Kalian orang dewasa, jangan pernah mengatakan kami adalah anak kecil. Dibalik tubuh yang kecil ini kami hidup di dunia kami sendiri. Ketergantungan kami kepada orang tua atau siapa pun yang mengasuh kami, itu karena memang keharusan. Tapi jangan pernah meremehkan kami, mengatakan jangan pada hal-hal yang tak kalian mengerti apa yang sedang kami rencanakan. Kami bukan pohon yang bisa diluruskan dengan sebuah batang kokoh atau penyanggah. Kami mempunyai pilihan, mengikuti apa-apa yang kami lihat, bukan hanya menerima apa yang kalian (orang dewasa) anggap benar. Kalian tidak pernah tahu betapa bayangan tubuh kami bisa membuat kami tidak tidur selama berjam-jam. Dan sepeda kecil beroda empat yang kami kayuh secepat cahaya adalah anugerah terbesar untuk kami. Kami tidak mau tahu apa yang menjadi penyebab kalian semua marah, bertrngkar, dan bermusuhan. Kami hanya tahu bermain, bertengkar, dan kembali bermain.
Begitulah kira-kira pemikiran manusia kecil yang tak pernah benar-benar kita pahami. Ketika saya menonton serial animasi Shiva, saya sempat merasa jengkel. Pasalnya orang dewasa yang jahat selalu kalah dengan Shiva. Setelah berbulan-bulan saya menyimpan keresahan itu dan berkali-kali menonton animasi menyebalkan itu dengan para ponakan. Saat Shiva mengejar pencuri dan menangkapnya, atau saat Shiva berlomba balap sepeda dengan penjahat yang curang, ponakan-ponakan saya berteriak, "Ayo!" atau "Shiva, Shiva" sampai jengkel. Ternyata saya sadar bahwa saya tidak seumuran dengan mereka. Saya hanya kesal karena Shiva tak sesuai dengan realitas kehidupan.
"Saya benci Shiva, masak menang terus."
"Ya menang lah, om dia kan hebat. Musuhnya juga jahat."
Sebelum saya sadar bahwa saya berada di dunia berbeda dengan mereka, saya sempat beradu argumen seperti yang saya tulis di atas. Nah dalam hal ini jika perlakuan yang mengekang kebebasan atau membatasi keinginan anak2. Itu karena kita tidak mampu memahami mereka. Anak-anak bisa melihat tembok polos menjadi penuh mural, melihat pohon sebagai sarang setan, melihat awan-gumawan sebagai lukisan, dan yang paling tak terduga mereka juga dengan serius bertanya siapa Tuhan.
Anak-anak mempunyai mata yang bisa melihat sangat luas dan memikirkan apa-apa yang tidak dipikirkan orang dewasa. Mereka dapat marah dan menyalahkan siapa saja. Mereka adalah manusia suci. Sesalah apa pun mereka, orang dewasalah yang akan tetap disalahkan. Mereka tak terkalahkan sama sekali. Tapi tentu saja, jika orang tua yang mempunyai anak tidak mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan anak yang melampaui batas kemampuannya jangan dibiarkan. Jika anak anda minta dibelikan gadget seharga jutaan rupiah untuk dijadikan mainan sedangkan anda tidak mampu. Jangan memaksakan diri. Katakan pada mereka, doakan Bapak atau Ibu agar punya banyak uang, nanti setelah kamu SMA kami akan belikan jika punya cukup uang.
Intinya jangan menjanjikan apa pun yang belum mampu dikabulkan. Jangan mengatakan jangan kecuali anak anda sudah bukan anak-anak. Karena jika anda mengatakan jangan pada anak anda tentang apa yang mereka inginkan, mereka akan semakin menginginkannya.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk sok tahu, tapi sedikit merenungkannya akan lebih baik bagi anda. Tulisan ini akan membuat anda selalu baik-baik saja, bahkan sebelum membacanya. Tapi tulisan ini tak dapat membuat hutang anda tebayar lunas tanpa usaha dan bekerja.
Sampang, 23 Juni 2018
Supriyadi adalah guru di SMK Darul Ulum II Al-Wahidiyah
Surel: yadis4807@gmail.com
WA: 082330716167
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313