Puisi Agus Widiey |
Lagu Kegagalan
Biarlah kegagalan itu datang
untuk mencambuk nyala bagi jiwaku
untuk melihat seberapa nyali dalam harapku.
Aku gagal karena aku mencoba.
mencoba,
membuang segala nasib dukana.
Barangkali kegagalanku adalah pilu bagimu,
tapi bagiku tidak seperti itu
karena aku sengaja
mencipta kebahagiaan
dari kegagalan.
Selebihnya aku sedang belajar mencintai
apa maksud tuhan memberikan hadiah kegagalan
kepadaku, kepadamu,
juga kepada mereka
yang menganggap suatu petaka.
2022
Lagu Kemerdekaan
Lagu ini sesungguhnya tercipta
dari luka mereka
sebelum proklamasi dinyatakan
hidup adalah narasi kesedihan.
Ketika bedil menjelma
darah bersimbah dimana-mana
tubuh mereka tengkurap
lalu ada yang sampai tiarap.
Tapi mereka nyaris tak takut darah
asalkan menyingkirkan seluruh penjajah
dari tanah yang serupa surga.
Merdeka atau menderita
Tuhan tetap maha cinta.
Kamar, 2022
Guru
Guru, betapa tabah hatimu
mewariskan segala ilmu untukku
dengan membuka gelap pikiranku
tentu katamu; aku harus banyak baca buku.
Kau menyuruhku mengerjakan soal
agar suatu hari aku tak menyesal,
tapi terkadang aku masih nakal
membiarkan kebodohan itu
memperbudak diriku.
Guru, sebab engkau aku tahu
menerjang karang duka kegagalan
dengan mimpi serta harapan
yang diwujudkan dalam perjuangan.
betapa kau telah melukis pelangi
dalam hidupku yang kerap disergap sunyi.
adapun waktu yang serupa perahu
membawaku berlayar ke dermaga rindu
sebab engkau telah jauh
seperti nelayan yang melempar sauh
untuk menangkap harapan
sebagai penghantar kebahagiaan
di masa depan.
Guru, terimakasihku kepadamu takkan pernah selesai
bila ilmu yang kau ajarkan
mengalir deras dalam diriku
hingga tumbuh bunga pengatuhan
dan berbuah sebilah kepribadian.
Sementara bau kapur di tanganmu
masih tercium dalam sajakku
bahkan pada sanubariku
tertanam akar-akar cinta
yang setiap malam kau siram dengan doa.
terimakasih, guru
sungguh perjuanganmu
telah abadikan rindu
dalam diriku
2022
Apologia Penyair
Kita adalah penyair
yang harus merdeka
dari air mata mengalir
sebab, peperangan paling murka
adalah melawan kawan setia
yang diam-diam melupakan janji
demi kepentingan dirinya sendiri.
Juruan Laok, 2022
Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Santri aktif pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep. Menulis puisi dengan dwibahasa Indonesia-madura dan dimuat dipelbagai media baik lokal maupun nasional. Seperti; Bangka Pos, Koran Merapi, Cakra Bangsa, Radar Madura, Radar Banyuwangi, Radar Madiun, Radar Kediri, Radar Bojonegoro, Radar Pekalongan, Majalah Elipsis, Harian Bhirawa, Pro Nusantara, Suara Sarawak, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Suku Sastra, Tiratimes.co, Nolesa co, Litera co, Riau Sastra, Dermaga Sastra, Bali Politika, BMR Fox, Sinar Baru Indonesia, Tajdid.id, takanta id. Selain itu, puisinya juga terkumpul dalam Antologi bersama antara lain; Rumah Sebuah Buku(2020) Hidup Itu Puisi(2020) Subuh Terakhir(2020) Seruling Sunyi Untuk Mama(2020) Sumpah Pemuda (2021) Merapal Jejak(2021) Goresan Kenangan(2021) (Sajak-Sajak Kopi (2022). Pernah memenangkan lomba menulis puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung 202. Email: aguswidiey03@gmail.com No HP/WA : 085932210147. Pernah memenangkan lomba menulis puisi Majelis Sastra Bandung (2021).
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024