PERTEMUAN
| Nur Sodikin
Di Padang ilalang kita duduk berdua
di bangku dari pohon bambu
rimbun daun pohon jati cukup untuk berteduh pagi ini.
Masih pagi sekali kita bertemu seperti janji hari itu
rambutmu masih berantakan aku tau kau tidak mandi pagi ini, helaian rambut di keningmu dibasahi embun justru membuatmu tampak semakin anggun.
Kita memang tidak janjian untuk saling bertukar cerita apalagi tukar rahasia
jadi tidak perlu resah menyiapkan kata dan diri
paling cuma sekedar pertanyaan basa basi.
'Bagaimana malammu sayang apa kau sempat begadang?
tentu bukan hanya aku, nyamuk nyamuk pasti ngantri untuk mencumbumu
juga semilir angin yang bertamu lewat celah celah genteng
diam diam menyelinap ke selimut, masuk lubang pernapasan mu dan meraba dadamu.
Ternyata benar kau isyaratkan itu lewat senyum tengil mu
mungkin kau malas menjelaskan
malah membalas dengan pertanyaan
'lalu bagaimana dengan malam mu?
Malam ku panjang sayang
tiap malam ku buka jendela lebar lebar
kubiarkan angin masuk kamar biar bisa aku hajar
kusedekahkan juga darahku awas saja jika nyamuk nyamuk itu masih menggigit kekasihku.
cit cat cittt cittt dua ekor monyet ketawa
dari tangkai pohon dibelakang kita
baru kusadari sedari tadi mereka menguping pembicaraan kita,
malam ku panjang sayang lain kali akan lebih mudah bila kau bermalam disampingku.
jutaan butir mata di pucuk pucuk rimbun ilalang
serasa datang tiba tiba
diantara kemelut kabut mereka juga diam diam mengintip pertemuan kita
tetapi aku tidak malu pagi ini kita memang seperti raja dan ratu.
mata langit seperti curiga perlahan ia mulai menengok pertemuan kita
jutaan mata yang tadi mengintip kita segera sembunyi seluncuran ke bumi
lalu kita, lagipula kita adalah sepasang dua hati kuharap langit mau mengerti.
ribut dedaunan dua monyet mengayun ayun ranting
teriak teriak mengusir mata langit yang hendak mengganggu raja dan ratu,
katakan kawan bisakah mata langit itu sedikit menunggu
atau apakah mereka marah pada kita sayang, yang tak sempat bersenggama
mungkin lebih baik kita sudahi saja pertemuan kita hari ini kuharap langit mau merestui.
CATATAN RINDU
Di perempatan pinggir pohon trembesi itu
masih ramai orang datang dan pergi
dengan sabar ku amati satu persatu pengguna jalan itu
berharap melihat kelebat rambutmu.
Aku pun pergi
ke kedai favorit mu
ke tempat tempat dimana kita bertemu
masih kuingat wewangian tubuhmu, ya ia pernah bersemayam di meja ini bersatu dengan bau bakaran roti.
Aku tak menyerah begitu saja
ku cari kau lewat puisi
Juga lagu lagu yang kau sukai
namun kau lebih suka menjadi kisah
untuk aku yang sering lupa sejarah.
Jujur saja aku tak ingin menulisnya
tentang rencana manis yang gagal tiba tiba
apalagi tentang rindu dan sabar
yang tak pernah dibayar
tapi aku masih mengingatnya
cara mu menggunakan garpu
mengiris roti bakar
sambil berbincang bincang sore itu.
sebelum pulang
kutitipkan secarik kertas kepada kasir di kafe itu
nona' aku tak memesan apa apa
dan untuk rinduku, itu kubayar saja dengan doa.
UNTUK YANG KESEKIAN KALI
Aku pernah ingin memilikimu
tapi tidak lagi
karena aku ingin menjadi pelaut
kau teramat dingin
untuk aku yang banyak ingin
lagipula aku tak mau melarangmu
seperti aku yang tak suka dibelenggu
skedul bertemu kita terlalu rumit
bagiku yang tak tahan rindu
aku ingin berlayar menuju mercusuar
kau bilang itu tidak benar
kau bilang rumahmu di dekat bandara
bukan di dermaga
tapi aku tak mau peduli
aku ingin berlayar untuk kesekian kali
dan aku pasti pulang sayang
meski pintu rumahmu
akan kembali kau tutup untukku.
