005

header ads

Profil: Muhammad Lefand



         Muhammad Lefand  lahir dari pasangan suami istri Padatun-Munipa di Sumenep Madura pada tanggal 22 Februari 1989 dengan nama Muhammad, yang merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Rinciannya empat perempuan dan empat laki-laki. Dari delapan saudara tersebut, yang meninggal tiga orang yaitu: satu perempuan dan dua laki-laki (Hamdiyah, Ahdan dan Abdul Basik). Sedangkan yang masih hidup lima orang, tiga perempuan dan dua laki-laki (Tibliyah, Helmatun Hasanah, Moh. Jamil, Hodaibiyah dan Muhammad).

         Mengenyam pendidikan dasar di SDN Serabarat I pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Selepas dari sekolah dasar, melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep di bawah naungan Yayasan Pendidikan Pesantren An-Nawari, lulus pada tahun 2004. Pendidikan menengah atasnya satu lembaga dengan menengah pertamanya yaitu di Madrasah Aliyah An-Nawari, lulus pada tahun 2007. Setelah lulus dari pendidikan menengah, tidak langsung melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena disebabkan oleh keterbatasan ekonomi. Baru pada tahun 2008, dengan modal nekat dan yakin kepada takdir yang bisa dirubah dengan ijin Tuhan, mencoba merasakan nikmatnya bangku kuliah meski sering berurusan dengan TU Kampus karena selalu telat membayar SPP dan lainnya. Karena berkat kuasa dan KemurahanNya akhirnya tahun 2012 bisa menyandang gelar sarjana dari Universitas Islam Jember Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam.

         Dari sejak lahir sampai tamat pendidikan menengah tinggal di kampung halaman (tempat lahir) yaitu Desa Seratengah Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Madura, akan tetapi karena cita-cita ingin mengubah nasib menjadi lebih baik akhirnya tahun 2008 hijrah ke Kabupaten Jember mengabdikan diri pada Lembaga Pendidikan Pesantren Al Qalam yang terletak di Desa Sumberbulus kecamatan ledokombo Kabupaten Jember menjadi tenaga pengajar. Tak berapa lama atau sekitar satu tahun diterima menjadi pendidik di SDN Sumberbulus 02 juga di SMPN 02 Ledokombo. Sampai saat ini sudah banyak lembaga pendidikan pernah menjadi tempat bekerja sebagai seorang pendidik antara lain: SDI Nurul Huda, SDN Sumberlesung 01, SDN Lembengan 02 dan SDN Sumbersalak 03.

         Meski sibuk dalam bidang pendidikan masih menyempatkan diri aktif dalam beberapa organisasi antara lain: Sebagai Ketua Pusat Informasi Konseling Remaja GRESS(generasi remaja edukatif sehat sejahtera) kec. Ledokombo, anggota PMI, Pramuka, Gerakan Pemuda Anshar, IPNU, Volunteer di Komunitas Belajar Tanoker dan lainnya. Selain itu juga aktif dalam beberapa forum kepenulisan.   


Awal Menulis
       Awalnya saya tidak mempunyai bakat untuk menulis apapun baik itu fiksi maupun non fiksi. Ketika masih SD tulisan saya hanya pelajaran sehari-hari, pernah menulis puisi itupun karena tugas dari guru. Waktu itu saya menulis puisi tentang doa banyaknya empat baris, meski hanya empat baris, tapi menghabiskan waktu berfikir saya sampai lebih dari satu jam, tak sesuai dengan lama prosesnya karya tersebut mendapat nilai yang jauh dari memuaskan. Sampai di bangku SMP tetap saja tidak bisa menulis sebuah karya. Pengalaman menulis di awal masuk SMP sama persis pada waktu di SD ada tugas membuat puisi dari guru pelajaranBahasa Indonesia, yang prosesnya lama tapi hasilnya juga jauh dari harapan. Baru ketika menduduki kelas dua, saya mulai latihan menulis karena disebabkan ingin mengungkapkan sebuah perasaan pada seorang perempuan yang membuat perasaan saya berbunga-bunga.

