Ramadan~Ramadang?
Puisi Deandra Marhaendra
Laparkah? Haus imankan orang-orang.
Aku tak bermaksud menyindir kan kata-kata
Namun mari sejenak kita simak bersama-sama
Dipelupuk jelang abu-abu meraba dibingkai sinar nestapa halang helang jelang.
Haus pagi ini,
Memirsakan pemirsa yang memeriksanya
Aku sepi kosong menahan nafsu
Terangkul harapan, yang jemari ragu-ragu untuk mendekapnya
Ramadan tahun ini,
Masih diselimuti elegi pandemi. Berbaur menjadi campur segala kasta jelata dan jelita
Akankah tahun depan lebih membaik?
Punah-punah harga minyak kian bertambah, Pertamax naik apa jawabnya?
Puasa-puasa, para aktivis dan penyambung lidah rakyat pada turun ke jalanan
Untuk menyampaikan orasi kepada-nya para pemimpin negara kita
Menanti kebijaksanaan, menggantungkan seonggok mimpi yang tertunda
Pada bulan ramadan ini, kita menjadi " ramadang ".
Sebab sandang pangan dan papan, semakin tak terpenuhi
Harga-harga tak terkendali
Ini memecahkan konsentrasi dan fokus kita terhadap ibadah kita di bulan ramadan.
Ohh, betapa menangisnya batin kita, tatkala kasus hilang nyawa harus meriah di bulan ramadan, hanya sebab tak punya uang untuk makan dan pada akhirnya ramadan menjadi ramadang.
Kulon Progo, 12 April 2022
Catatan:
Ramadhang : dalam bahasa Jawa artinya tidak makan
Sandang pangan papan : dalam bahasa Jawa artinya pakaian makanan dan tempat tinggal
:
Deandra Marhaendra. Lahir di Kulonprogo, Yogyakarta tepatnya 19 tahun silam. Hobinya menulis puisi dan olahraga. Sang cuek ini bermimpi dapat menjadi pebisnis handal kelak dimasa depannya. Untaian kata-kata indahnya ia unggah di akun Instagramnya yaitu @deandra_48.
0 Komentar
Kirimkan Artikel dan Berita seputar Sastra dan Seni Budaya ke WA 08888710313