PUISI-PUISI GIMIEN ARTEKJURSI
TAK ADA HUTAN UNTUK HARIMAU DI PULAU JAWA
hutan tempat harimau di pulau jawa
tinggal sepelemparan batu
tak bisa untuk menyembunyikan loreng kulitnya
tak cukup untuk tempat berburu
hutan-hutan di jawa telah berganti
menjadi hutan konsumsi, kebun dan ladang dan bangunan
menjadi hutan kota, hutan industri, hutan rekreasi
kebun karet, kebun pinus
kebun kopi, kebun kakao, kebun sengon
hutan-hutan di pulau jawa telah berubah
menjadi hutan pabrik-pabrik kayu
hutan para wisatawan, hutan penjelajah alam
kebun penyadap karet
penyadap pinus, penyadap gula
ladang petani tebu, petani jagung dan singkong
menjadi hutan-hutan gedung dan beton
hanya sisa sepelemparan batu
itupun tak lepas dari tangan-tangan perambah hutan
hutan tempat harimau di jawa
hanya sisa sepelemparan batu
dan suara aum harimau
akan menembus dinding-dinding kamar
penghuni kampung dan kota tepi hutan
menciptakan ketakutan dan ancaman
dan runcing taring harimau
tak kan sanggup menandingi tajamnya pisau manusia
loreng kulitnya tak kebal mesiu senjata
dan mengaum di hutan yang sisa
adalah kematian
hutan tempat harimau di jawa
hanya sisa sepelemparan batu
hewan yang tinggal di dalamnya hanya tikus, ular dan serangga
dan mungkin monyet ekor panjang
tak ada lagi hewan buruan
jika harimau tinggal dalam hutan di pulau jawa
akhirnya mati kelaparan
atau mati bunuh diri karena merambah tempat warga
tak ada lagi hutan tempat harimau di pulau jawa
jika masih ada harimau di pulau jawa ingin hidup
ia harus tinggal di kandang kebun binatang
di penangkaran para pelindung hewan
di balik pagar taman rekreasi
atau berlatih bersama badut-badut
menjadi pemain sirkus
Kumendung, 16 April 2023
MASIH ADAKAH HUTAN DI PULAU JAWA?
:Untuk Fatah Yasin Noor
membuka jendela pagi setelah lelap semalam
kau bertanya:
"masih adakah hutan di pulau jawa?"
bau asap knalpot, bising mesin dan riuh suara elektronik
serasa yang berguguran dari balkon depan rumah
selembar daun bougenville urung turun dari ranting
karena angin tiba-tiba berhenti bertiup
di sini sepanjang langkah kakiku menapak
hanya beton dan aspal kulalui
dengan pohon-pohon berjajar di tepi-tepinya
"inilah hutan itu
kau bisa berlindung dari hujan dan badai
di dalam gedung-gedung kokoh itu"
jawabku di gawai dengan gambar kesibukan kota
–telah kau baca
terlihat tanda centang biru
ya, gedung-gedung itu hutan masa depan di pulau jawa
dimanapun kau memandang
hamparan hijau pucuk-pucuk pohon
telah berubah jadi atap pemukiman atau lahan pangan
tak cukup seluas bakal makammu
tapi sejauh mata memandang
sejauh mata memandang
dan pohon-pohon di tepi-tepi jalan
dengan sesekali burung gereja singgah di rantingnya
cukup jadi pengingat tentang hutan
dan gedung tinggi dan jalan-jalan tol
adalah tanda kesuksesan seorang pemimpin
–lupakan hilangnya hutan
gedung-gedung itu dan jalan-jalan tol
hutan-hutan pulau jawa hari ini dan nanti
mimpi melihat rimbun pepohonan
hanya menggumpal di tengah waktu
jangan salahkan tuhan yang terlalu lambat
menumbuhkan tunas-tunas menjadi batang dan ranting
karena gergaji mesinmu mengalahkan kecepatan suara
dan akar-akar pohon
tak seperkasa tentakel-tentakel buldozer dan eskavator
di pulau ini
sia-sia kau tancapkan batang dan taburkan benih
tunas-tunas akan gugur sebelum tumbuh
Kaliwungu, 15 April 2023
CATATAN DARI BEKAS HUTAN
sejak hutan-hutan ditebang habis
para malaikat mengubur nyanyi merdu para peri dan bidadari
di paruh burung-burung malam
dan hujan menghanyutkan puing-puing sukma para penghuni hutan
sampai ke laut lepas
dari hulu
tangis sungai membawa keruhnya ke hilir
menyembunyikan bening gerimis di dasar pasir
melintasi waktu
menyusuri pekatnya pantai yang beracun
sampai ke laut lepas
tak ada lagi yang sisa
hijau daun, tempat teduh, angin segar
mengering di bawah langit yang membara
bahkan rumput pun tersengal-sengal
menghirup sisa oksigen terakhir
di atas tanah gersang yang terbakar
Kumendung, 3 september 2022
LSEBELUM DAUN TERAKHIR GUGUR
(sepotong catatan dari hutan jati grajagan)