       Ketika menikmati bangku SMA bakat menulis belum juga tumbuh. Saya tetap tidak bisa menulis meskipun sudah berkali-kali membuat surat pada seorang perempuan. Tulisanku terasa sanagt datar. Pernah saya mengikuti sebuah lomba yang diadakan oleh lembaga dalam rangka memperingati akhir tahun ajaran (haflatul imtihan), lombanya yaitu menulis surat kepada bapak Presiden Republik Indonesia. Kebetulan jurinya adalah guru sekaligus famili saya, dia mengatakan bahwa surat yang kutulis itu tidak jelas. Saya sih santai saja karena memang saya sendiri mengakui kalau tulisan saya itu memang berantakan. Pernah juga ikut lomba pembuatan puisi, ya hasilnya sama, tulisannya nggak nyambung.

       Saya mulai sedikit bisa menulis, pertama ketika di sekolahku dibangun perpustakaan. Saya selalu membaca buku terutama tentang puisi dan novel juga sejarah. Saya sering membaca Majalah Horison dan lainnya, di mana isinya yang membahas sastra dan permasalahannya. Karena seringnya membaca Majalah Horison tersebut saya punya keinginan menulis sebuah karya yang bisa terbit di majalah. Kedua banyaknya teman-teman di sekolah yang senang menulis dan membaca puisi.

        Banyak teman-teman bisa membuat puisi tapi mereka tidak mempunyai wadah. Akhirnya meski tidak bisa menulis saya mengajak mereka yang bisa menulis puisi bermusyawarah membuat wadah kepenulisan, maka lahirlah forum kepenulisan yang kami beri nama FORSADA(forum satrawan muda an-nawari), yang waktu itu anggotanya delapan orang termasuk saya. Saya merupakan satu-satunya anggota yang tidak bisa menulis, tapi teman-teman memasukkan saya karena saya merupakan salah satu pencetusnya. Dari forum ini akhirnya kita sepakat membuat masing-masing dua puisi setiap anggota untuk dikirim ke majalah Horison termasuk saya. Dasar memang orang yang tidak punya bakat menulis, sampai malam terakhir deadline saya belum bisa menghasilkan satu saja dari dua jumlah puisi yang harus disetor. Semalaman saya tidak bisa tidur, karena memikirkan puisi yang harus saya setorkan kepada forum. Dengan perasaan tidak tenang akhirnya saya tidur, di samping karena kecapean juga karena malam sudah larut. Jam 02.00 malam saya bangun ambil wudhu’ lalu shalat Tahajjud. Nah ketika selesai shalat, inspirasi datang kepada saya. Sampai shalat Subuh tiba saya bisa menyelesaikan dua buah puisi yang judulnya “ Dengan Sujudku” dan “ Ketika Aku bersujud”. Besoknya saya setorkan ke forum, dan forum yang menentukan salah satu karya dari masing-masing anggota yang akan dipilih dan dikirim ke Horison. Akhirnya puisi saya yang terpilih yaitu yang berjudul “dengan Sujudku”. Delapan karya dari masing-masing anggota sudah terpilih dan siap diketik lalu dikirimkan.

         Sekitar satu tahun berlalu, ada pak pos yang mengantar surat dari Majalah Horison ke rumah saya, kebetulan saya kenal akrab dengannya. Jadi kalau ada surat ke sekolah pasti dititipkan ke rumah. Ketika saya baca pengirimnya dari Majalah Horison, langsung saya buka surat itu. Saya baca ternyata isinya adalah pemberitahuan  tentang puisi-puisi yang terpilih yang akan dimuat di sajak kaki langit. Tanpa diduga ternyata dari delapan karya puisi yang dikirim hanya tiga puisi yang lolos salah satunya adalah puisi karya saya. Betapa senang dan bahagianya saya membaca surat itu, yang saya sendiri setengah tidak percaya.
         Berawal dari surat pemberitahuan dari Horison itu saya mulai menemukan bakat saya. Dan saya menulis dan terus menulis.

