Puisi; Nailus Shafi Nail*
Ruang Penyair
Jika penyair berduka 
Dia lebih suka menyendiri 
Menari dengan sepi
Dan mencari diksi dalam imajinasi 
Jika penyair bahagia 
Dia pergi bertamasya ke pohon rindang 
Tuk memetik kata-kata bergelantungan 
Pada daun-daun yang ranum 
akan larik-larik impian 
jika penyair jatuh cinta
palung jiwanya
membeludak, membara dengan kata-kata
Annuqayah, 2020
Negeri Pemantik Asa
            ;Lee
Aku akan membawamu, dinda
Kesebuah negeri yang bisa memproklamasikan cinta kita
Sebab hati ini sudah mengembun 
Mencari haluan dari sebuah kebahagiaan
Negeri yang idiologinya terbuat 
dari kasih sayang kita 
dan asasnya bermawal pemantik asa
di sana kita laiknya raja
dijaga oleh tentara para pecinta 
dinda, maukah kau pergi denganku
Mencari negeri itu?
Annuqayah, 24 Desember 2019
Menunggangi Kereta Jiwa
      ;Lilik
Perjalanan menuju kota Sumenep
banyak harap yang bergelimang di dadaku
harap agar keadaan tak menyiksaku 
harap agar separuh hidupku
selalu menyatu
aku melihat pohon-pohon yang lalu lalang
menyisakan kenanagan
tapi aku tak ingin, kau bernasip seperti pohon itu
menjadi sampah kenangan
yang tak terfikirkan
saat ini, aku seperti mengendarai kereta kencana
menuju syurga Tuhan
sebab di sana ada kau
yang selalu kasmaran dalam doa
Annuqayah, 2020
Beri Aku Jalan
Beri aku jalan
saya sedang membunuh keadaan  
agar stasiun di bibirmu terus mengaji, 
dalam televisi berwarna itu, dada.
Beri aku jalan
saya sedang membunuh bayang takdir Tuhan
menjadi fragmen, kau
Beri aku jalan
sebab aku sedang 
memperbaiki tulang bengkok
pada haluan hidupmu
Annuqayah, 2020
Dimana kulit kotaku
aku menebar senyum. 
angin cerita telah mengawang memeluk sayapnya sendiri
kulit kotaku telah pergi jauh sampai ke senja. 
aku hanya menebar senyum. 
tapi  mentari mendadak pucat,
waktu pun menggerutu
angin telah pergi, 
tak lagi mengecup kotaku
tak lagi mengerlingkan elok namanya
aku kembali menebar senyum
melihat layar putih di genggamanku
tak ada lagi kulit manusia yang sesungguhnya.
Annuqayah, 2020 
Semedi
Masih dalam semedi 
Yang selalu aku tadaruskan pada Tuhan
Tentang selir wajahmu menyimpan aroma kasturi
Sedang mimpiku selalu gigil pada tapal batas aroma itu.
Dalam sujudku 
kutemukan rusukku jatuh,
lalu menjelma Kau
Annuqayah, 2020
Piano Tubuhku
bergetar
Berbunyi
Hingar
Binger
Menjelma kau
Sambil memetik elegan
Annuqayah, 2020
Bangukan Jiwamu
Bangunkan jiwamu yang tidur
disana terdapat sampah kotor
pembuat kendor
akan langkah-langkah berkah
Asahlah jiwa itu
dengan selalu 
khusyuk pada yang Satu
Buatlah tarian-tarian ruhani
dengan gerak pendobrak
hatimu yang mulai tak bergerak
Annuqayah, 2020
 *Nailus Shafi Nail. Santri PP. Annuqayah Lubangsa dan Mahasiswa INSTIKA prodi Ilmu al Qur’an dan Tafsir/II,  asal Juruan laok, Batuputih, Sumenep. Sejumlah karyanya pernah dimuat di beberapa media dan antologi bersama. Sedang merakit mimpi di Komunitas Liur Pena Sastra (LIPENSA) Iksbat, Gubuk Sastra Annuqayah (GSA), dan Sanggar Pangeran. Bisa dikunjungi di: nailusshafinail@gmail.com dan Fb: Nailus Shafi Nail atau WA: 085259271289.
 
 
 
 
 
 
 