catatlah apa yang kau lihat hari ini di hutan jati itu
atau ingat sebelum semua berganti
sebelum daun-daun jati meninggalkan cabangnya
sebelum daun terakhir gugur tanpa menunggu waktu
tak salah kalau aku katakan takdir
karena pada akhirnya semua pasti terjadi
jangan tanya nasib yang bisa mengubah
karena sang nasib hadir sudah terlambat
catat saja apa yang kau lihat hari ini
jengkal demi jengkal hutan jati yang menghilang
tak perlu kau cari kemana daun-daun gugur melayang
sepotong pokok pun tak sisa sekedar tanda
hanya ujung-ujung akar terpendam mungkin yang tinggal
diam menunggu hancur termakan tanah
liukan angin yang menggoyang batang-batang pohon
dan bergemerisiknya daun-daun sebelum luruh
hanya dalam ingatanmu tersimpan
karena di tempat itu kini kau bisa memanen
apapun yang kau temukan di meja makanmu
jengkal demi jengkal
akhirnya batang-batang pohon itu menghilang
ladang jagung dan padi pun berganti jadi kamar tidur
lalu jalan-jalan mengular
dengan tiang-tiang listrik berjajar di sisinya
:dan matahari bersinar siang malam sepanjang musim
sampai ketika tak ada lagi yang tahu kuburmu
kelak hutan jati dalam ingatanmu itu
juga tak ada yang tahu
seperti di tanah yang setiap saat kupijak
di bawahnya bisa jadi masih ada sisa-sisa akar pohon
yang berhenti menjalar karena inangnya dirobohkan
Kumendung, 30 Maret 2023
*) Hutan jati Grajagan berada di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
DI TENGAH HUTAN MANGROVE TELUK PANGPANG
batang-batang dan ranting itu bermimpi menggapai langit
mimpinya menjalar meniti cahaya matahari
menggapai langit
akar-akarnya menghujam bumi
menembus karang cadas batu-batu
tak sekedar lumpur dan pasir
dan mimpinya menggapai langit dengan tunas-tunas baru
yang menghijau di sekujur batang cabang dan ranting
akar-akarnya telah tumbuh di udara lama sebelum tunas
meraba hampa udara
mengecap mencicipi macam rasa
kini tinggal berendam dalam asinnya garam
dan pekatnya lumpur rawa-rawa
sampai tunas-tunas muda mencapai alam merdeka
menuju matahari
dengan mimpi-mimpi menggapai langit
jika halamanmu kau habiskan dengan batang-batang beton
hutan-hutan belantara kau ratakan
kau ubah jadi jalan-jalan batu jadi sawah jadi kebun
pohon-pohon mangrove itu membangun mimpi sendiri
menyebar di air garam
batang-batangnya tumbuh
berkembang
dengan akar-akar kokoh menghujam
mencipta lahan baru
akar-akarnya kokoh menghujam
menyelam sampai ke dasar
merayap dari pantai sepi
menuju samudra
bersama kepiting udang dan ikan-ikan kecil
akar-akarnya merayap di dasar laut
tunas-tunasnya menyembul ke permukaan
menjadi batang-batang
pucuk-pucuknya menjadi mahkota daun
mencipta hutan-hutan baru
untuk masa depan
kelak menggantikan hutan-hutan di darat yang mulai menghilang
terkikis gergaji mesin dan buldozer
Kumendung, 29 Maret 2023
*Teluk Pang Pang, kawasan konservasi terletak di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.
TENTANG HUTAN YANG JADI KOTA
(catatan perjalanan dari hutan jati kendal-semarang)
berdiri di tanah petak perumahan
kulihat hutan-hutan jati bertumbangan
dan di tengah riuhnya gedung dan suara knalpot
tangis daun jati terkubur bersama akar-akar
di dasar pondasi dan jalan-jalan aspal dan beton
satu dua pohon yang tersisa
sia-sia menjulangkan ranting
:detik-detik akhir hayat tinggal menunggu saat
tak lagi jengkal demi jengkal
hutan-hutan jati di antero ini hilang tiba-tiba
dan kota-kota menyembul di tengahnya
jerit rerumputan turut tenggelam sebelum tumbuh
tak kukenal lagi humus, pokok-pokok atau akar-akar
tak ada lagi sisa jejak hutan
dan berdiri di tanah-tanah petak perumahan
berada di rumah-rumah dikelilingi hutan jati
tak kupercaya kalau kemarin tempat itu adalah hutan
sama seperti tak percayaku saat berada di tengah hutan
di bawah gemerisik daun-daun jati:
kelak ketika aku kembali ke sini
hutan itu telah berubah jadi kota
Kaliwungu, April 2023
JIKA HUTAN-HUTAN HABIS DITEBANG
(SEORANG ANAK KEPADA BAPAKNYA)
jika hutan-hutan habis ditebang
dimana kita berteduh?
