005

header ads

CERPEN Fathiyatul Husnah : MENTARI BERSINAR DI UJUNG DUKA

  : MENTARI BERSINAR DI UJUNG DUKA

Penulis: Fathiyatul Husnah 

( Isfarana nama pena) 

Hujan nampak indah setelah awan menampakkan cahaya indahnya. Pelangi pun tak lagi mau bersembunyi. Inilah hidup seperti putaran yang hebat. Kita tak tahu kapan akan terbit atau tenggelam. 

“Sayur.....sayur.....sayur...”

“Pak, sayur sop.nya ada?” tanya Ilvi 

“Ada vi. Mau sayur sop sama apa?”

“Sama ikan asin pak.”

“Ini belanjaannya. Totalnya 10.000.”

“Pak, aku mau ngutang dulu. Boleh?”

“Aduh.. kamu ini kok ya ngutang mulu vi. Bapak kapan kaya.nya?”

“Aduh pak, 10.000 aja lho pak.”

“Sekarang 10.000, kemarin sama kemarinnya 50.000 jadi total 60.000.”

“Aduh pak, jangan perhitungan gitu sama saya. Besok kalau saya sudah punya uang, saya bayar.”

“Terserah ya, pokoknya kamu bayar.”

“Iya pak, janji.. tenang aja.”

Di depan rumah, adik-adik Ilvi sudah menunggu. 

“Kak.. ayo buruan masak, aku lapar.”

Rio dan Ķarin merengek minta jatah makanan. 

Mereka bertiga adalah anak yatim piatu. Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan. 

“Rio, Karin sini! Ini makanannya sudah jadi.”

“Kak, besok makan ayam goreng dong?” pinta Karin

“Iya dek.. besok kalau kakak punya uang yang banyak, kakak belikan ayam goreng.”

“Asiiikkkk.” Teriak mereka berdua  

Didalam hati, Ilvi merenung karena memikirkan kebutuhan mahal, harga minyak goreng pun mahal. Mana bisa ia beli ayam goreng.”

Tin...tin...tin....tin... suara klakson sepeda Beni mengejutkan lamunan Ilvi. 

“Ben, kamu ini pagi-pagi sudah mengejutkan orang saja.”

“Hei, siapa suruh kamu ngelamun?” Goda Beni

“Aduh.. pagi-pagi ke rumah orang. Mau ngapain?”

“Mau nawarin kerja nona cantik.”

“Kerja apa Ben?”

“Kerja di restoran, mau  nggak?”

“Serius?”

“Ya iyalah.. kalau nggak serius, aku nggak bakalan pagi-pagi kesini. Belum makan lagi.” Ucap Beni kesal

“Ya maaf deh kalau gitu.. gimana kalau kamu makan disini?”

“Makan apa?”

“Ikan asin+sayur sop dapat dari ngutang.  Hahaha...Mau nggak?”

“Kamu ini kebiasaan. Ngutang melulu. Hahaha...”

Keesokan harinya, Beni dan Ilvi pergi ke restoran. Disana dia di interview oleh sang bos. Beberapa lama kemudian, ilvi keluar dan dia sangat senang karena dia diterima di sana. 

“Selamat ya vi, kamu harus rajin. Kalau rajin gajinya nanti pasti saya naikkan.”

“Iya pak.. siap...”

Sepulang kerja, dia melihat kedua adiknya menangis. 

“Ada apa Rio, karin? Kog kalian nangis?”

“Bukuku habis kak. Rio juga..aku mau ngutang Bu Ruli tapi malah dimarahin. Sinta juga tidak mau berteman dengan kami, karena dia bilang aku seorang adik dari kakak yang suka ngutang.”

“Astaghfirullahal adziim.. sabar yang dek.. ini kakak lagi cari uang. Kakak baru diterima kerja. Yaudah kalau gitu, besok kakak akan pinjam uang ke bos kakak. “

Mentari telah bersinar, saatnya memulai aktivitas lagi. Ilvi mondar-mondar ingin menemui Pak Jaya. 

“Vi, kamu sedang apa disana?”

“Maaf pak, saya mau bicara sebentar.”

“Bicara apa Vi?”

“Aku mau ngutang dulu pak.. besok kalau gajian, potong saja gaji saya.”

“Lho memangnya buat apa Vi?”

“Untuk kebutuhan kedua adik saya pak. Saya sudah tidak punya orang tua. Sehari-hari aja untuk makan saya ngutang. Kemarin adik-adik saya menangis karena tidak punya buku tulis untuk sekolah, mau ngutang ke tetangga juga malah dimarahin.”

“Yaudah Vi..kamu bapak kasih 500.000 ya, ini kamu hemat sampai gajian. Besok kalau sudah gajian, bapak potong ya?”

“Iya pak, terimakasih banyak.”

Pekerjaan Ilvi telah selesai. Ia pun pulang membawa uang untuk adiknya. 

