:Gimien Artekjursi
HARI TUA SEORANG PENYADAP NIRA KELAPA
tajam pisaunya hanya bisa mengerat bunga-bunga kelapa
bukan membedah musim kering
yang menguapkan cairan bakal gula
agar menjadi basah dan menjadikan nira melimpah
memenuhi tabung-tabung penampung
apalagi memotong nasib yang telah berubah jadi takdir
tapi hanya bisa mengerat bunga-bunga kelapa
maka ia sering tak percaya
kakinya yang bertahun-tahun tak pernah henti
tiap hari menjejak tiap takik pohon kelapa
yang ia buat dari bawah sampai puncak
demi mendapatkan manisnya nira
sedari pagi kala matahari mulai mengembang
dan sore sampai sang surya sama sekali menghilang
kini berdiri di atas bakal kuburnya saja
harus menggunakan penyangga
jika pohon-pohon kelapa itu semakin kokoh
seiring bertambahnya waktu
tapi tidak untuk tulang-tulang dan tubuhnya
justru renta kala digerus usia
hanya tatapan matanya saja kini
yang setiap saat bisa merayap
memeluk pohon
naik ke puncak lalu menembus langit
menatap matahari yang menyilaukan
kaki dan tangan yang dulu selincah tupai
memanjat sampai ujung pupus
di usia yang semakin menua
tak lagi punya daya
hari-harinya kini
hanya bisa memandang deret pohon kelapa
memenuhi kebun yang bukan miliknya
sambil mengenang manisnya hasil menyadap nira
yang tak bisa ia rasakan lagi
Kumendung, 1 Agustus 2023
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313