Proses Kreatif
       
       Sebagaimana yang saya sampaikan pada proses awal menulis, yang mana prosesnya lama sekali, yang akhirnya menjadikan saya senang menulis, begitupun proses kreatif saya tidak serta merta instan. Berawal dari karya puisi pertama saya yang terbit di Horison, saya selalu membuat buat puisi yang saya kirimkan ke berbagai media baik cetak maupun elektronik, seperti radio, koran, majalah dan lainnya. Lagi-lagi tanpa disangka puisi karya saya terbit di Tabloid GAUL dan Majalah Mimbar. Dengan terbitnya karya-karya tersebut saya semakin produktif membuat puisi. Saya bisa membuat buku cetak sendiri meski tanpa ISBN yang saya beri judul PENA.

        Ada salah satu karya puisi yang kutulis lahir dari pengalaman nyata yang saya alami, yaitu puisi yang berjudul: “Kau Menyuruhku Bisu”. Puisi ini lahir yaitu ketika saya mengirim surat kepada seorang yang saya senangi, yang mana surat tersebut saya titipkan kepada keponakan saya. Apes ternyata surat saya titip tersebut tidak dikasih langsung kepada orangnya tapi dititipkan lagi kepada temannya, yang oleh temannya itu juga tidak dikasihkan kepada orangnya juga melainkan diserahkan kepada bapaknya. Bapaknya merupakan guru agama saya, yang sangat taat mengamalkan ajaran agama. Surat itu dibaca oleh bapaknya. Setelah membaca surat tersebut bapaknya langsung marah-marah, mengancam kepada anaknya, yang ancamannya tidak akan dikuliahkan kalau berhubungan dengan saya. Surat saya dikasihkan satu lembar dan satu lembarnya lagi disimpan bapaknya. Setelah membaca surat tersebut dia membalasnya dengan surat yang ditulis di kertas sobek tanpa amplop dititipkan melalui temannya yang merupakan adik sepupu saya. Isi dari surat tersebut intinya melarang saya berhubungan baik melalui surat ataupun telefon juga tatap muka. Dari surat itulah aku menumpahkan segala perasaanku menjadi sebuah puisi yang akhirnya terbit di majalah Mimbar.

         Pernah juga saya produktif menulis ketika ibu saya sakit parah. Kesedihan saya, saya tumpahkan menjadi sebuah puisi.

         Sekarang setelah saya bisa sedikit teknologi informasi, saya banyak mendonload referensi mengenai tips menulis yang berkualitas. Saya juga tergabung ke dalam beberapa grup kepenulisan yang sering mengadakan event serta diskusi. Saya selalu aktif mengikuti semua event-event tersebut. Alhamdulilah ada juga karya saya yang lolos dan dibukukan. Sampai saat ini,saya sudah memiliki sekitar sepuluh buku karya puisi yang berbentuk antalogi bersama.

         Jadi menurut saya bakat kita akan lahir karena ada campur tangan Tuhan. Berkaryalah dan sering-seringlah berdiskusi dengan orang yang lebih berpengalaman. Jatuh bangun dalam berkarya itu biasa, yang penting kita punya semangat dan kemauan yang kuat. Kadang kita harus gagal dan dicaci maki untuk mengasah bakat terpendam kita.


