat literasi. Acara yang bertajuk “In Honour Of Fileski” itu didukung oleh Dr. Ananto Sidohutomo, ketua Dewan Pembina Museum Kanker Indonesia, juga Cak Bokir, seniman Surabaya yang mengelola Cafe Gelas.
Di pertengahan acara, Ananto memberikan apresiasi  kepada Fileski, dengan berbicara langsung di atas panggung. Menurutnya, perjalanan karier berpuisi Fileski, mampu menggerakan massa untuk produktif dalam menghasilkan karya dan percaya diri terhadap karya sendiri.
“Seorang Fileski dalam proses berkeseniannya semakin dewasa. Di sela-sela apresiasi terhadap karyanya, ia mampu menahan diri dan memberikan kesempatan kepada para penyair muda untuk unjuk kebolehan membawakan puisi karya mereka masing-masing,” kata Ananato.
Sosok Fileski yang pernah mendapatkan berbagai penghargaan bidang musik puisi dari negara-negara Asia Tenggara itu, bukan tak punya maksud dalam mengadakan acara inspiratif dan inovatif tersebut.
“Saya ingin mengumpulkan teman-teman pecinta puisi di Surabaya agar semakin guyub. Harapannya, acara sastra di Surabaya semakin semarak dan rutin,” ungkapnya.
Fileski memandang sastra bisa membangun karakter bangsa. Sebabnya, dalam ajaran sastra terkandung nilai-nilai luhur.  Fileski memandang, generasi sekarang mulai tercerabut dari karakter bangsa, ia khawatir generasi muda Indonesia akan seperti para generasi muda di negara-negara tetangga,  yang merasa keren menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa ibu. Hal tersebut membuat gaya hidup generasi muda menjadi kebarat-baratan, jauh dari budaya ketimuran.
“Dalam ajaran sastra, Indonesia khususnya, terkandung nilai moral, etika, filsafat, bahkan ajaran leluhur yang lebih mendalam. Saat ini sastra Indonesia (Melayu), di negara-negara rumpun melayu menjadi minoritas, sehingga perlahan bisa saja tersisih hilang di telan zaman. Generasi muda mulai lebih banyak menyukai bahasa asing daripada bahasa bangsanya sendiri, hingga lifestyle mereka menjadi kebarat-baratan,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara.
Perjuangan Fileski untuk membuat generasi muda mencintai sastra tak berhenti di sini. Ke depannya ia akan terus membuat acara-acara sastra makin semarak, hingga mampu membuat generasi penerus tertarik melirik sastra, dan menghayati nilai-nilai di dalamnya.
Di penghujung acara, Fileski membawakan komposisi musik yang spektakuler. Memadukan gesekan biola yang menyayat dengan lirik penyemangat. Lirik tersebut mengandung pesan untuk terus semangat berkarya, dan jangan cepat puas atas pencapaian yang telah diraih.  Komposisi yang berjudul “Ujung Langit” tersebut, mampu menutup acara dengan klimaks.