BAGAIMANA KABAR SENJA
Aku pernah mencintai gerimis dan hujan
di teras rumah duduk menikmati teh
menguping desas desus semilir angin yang datang
kukira ia sedang membicarakan beberapa burung pipit yang sembunyi di antara dedaunan.
lalu segerombolan awan gelap datang
bersama para pasukan angin
yang kurang ramah dan dingin
aku pun tak sempat menyapa, segera menutup jendela.
lalu duduk di kursi menikmati teh yang tak hangat lagi
musim ini belum juga berlalu
pelan pelan kurasa rindu
dengan tatapan mata langit
yang cerah dan bersahabat.
Aku teringat masa itu
seharian saling terjaga
menjalani rutinitas yang ada
bersama melewati waktu ke waktu.
di ujung hari yang cukup melelahkan
ku amati telah jauh ia disana
mengapa, juga akhirnya kusadari
ternyata ia pandai juga menggoda
meski itu jadi isyarat kepergiannya.
PULANG
Selamat pagi..
jendela
yang selalu lebih dulu dibuka
sebelum membuka mata.
Selamat siang hidup
kau selalu lebih dulu hidup
di kala aku masih redup.
Selamat sore harapan
kau selalu lebih dulu pulang kerumah
sebelum kutemukan rumah.
Selamat malam rumah
kau selalu lebih dulu di singgah
sebelum kuputuskan singgah.
ANAK PODANG
Anakku sayang
bagaimana hari harimu?
menyenangkan bukan
jaga diri dan kesehatan.
Anakku sayang
kau sudah dewasa?
tentu tak seperti yang kau kira
anakku sayang.
Anakku
bisakah kau nyanyikan sebuah lagu?
tak harus merdu
tapi untukku
juga untukmu.
Anakku sayang
jangan lupa pulang
anakku sayang
jangan lupa pulang.
ANGAN DAN INGIN
Angan dan ingin ialah dua hal
yang sama sama akan terbawa angin
tak pernah bisa dimiliki.
Dulu waktu kecil kau melipat lipat kertas menjadi perahu
bertuliskan impianmu lalu melayarkan nya
beranjak remaja kau kembali melipat lipat kertas menjadi pesawat lalu menerbangkan nya.
Setelah dewasa yaaa' kertas kertas itu memang tak pernah kembali.
PAGI TRAGEDI
Wanita tua itu masih meniti waktu
disela subuh merengkuh,
mengayuh, sepeda tua
sembari menyapa sang surya.
Selamat pagi
dedaunan menyapa
dengan parang yang masih garang
Ia tebas ranting ranting kering
di hutan alam raya di bawah pohon cemara
tetes hujan jatuh tanpa aba-aba
mengalir ke pipi
terjatuh dari dahi
meresap ke ke kerah kain yang basah.
Burung perkutut yang meneduh
saksi ranting cemara yang jatuh
Tepat di kepala wanita tua
Sempurna pada pagi yang baik dan tragedi
diantar kereta kencana ke langit nirwana
ke singgasana surga.
DI JALAN KEHENINGAN
Kenapa kita tidak berhenti saja
mencoba menyapa lagi basa basi seperti baru saja menjalin hubungan
aku rasa mengejar dan dikejar itu sama sama melelahkan
karena keduanya sama sama terpaksa untuk terus berlari.
Tetapi jika memang memaksa untuk tetap kejar kejaran
barangkali Jika berhenti dianggap selesai
semoga kita tidak terlalu berjauhan,
jalanan begitu sepi
aku tak tega membiarkanmu sendiri
atau barangkali aku yang takut sendirian
atau sebenarnya kau juga tak ingin sendiri
atau kita memang sama sama takut sendirian
apalagi jika bersama masih terasa sendiri.