       
Hasil Karya

        Sajak-sajaknya tersebar di beberapa media cetak antara lain: Majalah Sastra Horison, Tabloid GAUL, MPA dan lain-lain, juga di media online seperti: www.jendelasastra.com, www.bengkelpuisi.net, www.kompasiana.com, www.puisi2koma7.net dan lainnya.
        Antologi puisinya: “Ayat-ayat Rindu: Kumpulan Puisi Cinta” (Star Publishing, 2013). “Karena Aku Wanita: Kumpulan Cerpen dan Puisi” (AE Publishing, 2013). “UCAP: Ungkapan Cinta Ala Panyair #2” (Meta Kata, 2013). “Buku Antologi Puisi: Semanggi Surabaya” (FAM Publishing, 2013). “Kumpulan Puisi Tempat Tinggal, Kenangan dan Aku: Sajak Tiga Warna” (AE Publishing, 2013). “Kidung Kekasih: Romantika Sajak Merah Muda” (Meta Kata, 2013). “Ramadan: Semesta Merindu” (Meta Kata, 2013). “Antologi 135 Puisi Romantis: Cinta dalam Empat Dimensi”(PEDAS Publishing, 2013). “Perjuangan Hidupmu Inspirasiku: Terinspirasi dari Wanita Hebat Seluruh Dunia” (GP Publishing, 2013). “Jelaga: Antologi Puisi Muhasabah” (Penerbit Asrifa, 2013). “Puisi 2koma7: Apresiasi dan Kolaborasi” (Bengkel Publisher, 2013). “Puisi Untuk Negeri” (Az-Zahra House Publisher, 2013). “Titian Rindu” (Az-Zahra House Publisher, 2013). “Darah di Bumi Syuhada: Antologi Puisi Pemenang Lomba Cipta Puisi Bertema Mesir, Palestina dan Rohingya” (FAM Publishing, 2013). “Phobia” (AE Publishing, 2013). “ Menggapai Impian: Dream Believe and Make it Happen” (Penerbit Asrifa, 2013). “A Season’s Journey: Aku, Kamu, Kita. Punya Cerita” (Pustaka Jingga, 2013). “Eca Moment 4: Kumpulan Flash True Story, Puisi dan Fiksi Mini” (AE Publishing, 2013). “Puisi buat Gusdur: Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel” (Dewan Kesenian Kudus, 2013) . “The Last Love #1(Kumpulan Puisi) (Pena House, 2014). “Motivasi Cinta: Ajari Aku Semangatmu” (Pena House, 2014). “Cinta di Balik Hujan: Puisi #2” (Pena House, 2014). “Rindu Rahasia #1” (Pena House, 2014). “Eca Moment 5: Kumpulan Puisi, FF, FTS dan Opini” (AE Publishing, 2014). “Menjadi Indonesia” (FAM Publishing, 2014).  Dan masih ada beberapa buku antologi puisi yang akan segera terbit.
        Naskah kumpulan puisinya yang berjudul ”Aku Anak Indonesia”(2013) mendapat juara 3 pada lomba “Sayembara Buku Pengayaan Pusat Kurikulum dan Perbukuan” tahun 2013 kategori puisi anak. Selain menulis puisi, juga menulis artikel, essay dan pantun. Antologi buku pantunnya yaitu: “Mutiara Pantun (Kumpulan Pantun Jilid 3)” (GP Publishing, 2014). Artikelnya pernah dimuat di harian “SURYA” dan media online. Sedang biografinya dimuat dalam buku “Ensiklopedi penulis Indonesia” (FAM Publishing, 2014). 
        Antologi puisi tunggalnya “Satu Kaca Dua Musim”(Pena House: 2014). “Jangan Panggil Aku Penyair” (Ganding Pustaka: 2015). Dan “Khotbah Reungan Tak Utuh Jarak dan Jagung” (Pena House: 2016).

        Demikian sekelumit cerita saya, yang alurnya sangat berantakan. Karena memang saya merupakan penulis yang masih harus banyak belajar. Saya mohon maaf atas kekurangan tulisan saya ini. Untuk kesempurnaanya boleh atau saya ijinkan semua untuk mengkritisi kalau perlu merevisinya.

       Salam semangat dari saya Muhammad penulis pemula kelahiran Sumenep yang sekarang berdomisili di Jember

        Sekarang tinggal di Jl. CUMEDAK No: 118 (Sebelah Polsek Ledokombo) Desa Sumberlesung Kecamatan Ledokombo 68196 Jember. Bisa dihubungi lewat  HP: 081336085737 FB: Muhammad Lefand  Email: mdsahabat7@yahoo.co.id Twitter: @MuhammadLefand



#profil

Posting Komentar

0 Komentar