Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
TEMBOK TERKUNCI
pondok sengketa ini
dicatat tiga belas abad
hanya karena kealpaan
saudaraku tak kembar
sehingga masa lalu
tak bisa melihat dengan kelopak mata
nyaris buta
padahal tubuhnya sudah dibangun
dengan tumpukan batu beton
yang datang dari negeri tirai bambu
kawan seiman jadi senang bertempur
berulang dengan amarah senada
hujan deras sejak dinihari telah menyatukan suara perempuan liar
terekam dalam sinyal radio handytalky
“siapa yang membangunkan tetangga tertidur di ranjang kematian,” teriakmu di pintu gerbang
selesai sudah bencana ini
diselesaikan dengan tembok terkunci
Pamulang, Kamis 16 September 2021
MATA ELANG MENABRAK KARANG
tubuhnya lahir di kamar sewa pengantin
dari sepasang angin ganjil
berhembus aroma air keras
sekeras hatinya ditumbuhi mata pisau
bertahun-tahun menatap bulan dinihari
di meja billiar digelar sunyi liar
di lantai dansa dikunci masa lalu
kini turun ke dunia orang mati
tanpa membawa paru-paru sebelah kiri
tengoklah,
sekarang dia telah tumbuh subur
berwajah dua benua
mampu mematahkan tangan-tangan palsu
pernah terbang tinggi kibaskan sayap hitam
dalam layar lebar murahan
lalu terperosok ke dalam selokan kehidupan
dengan matahari terbalik
matanya berkuku tajam melotot
kencing bau sepi di kamar mandi
aku harus terbang lagi sekarang, serunya sambil membawa ranjang kematian
nyawanya tak pernah tidur lelap
bahkan mimpinya sering bersembunyi
di bangsal-bangsal rumah sakit
sekarang tertipu lagi
lewat kabar di udara cakrawala
Pamulang, Kamis 27 Mei 2021
TELEPON BERDERING
mendengar telepon berdering kering
menyapa derau hujan malamhari
dari seorang perempuan seberang jalan
yang rajin bunuh diri menyilet lengan
tak bisa mati
telinga kiriku terbakar sunyi
aku jadi teringat
dua belas abad perkawinan tertidur lelap
dalam kandang satwa-satwa liar
kini hunian telah dibangun megah
menjadi mezbah batu penjuru
nyanyian koor menderu riuh
masa kanakkanak berkalungkan doa
kitab taurat disalibkan di dada
mendengar telepon berdering kering
maka genaplah kabar pahit ini
pikiran brutal gelisah basah
sesal terjebak berulangkali
siapkan liang kubur,
jiwaku cintaku
satu daging
di sini saja, sayangku
di sekitar akar-akar bumi
kita tanami karet
roh takut makin menjelma
kemana gerangan imanku pergi lagi ?
Pamulang, Jumat 21 Mei 2021
SUNGGUH AIRMATAKU MENYELAM TUJUH HARI DI SELAT SUNDA
sungguh, airmataku menyelam
tujuh hari di selat sunda
di bawah nyawa batu karang
kucuri syair lagu sion
panggilan untuk bertobat
masa kanak-kanak sampai ibu muda
terjerat kemiskinan berkepanjangan
deru ombak makin ganas
menyambut dari arah belakang tubuhmu
tanpa membawa perahu nelayan
ikan-ikan tenggelam sejak siang
masih tercium bau mayat tsunami, katamu
meskipun tak satupun orang pantai
mengenakan masker
yang terbalut air asin
mari, saudaraku
kita siapkan hati menuju surga
dalam baptisan kudus di laut ini
yang telah kupersiapkan
sebelum mulutku belum dapat menelan
virus dari kota wuhan
selesai sudah
upacara keramat ini
meskipun telapak kaki berdarah
paha kanan tumbuh daging segar
tetap saja kutawarkan
pohon sirih gading
diseberang lautan
tumbuhan cabai-umbi-umbian-kerang laut, dan lumut hijau juga saling berkejaran
menutup kebaktian ini
dengan sebuah kesaksian
bahwa kita harus tetap setia
kepada Tuhan
Pantai Palem Cibereum, Anyer, Sabtu, 8 Agustus 2020
PERTEMPURAN HARI TERAKHIR
lewat matahari yang berputar dalam imaji-imaji liar
hari raya yang nyaris kelaparan dalam kesunyian abadi
tanpa tangisan bayi
binatang haram pun jadi santapan rohani
di mezbah batu warna biru
penuh amarah
tanpa dendammu berterbangan
di atas meja makan ini
tegur sapa jadi rajin menolak
sebungkus nyanyian mengerikan
dibuangnya di atas meja kasir
persis berhadapan dengan sekolah
layar lebar dan sulit tidur
di ranjang kematian
lalu kutulis puisi yang paling mengeras
sekeras hatimu perempuan berwajah katarak
doyan mengunyah tumbuh-tumbuhan hijau
rahimnya telah terluka masa lalu
berakar kepahitan dan penyakit kambuhan
dari pulau seberang lautan
Pamulang, Minggu 8 Mei 2022
KETIKA SUARA TUHAN DIHEMPASKAN
Ketika suara Tuhan dihempaskan
Liang kubur telah dihembuskan
Digali di hamparan tanah granit rumah ibadah
Saat jasadmu masih terbaring angkuh
Sekeras masa lalumu
Ketika suara Tuhan dihempaskan
Seratus virus maut langsung tumbuh
Berkembangbiak dengan cepat
Bahkan terbang tanpa bisa dilihat kasat mata
Ketika suara Tuhan dihempaskan
Nyanyian kesaksian terus berkepanjangan
Di bawah mimbar disirami karangan bunga
Terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah
Karena orang-orang rajin berpelukan
Untuk menuju ke dunia orang mati
Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021
TINNITUS
pekan ini otak kanan kubanting ke tanah
tercipta jadi sungai-sungai tuli yang bising
seperti suara nyeri satwa ( jangkrik !)
