005

header ads

Puisi Agus Widiey | Lagu Kegagalan

 Puisi Agus Widiey |


Lagu Kegagalan


Biarlah kegagalan itu datang 

untuk mencambuk nyala bagi jiwaku

untuk melihat seberapa nyali dalam harapku.


Aku gagal karena aku mencoba.

mencoba,

membuang segala nasib dukana.


Barangkali kegagalanku adalah pilu bagimu,

tapi bagiku tidak seperti itu

karena aku sengaja

mencipta kebahagiaan

dari kegagalan.


Selebihnya aku sedang belajar mencintai

apa maksud tuhan memberikan hadiah kegagalan

kepadaku, kepadamu,

juga kepada mereka 

yang menganggap suatu petaka.



2022


Lagu Kemerdekaan


Lagu ini sesungguhnya tercipta 

dari luka mereka

sebelum proklamasi dinyatakan

hidup adalah narasi kesedihan.


Ketika bedil menjelma

darah bersimbah dimana-mana

tubuh mereka tengkurap

lalu ada yang sampai tiarap.


Tapi mereka nyaris tak takut darah 

asalkan menyingkirkan seluruh penjajah 

dari tanah yang serupa surga.


Merdeka atau menderita

Tuhan tetap maha cinta.


Kamar, 2022


Guru


Guru, betapa tabah hatimu

mewariskan segala ilmu untukku

dengan membuka gelap pikiranku

tentu katamu; aku harus banyak baca buku.


Kau menyuruhku mengerjakan soal

agar suatu hari aku tak menyesal,

tapi terkadang aku masih nakal 

membiarkan kebodohan itu 

memperbudak diriku.


Guru, sebab engkau aku tahu

menerjang karang duka kegagalan

dengan mimpi serta harapan

yang diwujudkan dalam perjuangan.


betapa kau telah melukis pelangi

dalam hidupku yang kerap disergap sunyi.


adapun waktu yang serupa perahu

membawaku berlayar ke dermaga rindu

sebab engkau telah jauh

seperti nelayan yang melempar sauh

untuk menangkap harapan 

sebagai penghantar kebahagiaan

di masa depan.


Guru, terimakasihku kepadamu takkan pernah selesai

bila ilmu yang kau ajarkan 

mengalir deras dalam diriku

hingga tumbuh bunga pengatuhan

dan berbuah sebilah kepribadian.


Sementara bau kapur di tanganmu

masih tercium dalam sajakku

bahkan pada sanubariku

tertanam akar-akar cinta

yang setiap malam kau siram dengan doa.


terimakasih, guru

sungguh perjuanganmu 

telah abadikan rindu

dalam diriku


2022



Apologia Penyair


Kita adalah penyair

yang harus merdeka

dari air mata mengalir

sebab, peperangan paling murka

adalah melawan kawan setia

yang diam-diam melupakan janji

demi kepentingan dirinya sendiri.


Juruan Laok, 2022


Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Santri aktif pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep. Menulis puisi dengan dwibahasa Indonesia-madura dan dimuat dipelbagai media baik lokal maupun nasional. Seperti; Bangka Pos, Koran Merapi, Cakra Bangsa, Radar Madura, Radar Banyuwangi, Radar Madiun, Radar Kediri, Radar Bojonegoro, Radar Pekalongan, Majalah Elipsis, Harian Bhirawa, Pro Nusantara, Suara Sarawak, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Suku Sastra, Tiratimes.co, Nolesa co, Litera co, Riau Sastra, Dermaga Sastra, Bali Politika, BMR Fox, Sinar Baru Indonesia, Tajdid.id, takanta id. Selain itu, puisinya juga terkumpul dalam Antologi bersama antara lain; Rumah Sebuah Buku(2020) Hidup Itu Puisi(2020) Subuh Terakhir(2020) Seruling Sunyi Untuk Mama(2020) Sumpah Pemuda (2021) Merapal Jejak(2021) Goresan Kenangan(2021) (Sajak-Sajak Kopi (2022). Pernah memenangkan lomba menulis puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung 202. Email: aguswidiey03@gmail.com No HP/WA : 085932210147. Pernah memenangkan lomba menulis puisi Majelis Sastra Bandung (2021).




Posting Komentar

0 Komentar