005

header ads

Lalai berkendara, Sumber Malapetaka

Dalam kehidupan sehari hari tentu kita tidak asing dengan sepeda motor, banyak  sekali kita jumpai dan kebanyakan orang pasti telah memilikinya. Kendaraan ini paling  banyak diminati oleh orang-orang di Indonesia karena dinilai lebih praktis, cukup nyaman,  dan hemat pengeluaran dalam perawatan mesin dibandingkan dengan mobil. Harga sepeda  motor yang sekarang tidak terlalu mahal pun menjadi sorotan masyarakat Indonesia memilih  untuk membeli dan menggunakan sepeda motor. Dari orang tua, pelajar bahkan anak-anak dibawah umur saja sudah bisa mengendarai sepeda motor dengan bebas. Apakah aman  membiarkan anak yang belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan bermotor? Apakah  perlu adanya ketegasan dalam berlalu lintas?. 

Saya masih ingat betul bagaimana dulu saya pernah mengalami kecelakaan hanya  karena ban depan saya disenggol oleh anak kecil yang membawa sepeda motor ugal-ugalan  dan melanggar rambu lalu lintas, tanpa ada rasa tanggung jawab mereka pergi dengan tidak  memberi sepatah katapun. Saya jatuh membentur aspal, sakit dan memar di tubuh sudah saya  terima. Terbesit di pikiran saya " Dimana sebenarnya anak itu tinggal dan seperti apa orang  tuanya?", apakah dia dalam pengawasan atau tidak. 

Sudah menyebabkan korban, ugal-ugalan, melanggar lampu rambu lalu lintas, tidak  pakai helm. Bagaimana anak dengan perlengkapan kendaraan dan keamanan berkendara  seperti ini bisa masuk ke jalan raya, apa orang tuanya tidak berpikir lebih jauh apa yang bisa  terjadi pada buah hati mereka?, apa harus terjadi suatu insiden atau kemalangan menimpa  baru mereka harus menyadari kekeliruan yang telah mereka perbuat?. Jangan membuat wajah  anak-anak menjadi seperti seorang penjahat kecil. Ketika masih bisa kesana kemari dibiarkan  saja tetapi ketika sudah menerima kemalangan malah tidak terima dan menyalahkan orang 

lain dengan dalih "Mereka itu masih anak kecil, jangan salahkan mereka". Satu nilai yang  kita bisa ambil lagi saat ini dari cara mendidik anak oleh orang tua di Indonesia adalah  dengan cara membiarkan atau malah mengatakan kesalahan anaknya tersebut agar dia paham  itu suatu hal yang tidak boleh dilakukannya untuk sekarang ini dan mau mengakui  kesalahannya entah itu di hadapan keluarga ataupun korban yang telah dia rugikan supaya  anak bisa belajar bertanggung jawab akan apa yang telah diperbuat. 

Padatnya jalanan kota di Indonesia, hiruk pikuk orang-orang, suara bising kendaraan  bermotor yang berseliweran, dan tak jarang terjadi kecelakaan seharusnya sudah cukup untuk  membuka mata kita tentang betapa mengerikannya jalanan itu. Bagai angin yang  menerbangkan puing bangunan, semua seperti tidak ada kata tidak mungkin terjadi di jalan  raya. Segala kemalangan dan kejadian tak diharapkan selalu siap mengintai kita dan orang orang terdekat kita di jalanan. Kita masyarakat Indonesia yang melek hukum seharusnya bisa  memahami ketentuan dalam berkendara, bijak dalam kelengkapan berkendara untuk menjaga  keselamatan diri. Saya sebenarnya kurang "suka" atau "risih" melihat anak dibawah umur  sudah mengendarai sepeda motor dengan sangat bebas di jalan raya bahkan tanpa  pengamanan sedikitpun 

Terkadang orang tua di Indonesia hanya berpikir "mereka itu hanya iri karena anak  kami sudah bisa mengendarai sepeda motor sendiri", padahal itu adalah suatu kebiasaan  buruk yang fatal yang ditanamkan pada anak sejak masih dini. Cara pola pikir orang tua di  

Indonesia yang tergolong jangka pendek dapat menimbulkan banyak resiko yang tidak lain  dan tidak bukan ujungnya pasti suatu kemalangan yang menimbulkan penyesalan pada  akhirnya. Kita sepantasnya mengajarkan suatu kebiasaan yang baik kepada anak kita selagi  mereka belum terpengaruh hal negatif. Jangan merusak jiwa anak-anak dengan terus  memanjakan apa yang mereka inginkan, terkadang kita harus memikirkan dampak apa yang  mungkin terjadi dengan kita memberikan fasilitas kendaraan bermotor tanpa pikir panjang  terlebih dahulu pada anak yang masih dibawah umur. Bagaimana jika anak tersebut tidak  paham rambu?, Bagaimana jika mereka terjadi suatu dijalanan?, bagaimana jika mereka ugal ugalan yang bisa saja membuat anak tersebut terluka atau malah orang lain pun ikut celaka. 

Sebagai orang tua kita harus memilah mana yang baik dan buruk untuk anak kita.  Mana yang sudah diperlukan dan mana yang belum saatnya diberikan. Jangan hanya kita 

ingin terlihat unggul dan bersaing di dalam masyarakat membuat kita buta akan arti  pentingnya suatu keselamatan dan kedamaian. Sebagai orang yang paham akan hukum, kita  seharusnya saling menjaga dan tidak sembarangan dalam menentukan keputusan. Jangan  sampai apa yang kita lakukan berimbas pada orang lain. Anak-anak yang belum bisa  mengendalikan nafsunya dengan baik dan selalu mengandalkan emosional dalam  menghadapi suatu hal dapat mencelakakan seseorang di jalanan. Jangan rusak mental putra  bangsa kita. 

Sebagai anak-anak kita juga harus patuh pada orang tua kita apabila orang tua kita  melarang kita. Karena sesuatu hal larangan pasti memiliki alasan yang baik untuk dipatuhi,  apalagi menyangkut ketertiban dalam berkendara dijalan raya. Anak sepatutnya mengerti atau  orang tua membuat anak mengerti akan bahayanya berkendara ketika belum cukup usia. Agar  anak pun paham dan berhenti untuk merengek apa yang dia inginkan.  

Jangan kita biarkan hal buruk menimpa anak-anak yang memungkinkan dapat  merenggut masa depan mereka. Banyak hal bisa terjadi di jalan raya tak terlepas dari maut  yang mengintai kita kapan saja. Kita seharusnya mawas diri untuk melakukan dan  memutuskan. Demi terciptanya Indonesia maju, mari kita mulai dengan merubah cara  berpikir kita untuk selangkah lebih maju. Jangan menjadi orang yang sembrono dalam  memberikan keputusan. 

Seringkali terbesit di pikiran saya, apa para orang tua tidak yang memberikan hak para anak  dibawah umur itu kendaraan bermotor, tidak melihat bahaya yang malang-melintang di  jalanan. Kita para orang dewasa yang sudah berhati-hati dalam berkendara saja masih kena  imbasnya apalagi anak kecil yang hanya mengandalkan hawa nafsunya. Mereka hanya anak anak yang diberi fasilitas yang kurang tepat, mereka tidak salah karena mereka menggunakan  yang sudah ada. Karena yang salah sebenarnya adalah si pemberi fasilitas tersebut. 


Posting Komentar

0 Komentar