005

header ads

Puisi Pringadi Abdi Surya

 Kertapati


Setiap kereta datang, kukenang masa kecil. Bapak pulang

di Kertapati, membawa sisa keringat di bajunya.

Lalu malam demi malam bersama, setelah Maghrib berjamaah

Ia mengajariku Hijaiyah. Di sana ada Tuhan, dan Ia

berharap aku menemukanNya, lalu menyimpannya baik-baik di dada—


sebelum kereta lain merampasnya, dan aku hanya bisa

memberikan lambaian tangan paling sempurna. Lalu di satu titik

Ia menghilang. Dan aku meraba dadaku, berdoa pada Tuhan di sana

Sesegera mungkin Bapakku dikembalikan.


Aku tidak pernah tahu, nasib seorang lelaki ternyata

harus menanggung kedewasaan. Setelah kereta datang

aku masuk ke gerbong nasib, berdiri, dan sedemikian karib

dengan waktu yang sia-sia. Sambil kuingat tangisan

anakku yang tak rela Bapaknya pergi, setelah terpaksa

kulepas pelukannya yang gigih.


Aku baru tahu, ternyata hati yang pergi

tak kalah pedihnya

dengan hati yang ditinggalkan.


(2022)


Pringadi Abdi Surya dilahirkan di Palembang, 18 Agustus. Catatan pribadinya bisa dilihat di https://catatanpringadi.com. No WA 085239949448. Facebook: Pringadi Abdi.



Posting Komentar

0 Komentar