005

header ads

Menggagas Pembebasan Bahasa dalam Sastra: Refleksi atas Karya Putu Wijaya



“Apa Kabar Telegram: Menggali Kekuatan Bahasa Putu Wijaya”


Serambi Salihara menjadi saksi kehangatan diskusi mengenai karya sastra Putu Wijaya dalam acara bertajuk "Apa Kabar Telegram" yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara pada Jumat, 10 Mei 2024. Di atas panggung, Goenawan Mohamad, seorang pengamat sastra ternama, membahas secara mendalam karya monumental seorang sastrawan fenomenal, Putu Wijaya.


Putu Wijaya, seorang sastrawan yang telah menorehkan namanya dalam sejarah sastra modern Indonesia, menjadi pusat perbincangan yang menggugah pikiran. Dalam diskusi yang diarahkan oleh moderator Zen Hae, Goenawan Mohamad membawa penonton dalam perjalanan literer yang menggugah.

Ketika kita menyelami karya Putu Wijaya, kita dihadapkan pada pembebasan bahasa dalam sastra. Melalui novel-novelnya yang memikat, seperti "Stasiun" dan "Telegram", Putu Wijaya menunjukkan keberanian untuk mengeksplorasi kekuatan bahasa tanpa membebani diri dengan makna yang kaku. Prosa-prosanya mengalir tanpa hambatan, menciptakan pengalaman membaca yang unik dan mendalam bagi pembaca.


Sebagai seorang sastrawan, Putu Wijaya tidak hanya menciptakan karya-karya yang menghibur, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang kehidupan dan masyarakat. Dalam karyanya, ia mengeksplorasi beragam tema, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam, semuanya disampaikan melalui bahasa yang penuh dengan energi dan kekuatan.


Salah satu poin menarik yang dibahas dalam diskusi adalah bagaimana Putu Wijaya membebaskan diri dari keterikatan makna konvensional kata-kata. Ia menciptakan bahasa yang hidup, yang mampu menyentuh dan menggerakkan pembaca tanpa harus terikat pada struktur atau norma yang sudah ada. Ini merupakan sebuah tantangan bagi pembaca, namun juga sebuah kesempatan untuk memahami kekuatan yang terkandung dalam keberagaman bahasa.

Dalam karya-karyanya, Putu Wijaya juga mengeksplorasi konsep pembebasan dari norma-norma sosial dan budaya yang mengikat. Melalui narasi yang penuh dengan ketegangan dan kekacauan, ia mengajak pembaca untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang baru, yang membebaskan diri dari batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh masyarakat.


Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang karya-karya Putu Wijaya, tetapi juga menjadi panggilan untuk merenungkan peran sastra dalam membebaskan pikiran dan membuka wawasan kita tentang dunia. Sebagai penutup, Goenawan Mohamad mengingatkan kita akan pentingnya terus menerus menggali dan menghargai keragaman bahasa dalam sastra, sebagai upaya untuk memperkaya pengalaman manusia dalam memahami dunia yang kompleks ini.


Reporter: Nana Wiyono

Editor: Fileski W Tanjung 



Posting Komentar

0 Komentar