005

header ads

PUISI USANG Karya Yin Ude

 PUISI USANG

Karya Yin Ude

 

 (1)

Di tebing sungai aku bocah-bocah telanjang

Ceburkan hati ke lubuk keriangan

Terpercik wajah dara belia

Memekik merajuk di balik batu dan keranjang cucian

 

Pada hulu kerinduan aku kepodang

Hinggapi hati para pencari rotan

Yang parangnya menebas seadanya 

Dengan cinta 

Dengan doa

Hutan rimbunlah

Menating hidup dan hari depan orang-orang desa

 

Ini hari rakitku arungi lumpur arungi sampah

Tersangkut bubu dan jaring tua yang ditinggalkan

Tiada ikan hanya tinja

Mengambang bau di pekat aliran sejarah

 

Sejarah kucatat pula tentang hulu-hulu yang terus dijarah

Kelepak cicit kepodang membentur langit terik

Jatuh diinjak tapak-tapak perambah 

Terbawa laju kendaraan ke kota

Penuh kayu penuh rotan

Supirnya cucu pencari rotan

 

Aku masih hidup dan hanya merenangi puisi

Entah anakku

Tinggal tenggelam

Dalam tumpukan cerita yang akan asing sekali.

 

Sumbawa, 6 Februari 2021

 

(2)

Hijaunya sajakku

Menghampar gugusan bukit-ladang jagung

Kembang-kembang liar mekar di hati

Kelopaknya luruh jelma perahu

Bawa kau ke muara rindu 

 

Kilaunya puisiku

Bergantungan bulir padi keemasan

Buah cinta hujan-matahari

Dan bumi subur sarat kasih

Yang selalu kau puji

 

Merdunya syairku

Merekam riuh lenguh padang gembala

Diiring suling bambu belasan bocah

Mainkan nyanyian damaimu

 

Ramahnya bait-baitku

Belajar dari sekutu gelatik dan kerbau

Untuk kenyang dan nyaman tanpa sengketa

Kau lihat, dengan orang-orangan sawah saja ia bercanda

Dan itu membuatmu tertawa

 

Semangatnya rangkai kata-kataku

Oleh derap langkah para petani

Menyusur pematang pagi

Berkubang asin peluh dijerang matahari

Terbayar manis di seduhan kopi sore hari

 

Sajakku, puisiku, syairku, rangkaian bait dan kata-katanya

Mungkin takkan lagi membawa rindu, tak lagi memuja-muji

Ia tak lagi menampung nyanyian damai dan derai tawa

 

Ia tak manis lagi

Sejak aku kehilangan bukit dan ladang jagung

Sejak padi tak ditanam lagi

Sejak padang-padang  rumput bukan milik gembala lagi

 

Cicit gelatik  

Derap langkah para petani

Tertindih deru kendaraan pengangkut pasir batu

Ke bukit-bukit

Ke ladang-ladang

Ke sawah-sawah

Ke padang-padang

Tempat melata akar industri, pabrik tumbuh menjulang tinggi

 

Debu-debunya

Kabut asap kelabunya

Segera menjelma sajak, puisi, bait-bait

Dan rangkaian kata-kata kotor.

 

Sumbawa, Maret 2021


Bionarasi penulis:

Yin Ude, asal Sumbawa Timur, NTB. Menulis sejak tahun 1997. Tulisannya termuat di media cetak dan media online dalam dan luar Sumbawa. Memenangkan beberapa lomba, antara lain Juara 2 Lomba Cipta Puisi Bulan Bahasa Himapbi Universitas Asy’ariah Mandar (2021) dan Anugerah Cerpen Terbaik Negeri Kertas (April 2022). Karya tunggalnya yang telah terbit adalah Buku Sepilihan Puisi dan Cerita “Sajak Merah Putih” dan Novel “Benteng”. Puisinya dapat dibaca pula dalam antologi bersama yakni Antologi Puisi “Seribu Tahun Lagi”, Antologi Puisi “Genta Fajar”, Antologi Puisi Plengkung: Yogyakarta dalam Sajak, Antologi “Hujan Baru Saja Reda”, Antologi “Jejak Puisi Digital”, Antologi Puisi “Para Penyintas Makna”, Antologi Puisi “Pertemuan di Simpang Zaman”, dan Antologi Puisi “Jejak Waktu”. Beberapa buku lainnya dalam proses terbit.





 






 


Posting Komentar

0 Komentar