PUISI-PUISI: J. AKID LAMPACAK*
Instalasi Puisi
biarkan hujan membasahi puisiku yang ini
menumbuhkan segala biji-biji imajinasi
walau dengan siuran angin muda
yang tak sempat menggugurkan makna
tanah garam yang dikepal
berisi asin hayal
lahir dari rahim mimpi
di sepanjang jalan menuju sunyi.
tak perduli walau pagi meratap
tegar dan tegap
setiap kau baca selalu memekarkan harap
perduli pada waktu yang sekejap.
segera kulemparkan pisang emas
agar kesepian selalu mengganti rasa cemas
ketika kau menekmati separuh kalimat saja
segala senyum mulai bercahaya
menghapus bekas jeritan di lembah mata.
puisi memang arsip yang berkilau
doa yang menerangi cakrawala
dan matahari yang dirahasiakan pagi
berulang kali menghapus jejak sunyi.
lalu lihatlah kerumunan kata-kata
menjelang ajal pragraf terakhir
seluruhnya semakin hadir
walau dunia dirahasiakan takdir.
Lebeng barat,2020
Di Langit Losari
semakin tampak warna kebiruan
dihias senja dan awan
saat gelombang menyelimuti karang
saat sore tiba di jalan pulang
kau hanya bisa memandang
seribu kerinduan yang amat rentan
riak langkah dan angin
semakin pula hening
sunyi menyelimuti teduh mataku
ketika kasih makin bersedih
dan kenangan terus saja memutih.
namun, dalam benakku
kau sanggup mengisahkan
rantai keindahan
menyambung kepergian
alias mengawali perpisahan.
di langit losari
mimpi semakin pula tinggi
mendung dirangkul sunyi
dalam sebuah puisi
yang memujamu berulang kali.
Lebeng barat,2020
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313