terkurung aku dalam buku roh nubuat
hanya terdiam saat engkau saksikan
ribuan virus menular tiba-tiba bermunculan
hanya berjarak ruang dan waktu
malamhari sunyi-Mu berhamburan
amat liar persis di pintu gendang telinga disemprot air keras bertubi-tubi
sekarang jadilah penderitaan kesakitan pujangga tua yang tak pernah menangis
setelah divonis tumor dan depresi
yang disalin lewat deadline koran pagihari
nyaris menembus angka tiga puluh tahunan
duh, aku ingin turun sampai ke kulit-kulit bumi
untuk beri kabar kepada para malaikat
tugas pelayanan masih dalam perjalanan
ke padang gurun kematian berkepanjangan
Pamulang, 15 Juli 2021
MELAWAT RUMAH SAKIT KELAPARANKU JADI SIRNA
duduk lelah disuntik narkotika
pil warna merah
setelah seharian menyantap
cerita mitos sekumpulan ikan goreng
disantap di atas meja omong kosong
dari mulut pewarta tua
lalu membuka jendela rumah untuk kesepianku disensus nyonya kaya
sambil terus menunggu kedatangan
bukan pujangga sastra
membawa kabar dari surga
aku sempat bersyair
di kamar mandi milik pesakitan
rumah sakit makin bertingkat-tingkat
orang-orang telah mengunyah permen coklat
"sakit jantungnya harus ganti salah obat," ujar perempuan sulung sambil mengajak untuk pesta perjamuan
telepon seluler telah berhenti berdering
pesta adat perutku butuh asupan makanan sehat
mata uang juga makin liar
masuk dalam selimut mimpi sorehari
diselesaikan dengan doa berdarah
tiap subuhhari dibungkus kegelisahan
RS.Bhayangkara Lemdiklat Polri, Jakarta Selatan, Kamis sore 16/6/2022
KUBURAN INSOMNIA
sunyi subuh hari
tidurku di ranjang api
bantalnya ibu tiri
berkulit putih
doyan makan anak babi
bersandal kayu jati
kejam dan sering bersetubuh dinihari
melahirkan bayi-bayi mandul
di kamar mandi
masa remaja rajin manturbasi
sambil terus berpuisi
kadang terjebak di gubuk-gubuk banjir kali
tanpa nafiri dan petikan kecapi
o, suara jangkrik malamhari
otakku ditombak nyaris mati !
disuntik tiga jam dalam sehari
menunya magadon, dumolit, dan valium
baru nyawaku terlelap
di semak-semak berduri
Pamulang, Senin 24 Mei 2021
STAGNASI
diseret tubuh ke laut
ketika matahari bertambah kurus
sepi adalah guncangan karang tegar
telah kehilangan
potret paling hitam
sebuah jaring nelayan
tak terpasang di telinga kanan
airmata kembali tergenang
dalam lumpur tanah
dibedah tulang-tulang
seperti hewan buas
Pamulang, Senin, 21/2/2022
---------------------------------------------------------------------
Biodata :
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).
Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977.
Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online, negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.blogspot.com, sudutkerlip.com, kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.com, literanesia.com , hariandialog.com, bisnistoday.co.id, sepenuhnya.com, ruangpekerjaseni.blogspot.com, dan majalah digital Apajake.
Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021), " Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).
Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022).
Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), dan bekerja sebagai wartawan media online dan juga rohaniawan.
Email : pulo_lasman@yahoo.com
HP : 08561827332 (WA)
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024