005

header ads

HPN Puisi Nahlia

 


 

MENUNGGU HIJAU

 

/1/

Kau di Stop titik merah dan hanya menunggunya berubah warna.

 

Di balik jendela mobil

yang kusam luarnya, kaupandangi luar: kaulihat asap-asap

yang berkolaborasi dengan kepulan awan-kelam menghitam. Juga debu-debu yang berkerumun mencari celah masuk ke hidung.

 

Di dalam mobil pengap yang kotor luarnya: kauputar lagu favorit dengan volume yang memekikkan telinga sambil mengamati anak panah merah yang berjalan menuntunmu dari layar yang bersuara perempuan yang seolah hafal segala tujuan.

 

/2/

Kaupandangi luar sekali lagi:

 

_masih merah_.

 

Roda-roda berbaris tak satupun mau mengalah, dengan klakson-klakson yang bersahutan dari banyak arah. Juga anak-anak punk dengan pakaian serba hitam dan rambut menyala bernyanyi kesana-kemari memetik senar gitar yang hampir putus.

 

Dari bawah atap mobil: kau mendongak mencoba mencari atap gedung-gedung yang menjulang mencoba menandingi awan. Namun tak kautemui.

 

Kaupun lupa:

sedang menunggu hijau.

 

TMG,180322

 

Nahlia Hulwah. Perempuan kelahiran Temanggung 4 mei 2006. Lima belas tahun tinggal di

Jambi, Sumatra dan sekarang tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pelajar yang salah satu hobinya adalah menulis. Bisa dihubungi melalui akun Instagram: @n_hlwah , email: nahliahlwh04@gmail.com.


------------------------------------------


Puisi Nahlia

 

ANGIN DAN RUMPUT

 

Ranting kecil itu

:mulai repas

tak kuasa dipijak serbuk hujan. Burung yang membuat sarang diatasnya, juga kucing yang diusir majikannya menginap beberapa di atas sana.

 

Angin bercakap pada daun yang tinggallah ia di pucuk: bahwa daun itu memilih didekap angin. Dibawanya menyusur tata surya, atau mengajarinya berenang di samudera.

 

Duri-duri rumput menunggunya--ranting dan daun--jatuh, untuk kemudian kesakitan, dan meminta tolong.

 

Angin dan rumput terbahak merasa berhasil memanipulasi.

 

TMG, 020422

 

TAK TERSELAMATKAN

 

Tuan,

masih ingatkah engkau

rangkaian huruf di atas pasir putih

yang kau toreh dengan sebatang ranting kering

yang tersesat jauh dari asalnya

 

Tuan,

kalimat indah itu

kini termakan ombak yang gemuruh

huruf-huruf itu tak lagi tertata rapi:

berserakan, kacau

 

pun dengan cintamu yang katanya terpendam lama

kini melebur terseret ombak

hilang,

tenggelam,

tak terselamatkan

 

Temanggung,150322

 

Nahlia Hulwah. Perempuan kelahiran Temanggung 4 mei 2006. Lima belas tahun tinggal di

Jambi, Sumatra dan sekarang tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pelajar yang salah satu hobinya adalah menulis. Bisa dihubungi melalui akun Instagram: @n_hlwah , email: nahliahlwh04@gmail.com.

 



 




Posting Komentar

0 Komentar