DONGENG PENGHABISAN MALAM
Ayam tetangga
selalu berkokok lebih dulu
mungkin malaikat memang sengaja
turun disana lebih dulu
diam diam menanyakanku
kepada ayam yang tiap hari main di pelataran rumahku
mungkin memang begitu
cara dia mencintaiku
adzan subuh tiba
dengan lantunan mengantuk
dengan suara batuk batuk
yang terdengar disengaja
tapi malaikat suka disana
menonton setia sambil tertawa
pantaskah jadi canda tawa?
mungkin begitulah cara dia mencintainya.
TUAN BLEGEDES
badanmu yang gagah sumringah
diterpa angin semilir semilir anyir
kini lemas gelisah
merapikan gerah dan resah
seekor bajing lompat jumpalitan di pohon jambu depan rumahmu
meringis mencibir menertawakanmu
hei tuan ini hanyalah angin biasa
seperti kemarin atau tahun lalu,
bumi ini berputar batu di pinggir pintu yang kau lempar dengan kasar
jatuh di jalanan becek berumput liar
dan suatu hari bisa saja menyandung mu.
ini hanya angin biasa, angin yang sempat menyapu helaian rambut di keningmu
saat kau merentangkan tangan mengangkat dada dan kepalamu tahun lalu.
KAWAN DI JALAN KEHENINGAN
malam itu
malaikat turun dari singgasana langit
membawakanku sebungkus nasi
sebagai makan malamku
begitu ajaib tentu
bagi seorang bajingan sepertiku.
Kutawarkan tangan kananku
sebagai balasan terimakasih
kulihat nafasnya mengkah mengkih
dan berkata
jadi kau mau makan dengan tangan kirimu?
kau ingin menghinaku?
aku kehabisan akal
kutawarkan kepalaku
kulihat matanya menyala
seraya berkata
Aku ingin kau hidup
Kau beri kematianmu?
aku kehabisan kata kata
tak sanggup ku tatap wajahnya
ku peluk saja dia
kubisikan kata kata
ambilah kawan
perasaanku
apapun yang kau mau
ia lalu tersenyum, berkata
aku ingin kau hidup
maka hiduplah.
SI PENJAGA
meniti pagar rumah itu gampang gampang susah
tergantung keinginan penghuni rumah
butuh kesabaran dan lelah
merakit satu persatu kayu
hingga keliling dengan sudut sudut tertentu
tidak terlalu sempit atau luas jaraknya
dari rumah yang dijaga
terkadang juga perlu menyediakan satpam sebagai tambahan penjaga
namun di suatu hari buruk
terjadi cekcok di dalam rumah
penjaga pun gugup
seseorang lalu keluar dari pintu
lari ke gerbang yang terkunci,
lalu kembali datang dengan palu ia rusak kunci
gagal merusak kunci ia rusak pagar yang masih rapi
ia pun lari keluar sambil mencaci.
lalu disuatu hari lagi
ia kembali berdiri didepan gerbang yg masih terkunci
dan pagar yang sudah rapi kembali
ia panggil panggil penjaga untuk membuka kunci
penjaga duduk di kursi
tak peduli.
MENGALAH
kesetiaan itu tentang darah dan luka
dan itu sangat mahal tuan
untukmu yang tak mampu
menentukan
harga dan mutu
selalu berhitung
berapa untung
apakah untung
sedang ia rela
buntung.
ANGIN
angin itu datang dan pergi
tapi tenang saja
atau awas saja
malam ini atau malam nanti
ia pasti kembali
untuk memelukmu
hingga kau terbangun
dan kembali menata selimut tebal mu
begitu mesra
ketika ia pelan pelan
menyelinap di balik selimut mu
pelan pelan meraba tubuhmu
membuatmu terlelap
makin terlelap.
MEI
Perlahan kau menjelma kata
yang makin tak sanggup ku terjemahkan
beberapa pertemuan
masih meninggalkan pertanyaan
itu siapa?
perlahan kau menjelma angin
dingin dan mematikan
yang sesekali ingin
kutanyakan
ia darimana?
perlahan kau menjelma aroma
yang memenuhi dada
hingga sesak kurasa
masih tak dapat ku pahami
ia untuk apa?
BIONARASI
Nur sodikin lahir di blora jawa tengah
gemar menulis sejak 2015, beberapa puisinya telah dibukukan dalam beberapa event antologi juga dimuat di beberapa media
salah satunya di suarakrajan
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313