“Assalamu’alaikum dek..”

“Waalaikumsalam kak..”Jawab kedua adiknya

“Ayo kita ke belanja buku. Sekalian kakak lunasin hutang kakak.”

“Kakak dapat uang darimana?” tanya Rio

“Kakak pinjam bos kakak. Besok potong gajian.”

“Yaudah kak..ayo!”

Mereka pun pergi ke toko Bu Ruli.

“Permisi bu.”

“Ada apa lagi kalian kesini?”

“Ini Bu.. saya mau beli buku untuk adik-adik saya, sekaligus mau bayar hutang.”

“Baguslah kalau gitu.”

“Total semuanya 80.000 .”

“Ini bu uangnya. Tapi saya minta tolong lain kali jangan marahin adik saya. Adik saya tidak tahu apa-apa. Kalau mau marah ke saya aja.”

“Yaudah maaf.” Jawab Bu Ruli dengan ketus

2 tahun berlalu, setiap hari Ilvi hanya menjatah uang belanja sayur+ikan 10.000- 15.000. Sisanya ditabung untuk bayar SPP kedua adiknya. Dan ia juga berkeinginan membuka rumah makan sendiri dan juga usaha lainnya. 

Ilvi hobi membuat kue. Di waktu luang ia membuat kue kering dan ia posting lewat media sosial. Ilvi anak yang sangat rajin dan kreatif. Ia juga membuat beberapa kue ditaruh di depan rumah dan adiknya yang menjualnya. Adiknya duduk dibangku kelas 5 SD dan 1 SMP. 

Setiap hari uangnya ia kumpulkan. Ia juga membuat pesanan makanan jika ada yang memesan. Hari ini ia berencana memberi makanan gratis ke panti asuhan. Dia mengajarkan adiknya untuk berbagi. 

Keesokan harinya, di restoran nampak Gery seorang pengusaha kue, dia mencari Ilvi dan menawarkan kerja sama dengannya. Ilvi diminta untuk menempati cabang toko rotinya. 

Ilvi sangat antusias dengan tawaran itu. Hatinya berbunga-bunga. Ia merasa bahagia karena akhirnya ia bisa menggantikan tugas orang tuanya untuk menjaga adik-adiknya.

Ditengah kebahagiaannya, ternyata ada orang yang iri dengannya. Dia adalah Siska. Sahabatnya sendiri. Ia tega memfitnah Ilvi dengan mengatakan bahwa kue yang ia buat berasal dari campuran bahan kadaluarsa. Isu itu membuat usahanya seketika menurun. Ilvi tidak tahu bahwa Siska mempunyai rencana yang buruk kepadanya. 

“Sis, apa ini semua ulah kamu yang memfitnahku?”

“Kenapa kamu menuduhku seperti itu?”

“Iya.. banyak orang yang bilang bahwa kamu yang menyebarkan berita bahwa kue buatanku berasal dari bahan kadaluarsa. Jahat kamu.”

“Kalau iya kenapa memangnya? Aku yang akan diberi amanah di toko ini dan kamu yang akan ditendang. Lihat saja.. “

“Kenapa kamu tega? Kamu nggak lihat adik-adikku? Selama ini aku membanting tulang bekerja apapun demi mereka.”

“Aku nggak peduli.”

Seketika air matanya tumpah. Ia seperti ditusuk duri. Orang yang baik didunia ini tidak hanya dilihat saat kita menderita. Tapi saat kita bahagia itulah ujiannya. Ternyata dia bukan sahabat yang baik yang tega memfitnah sahabatnya sendiri. 

Ilvi memutar otaknya. Ia mulai membangun toko di Pinggir jalan raya dengan tabungan yang masih tersisa. Tanah kosong itu bekas peninggalan orang tuanya. Dan ia memangun toko itu disana. Adik-adiknya membantu Ilvi disana. Beberapa bulan kemudian, toko itu sudah jadi dan diberi nama toko kue”BAROKAH”. Akhirnya toko mereka pun ramai pembeli. Kini Ilvi menjadi seorang yang sukses. Ia pun menjadi manajer di restorannya bekerja dan mempunyai toko roti sendiri. 

Di dalam hidup ada masa dimana kita akan terjatuh dan dalam keadaan yang sangat susah. Tapi semangat dan tekad yang kuat yang akan mengubah arah hidup seseorang. Barang siapa yang mau berusaha, maka Allah pun akan mengubah nasibnya. Jangan pernah iri dengan rezeki orang lain karena rezeki tidak akan pernah tertukar. Kisah hidup Ilvi mengajarkan betapa hebatnya ia bertahan hidup dan sukses untuk kedua adiknya. 

Gresik, 31 Maret 2022 

 

  Fathiyatul Husnah. Nama pena Isfarana. Menulis adalah hobi saya. Saya tinggal Di Gunung Sari Indrodelik Bungah Gresik. No hp saya 081515513312







Posting Komentar

0 Komentar