“MENGENANG TRAGEDI GALODO
BUKIK TUI MELALUI MUSIK”
Penulis:
Muhammad
Egi, S.Sn.
Pengkarya:
Vindo
Alhamda Putra, S.Sn.
Sayup-sayup takbiran berkumandang hingga isak tangis dari
korban bencana tanah longsor “Bukikk Tui” di implementasikan oleh pengkarya
melalui Audio Effect, ditambah dengan
alunan nada dari bansi dan saluang menambah kesan dramatis dari
pertunjukan ini. Permainan Lighting hingga asap
dari atas panggung menambah kesan realistis dari tragedi tanah longsor
“Bukik Tui”.
Pada tanggal 4 mei 1987 bertepatan dengan 6 Ramadhan 1470 H
sekitar pukul 14.00 WIB, cuaca mendung yang ikuti dengan turunnya hujan lebat
dari pukul 14:30 WIB sampai senja. Derasnya hujan yang disertai petir dan
guntur yang dahsyat, saling sambung menyambung berbeda dari hari-hari biasanya.
Pada pukul 17.25 WIB terjadilah longsor pertama, terdengar bunyi gemuruh dan
diselingi oleh suara ledakan yang datang dari arah Bukit Tui. Asap dari
tungku-tungku kapur yang meledak mengepul ke udara, seakan-akan daerah tersebut
terkena bom. Sebagian masyarakat yang selamat yang rumahnya terletak di tepi
sawah berlarian menyelamatkan diri kearah Gelanggang Pacu Kuda Bancah Laweh,
(Sumber: Satkorlak, 2018).
Sewaktu upaya pertolongan diberikan, pada pukul 18.30 WIB
terjadilah longsor kedua yang begitu dahsyat dan menimbun tungku kapur yang
tersisa, dan puluhan rumah penduduk yang ada di bawahnya hingga ke seberang
jalan sampai rata, masyarakat menyelamatkan diri dan anak istri mereka. Semua
bangunan berserta harta benda lainnya hancur musnah tertimbun
tanah, batu bercampur lumpur dan pohon-pohon kayu besar kecil, bersamaan dengan
puluhan orang penduduk dan segala yang hidup di bawahnya karena tidak sempat
menyelamatkan diri. Pekik kesakitan, isak tangis dan rintihan minta tolong serta teriakan memanggil-manggil anak, ayah,
ibu dan saudara serta suami istri berbaur dengan gemuruh hujan guntur, mengubah
suasana menjadi suram, menakutkan, mengerikan sekaligus juga sangat
mengharukan. Pada peristiwa ini telah menelan
korban jiwa hingga 133 nyawa melayang, (Sumber: Satkorlak, 2018).
Dari fenomena tersebutlah pengkarya mengambil ide dan konsep
untuk menggarap sebuah karya yang melatarbelakangi tanah longsor, dan digarapan
menggunakan bentuk musik Programa Tiga bagian. Musik Programa adalah musik
instrumental yang besar pada abad ke-19 berhubungan dengan cerita, puisi, ide
atau adegan. Bagian instrumental pada Programa dapat mewakili emosi, karakter
dan peristiwa cerita tertentu. Pengkarya
memberikan judul besar dari karya ini adalah “BUKIK TUI” dengan
Movement Pertama diberi judul “kikisan”
Movement kedua “bahala” Movement
ketiga “imbas”.
Movement I “Kikisan”
Pada Movement
I pengkarya mencoba menginterpretasikan sebab terjadinya tanah longsor.
Disebabkan ulah aktivitas tanbang batu kapur yang mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor. Pengkarya juga
menginterpretasikan bagaimana susahnya para pekerja pemecah, mengambil batu dan
bekerja dengan tingkat keselamatan yang sangat rendah hingga bisa mengancam
nyawa mereka sendiri, hal ini menyebabkan benturan hebat antara permasalahan
eksploitasi alam dan kebutuhan ekonomi masyarakat setempat
Movement II “Bahala”
Pada Movement II pengkarya menginterpretasikan bagaimana
peristiwa tanah longsor terjadi. Dari awal terjadinya kronologi tanah longsor
hingga pasca terjadinya tanah longsor. Pengkarya juga menginterpretasikan
bagaimana suasana peristiwa tersebut terjadi melalui musik yang pengkarya
sajikan.
Movement III “Imbas”
Pada Movement III pengkarya
menginterpretasikan bagaimana dampak dari sebuah perbuatan manusia yang
menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor dahsyat yang merenggut korban jiwa
hingga ratusan jiwa, sehingga kejadian tanah longsor tersebut sangat
berpengaruh pada psokologi para korban bencana, memiliki trauma mendalam,
hingga kehilanggan orang tercinta.
Vindo alhamda putra merupakan putra daerah, lahir pada tanggal 18 Oktober 1998 Padangpanjang.
Pernah Studi strata 1 (S1) di Institut Seni Indonesia Padangpanjang Prodi Seni
Musik dan melanjutkan Studi Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Institut Seni
Indonesia Padangpanjang.
Pertunjukan Karya Akhir Pascasarjana ini dilaksanakan untuk
memenuhi persyaratan sebagai Karyasiswa minat Penciptaan Musik Barat untuk
meraih gelar kesarjanaan Strata-2 (S2), Pertunjukan ini gelar pada 28 juli 2023
bertepatan di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni Indonesia
Padangpanjang. Di balik kesuksesan dari pertunjukan Karya akhir ini dikomandoi langsung oleh Chepri Zulda, S.Sn.,
M.Sn selaku Pimpinan Produksi, Vindo Alhamda Putra, S.Sn selaku Kondaktor
sekaligus Karyasiswa teruji, Concert Master Andre Dwi Wibowo, S.Sn, Andika Bayu
Putra, S.Sn., M.Sn selaku penyaji Vocal Tradisi dan Muhammad Hadi Habib, S.Sn
sebagai pemain bansi/saluang.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313