jika hutan-hutan habis ditebang
di mana daun-daun, ranting, pohon tumbuh?
jika hutan-hutan habis ditebang
di mana burung, harimau, gajah bersarang?
jika hutan-hutan habis ditebang
di mana mata air berkubang?
bapak
kemarin dulu aku dengar dongengmu
tentang harimau, tentang gajah, tentang burung-burung
hidup damai di rimba belantara
di sarang nyaman dengan hari esok cerah
dengan mimpi, dengan harapan-harapan dan kenangan indah
bersama anak cucu mereka
tapi, bapak
kemarin aku lihat hutan -hutan ditebang
terus ditebang
makin habis
dan burung-burung kulihat terbang ketakutan
dengan jeritnya yang nyaris tak terdengar
dikalahkan deru gergaji mesin
hanya anehnya
tak kulihat kijang-kijang -–yang dalam dongeng sangat lucu
tak kulihat kelinci si telinga panjang
tak kulihat harimau, gajah, babi hutan
hanya monyet-monyet berlompatan dari cabang-cabang yang sisa
dengan pandangan marah dan jeritnya
tak terdengar
di tengah deru gergaji mesin
di tengah deru gergaji mesin
bahkan tak kudengar tangis
para penghuni negeri dongeng yang lain
ke mana mereka?
bapak
aku lihat semua itu kemarin
lantaran baru kemarin dulu aku ada
dan tiba-tiba aku ingat dongengmu
dan tiba-tiba aku ingat peri yang baik hati
yang suka menolong
yang selalu datang dengan perdamaian
di mana pula dia sekarang?
adakah dia masih di dalam hutan yang sisa?
atau, juga ketakutan seperti binatang-binatang kawannya
dan pulang kembali ke kayangan dengan air mata terurai
dan bercerita pada tuhan bahwa hutan di bumi hampir tak sisa?
aku coba memanggilnya, bapak
tapi aku sendiri tak mendengar suaraku
deru gergaji mesin telah menutup
seluruh pendengaran
aku lihat semua itu kemarin
dan kemarin dan hari ini
aku ingat semua dongeng-dongengmu
tentang hutan, tentang peri, dan harimau dan gajah
yang barangkali hari ini mereka juga habis
gugur sebagai pahlawan kehidupan
lantaran di udara yang berasap
di tengah bau bensin dan solar
kucium bau harum daging bakar
bapak
ingin aku menangis melihat dan mengenang semua itu
tapi air mata, adakah masih berharga?
saat ini
adakah rasa duka, haru, prihatin masih berharga?
adakah perasaan hati masih ada harganya
dibandingkan dengan batang-batang pohon yang bernilai dolar dan rupiah?
apakah pemikiran hari esok masih berharga
dibandingkan dengan kebutuhan hari ini?
adakah…..
aku tak tahu
aku juga tak tahu mesti bagaimana, bapak
mengenang hutan-hutan yang sisa dongengmu hanya membuatmu sedih
tapi aku tak bisa berbuat lain
aku cuma bisa melihat, mendengar dan merasa
aku cuma bisa menyaksikan semua itu dan mengabarkannya padamu
lantaran aku tahu
seperti batang-batang kering yang tak mungkin bertunas
harimau, gajah yang mati pun tak mungkin hidup tanpa sebuah keajaiban
dan mata air, tanah-tanah subur, bumi yang makmur
akan mendatangkan bencana jika terkuras
bapak
jika hutan-hutan habis ditebang
kita berteduh di bawah langit
jika hutan-hutan habis ditebang
daun-daun, ranting, pohon tumbuh di negeri dongeng
jika hutan-hutan habis ditebang
burung, harimau, gajah bersarang di kubur
jika hutan-hutan habis ditebang
mata air berkubang di kerak bumi
jika hutan-hutan habis ditebang
bagaimana hari esok kita?
GIMIEN ARTEKJURSI, lahir 03 Agustus l963. Tinggal di desa Kumendung, Muncar, Banyuwangi. Puisinya dimuat di media cetak dan online di Indonesia. Antologi bersama: Penyintas Makna, Pujangga Facebook Indonesia, Laut dan Kembara Kata kata (Jazirah Sebelas), Larung Sastra, Sulur Kembang Sri Tanjung, Deklarasi Puisi Untuk Negeri, Rendezvous!, Anak-Anak Merah-Putih.
Memenangkan lomba cipta puisi Sanggar Minum Kopi Denpasar 1989, dan Negeri Kertas .com 2022, Nominasi Anugerah Sastra Apajake 2023.
FB: Gimien Artekjursi.
FB: #gartpoeisi
#gartpoeisi23
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313