005

header ads

RUANG DAN WAKTU DALAM PANDANGAN IMMANUEL KANT


Biodata Immanuel Kant, Filsuf Besar Jerman | Waca Berita

Sumber: https://wacaberita.com/wp-content/uploads/2022/03/67.png 


Abstraksi

Manusia hidup dalam ruang dan waktu. Benarkah demikian? Dalam kosmologi, ruang dan waktu menjadi masalah fundamental. Persoalan ini kemudian diulas dari satu generasi ke generasi berikutnya. Banyak pertanyaan yang muncul mengenai ruang dan waktu. Benarkah ruang dan waktu itu sungguh ada ataukah hanya suatu ilusi? Ruang dan waktu itu suatu realitas yang relatif atau absolut? Apa yang menjadi dasar terdalam ruang dan waktu?

Ilmu pengetahuan mengungkapkan ruang dan waktu secara aneh dan membingungkan. Para ilmuwan dan filsuf memaknai ruang dan waktu secara berbeda. Di satu pihak ada ilmuwan yang mengungkapkan ruang dan waktu sebagai ens atau realitas riil, objektif; sedangkan di pihak lain ada juga yang mengungkapkan ruang dan waktu itu subjektif, dan bahkan menganggap ruang dan waktu hanya ilusi saja.

Dalam kesadaran, manusia mampu menyadari dirinya berada dalam waktu sekarang ini. Mc.Taggrat mengungkapkan bahwa waktu itu tidak hakiki sebab setiap peristiwa adalah telah lampau, kini dan akan datang. Hal ini menimbulkan persoalan, benarkah waktu itu tidak hakiki? Immanuel Kant dengan gigihnya mempertahankan pendapat bahwa ruang dan waktu adalah kategori akal, sebagai bentuk-bentuk murni pengamatan.

Kata Kunci: ruang, waktu, kosmologi


Pendahuluan

Hingga saat ini ruang dan waktu masih menjadi tanda tanya besar. Benarkah ruang dan waktu adalah realitas yang riil ataukah hanyalah ilusi belaka? Ruang dan waktu sebenarnya terbatas atau tidak terbatas? Masih banyak persoalan tentang ruang dan waktu sehingga ada begitu banyak tanggapan atas problem ini.

Gagasan-gagasan para filosof dan ilmuwan berkenaan dengan ruang dan waktu sangat bervariasi, terkadang sampai berbenturan secara diametris. Sebagian dari mereka meyakini bahwa ruang dan waktu termasuk wujud non-materi. Sebagian lagi menganggapnya sebagai hal yang bersifat imaginatif semata. Filosof Jerman, Immanuel Kant, menganggap ruang dan waktu sebagai perkara yang bersifat mental semata. Namun, pada umumnya para filosof menganggap ruang dan waktu sebagai keadaan dari wujud eksternal (Gharawiyan, 2012: 169).

Ada banyak pandangan mengenai ruang dan waktu. Namun yang lebih bisa diterima secara ilmiah adalah pandangan Immanuel Kant. Representasi mengenai ruang dan waktu itu bersifat a priori yang artinya pengertian yang adanya lebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman. Dalam kenyataannya tanpa ruang dan waktu, apa yang dinamankan pengalaman tidak akan mengandung makna. Di samping itu Kant memandang bahwa ruang dan waktu saling berhubungan secara hakiki (Basa’ad, 2018: 131).  Pandangan Immanuel Kant mengenai ruang dan waktu diulas lebih jauh dalam tulisan ini. 


Pembahasan

Pengertian Ruang dan Waktu

Secara leksikal, ruang diartikan sebagai sela-sela antara dua tiang atau sela-sela antara empat tiang; rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; rongga yang tidak berbatas, tempat segala yang ada; dan petak dalam buah. Adapun para ahli mengartikan ruang secara berbeda. Albert Einstein mengartikan ruang sebagai sesuatu yang berlangsung terus-menerus melewati waktu. Sementara itu, Plato menganggap ruang sebagai salah satu prinsip alam. Ruang diartikan sebagai wadah, dan memikirkan materi dalam ruang, atau wadah ini semata-mata sebagai ruang kosong yang dibatasi oleh permukaan geometris. 

Sedangkan waktu secara leksikal diartikan sebagai seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung; lamanya (saat yang tertentu); saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu; kesempatan, tempo, peluang; ketika, saat; hari (keadaan hari); dan saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia. Kesimpulan lain yang dicapai Albert Einstein dalam teori relativitas menyebutkan bahwa waktu merupakan satuan yang berubah-ubah. Tidak ada yang disebut “satu waktu” yang bersambung sejak alam diciptakan sampai sekarang. Yang ada adalah sejumlah waktu.


