Mengendarai Sepeda
Puisi Fina Lanahdiana
bukan musim hujan yang menandai bulan basah
tapi kau, keringat yang deras
memanggang kulit. matahari terik
dan kau berteriak, “hore!”
aku sepasang mata penonton di kursi
paling atas, mudah dialihkan perhatian
oleh benda-benda bergerak lainnya
meski tak lebih cepat dari bunyi yang merambat.
miniatur kota, atau aku yang raksasa
memotret masa silam, merangkai warna
kusam seolah lukisan yang ingin kusaksikan setiap mataku gagal
pejam
di antara bintang dan benda langit lain yang sinarnya seringkali
kupandang
di atas kasurku yang bau buku-buku. sayap burung yang tak hendak
terbang, dan debu.
aku bersin bercerita. bukan flu sebab diserang insomnia
cuaca baik dan awan seputih kapas di meja rias milik ibuku, atau
tisu.
kau menyimak di depan sambil mengayuh pedal
ban sepedamu lihai menghindar, sementara aku
memilih membaca huruf-huruf milikmu yang tak teraba
atau aku yang tak pandai membaca.
lampu. lalu lintas yang berjalan membelakangi kita
juga pohon-pohon
tak apa, katamu
kita sedang mengendarai sepeda
mengakrabi segala yang melintas
sebagai batas.
Kendal, 2018-2022
Bionarasi:
Fina Lanahdiana, lahir dan tinggal di Kendal. Beberapa
tulisannya bermukim di www.filadina.my.id, bisa disapa di Facebook:
Fina Lanahdiana, twitter, IG, dan medium @filadina.
Narahubung:
Whatsapp: 089660155036
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024