Konsep Ruang dan Waktu Menurut Immanuel Kant

Pandangan Immanuel Kant mengenai ruang dan waktu terdapat dalam karyanya yang terbesar: The Critique of Pure Reason. Kant mengungkapkan bahwa gagasan mengenai ruang dan waktu perlu diandaikan adanya terlebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman manusia. Ruang dan waktu merupakan bentuk-bentuk murni pengamatan. Sebagai bentuk murni pengamatan raung mengatur atau membentuk kesan-kesan atau cerapan-cerapan indrawi yang lahiriah; sedangkan waktu mengatur dan membentuk kesan-kesan atau cerapan-cerapan indrawi yang batiniah (Siswanto, 2005: 72-73).

Pertanyaan Immanuel Kant yang mendasar adalah, “Bagaimanakah pernyataan-pernyataan a priori sintetis itu menjadi mungkin?” Kemudian ia menerapkan pertanyaan tersebut dalam matematika, fisika, dan metafisika. Menurutnya, matematika berkaitan dengan ruang dan waktu. Immanuel Kant berpendapat bahwa bertentangan dengan penampilannya, sebenarnya ruang dan waktu itu bersifat a priori, yakni tidak merupakan bagian dari pengalaman kita, melainkan suatu kondisi yang diperlukan dan mendahului pengalaman bersangkutan. Kita tak bisa mengalami sesuatu tanpa “bentuk-bentuk penginderaan” ini.

Selanjutnya Immanuel Kant mengajukan argumentasi bahwa pernyataan-pernyataan fisika juga merupakan putusan-putusan a priori. Pernyataan-pernyataan tersebut menggolongkan putusan-putusan empiris (yang dengan demikian juga bersifat sintetis), tetapi menggunakan konsep-konsep yang mendahului pengalaman. Konsep-konsep yang disebut Kant sebagai “ketegori-kategori pemahaman kita” ini sangat serupa dengan ruang dan waktu di dalam matematika. “Kategori-kategori” tersebut adalah kerangka kerja yang hakiki dalam pengetahuan kita; termasuk di dalamnya adalah berbagai hal seperti kualitas, kuantitas, hubungan (termasuk hubungan sebab-akibat), dan modalitas (seperti keberadaan atau ketidakberadaan. Semua itu bukanlah bagian dari pengalaman kita, namun kita tidak dapat mempunyai pengalaman apa pun tanpa semua itu (Strathern, 2001: 57-59).

Dalam sains, kenyataan terakhir adalah ruang dan waktu. Immanuel Kant, yang adalah filsuf Jerman menyebut ruang dan waktu sebagai “gejala riil (nyata) yang tidak dipahami dalam dirinya sendiri” (Pariadji, 2020: 11). Ruang menjadi persoalan penting dalam kaitannya dengan waktu. Persoalan ruang tentunya akan memiliki kesesuaian dengan berbagai jenis pergerakan materi fisik, geologis, mekanik, astronomi, biologis, dan sosial-historis. Namun, ruang selalu mengalami perubahan mengikuti perkembangan waktu (Sugiarti, 2020: 2).


Kesimpulan

Ruang dan waktu masih menjadi masalah fundamental dalam kosmologi. Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul mengenai ruang dan waktu. Ada juga banyak pandangan mengenai ruang dan waktu. Para filsuf dan ilmuwan mengungkapkan secara berbeda mengenai hal ini. Ada yang memandang ruang dan waktu sebagai ens atau realitas riil, objektif; ada juga yang memandang ruang dan waktu itu subjektif, dan bahkan menganggap ruang dan waktu hanya ilusi saja.

Bagi Immanuel Kant, ruang dan waktu merupakan pengertian a priori, artinya pengertian yang adanya lebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman. Dalam kenyataannya tanpa ruang dan waktu, apa yang dinamankan pengalaman tidak akan mengandung makna. Kant juga memandang bahwa ruang dan waktu saling berhubungan secara hakiki.

Jadi, waktu menurut Immanuel Kant adalah kondisi a priori semua penampakan secara umum, waktu menentukan kondisi yang terdalam, yang menengahi kondisi terdalam dengan penampakan luar. Sedangkan ruang sebagai fungsi murni a priori intuisi luar, terbatas sebagai kondisi murni dengan intuisi luar. Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa setiap penampakan luar berada di dalam ruang dan ditentukan secara a priori batas-batasnya oleh ruang.


Daftar Pustaka 

Basa’ad, Tazkiyah. 2018. Studi Dasar Filsafat, Tazkiyah Basa’ad. Yogyakarta:  Deepublish.

Gharawiyan, Mohsen. 2012. Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Sadra Press.

Pariadji, Aristo. 2020. Fisika Alam Roh, Aristo Pariadji. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siswanto, Joko. 2005. Orientasi Kosmologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Strathern, Paul. 2001. 90 Menit Bersama Immanuel Kant. (Frans Kowa, Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Sugiarti, dkk. 2020. Kesatuan Dalam Keberagaman: Paradigma Mutakhir Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya. Malang: UMM Press.

https://kbbi.web.id/ruang, diakses pada 25 Juni 2022.

https://kbbi.web.id/waktu, diakses pada 25 Juni 2022.


OLEH:

Vincentius De Paulo Kono

Mahasiswa Ilmu Filsafat UNWIRA Kupang


Posting Komentar

0 Komentar