005

header ads

Puisi Pulo Lasman Simanjuntak

 Puisi


Pulo Lasman Simanjuntak


TEMBOK TERKUNCI


pondok sengketa ini

dicatat tiga belas abad

hanya karena kealpaan

saudaraku tak kembar

sehingga masa lalu

tak bisa melihat dengan kelopak mata

nyaris buta


padahal tubuhnya sudah dibangun

dengan tumpukan batu beton

yang datang dari negeri tirai bambu

kawan seiman jadi senang bertempur

berulang dengan amarah senada


hujan deras sejak dinihari telah menyatukan suara perempuan liar

terekam dalam sinyal radio handytalky


“siapa yang membangunkan tetangga tertidur di ranjang kematian,” teriakmu di pintu gerbang


selesai sudah bencana ini

diselesaikan dengan tembok terkunci


Pamulang, Kamis 16 September 2021


MATA ELANG MENABRAK KARANG


tubuhnya lahir di kamar sewa pengantin

dari sepasang angin ganjil

berhembus aroma air keras

sekeras hatinya ditumbuhi mata pisau


bertahun-tahun menatap bulan dinihari

di meja billiar digelar sunyi liar

di lantai dansa dikunci masa lalu

kini turun ke dunia orang mati

tanpa membawa paru-paru sebelah kiri


tengoklah,

sekarang dia telah tumbuh subur

berwajah dua benua

mampu mematahkan tangan-tangan palsu

pernah terbang tinggi kibaskan sayap hitam

dalam layar lebar murahan

lalu terperosok ke dalam selokan kehidupan

dengan matahari terbalik


matanya berkuku tajam melotot

kencing bau sepi di kamar mandi

aku harus terbang lagi sekarang, serunya sambil membawa ranjang kematian

nyawanya tak pernah tidur lelap

bahkan mimpinya sering bersembunyi

di bangsal-bangsal rumah sakit

sekarang tertipu lagi

lewat kabar di udara cakrawala


Pamulang, Kamis 27 Mei 2021


 TELEPON BERDERING


mendengar telepon berdering kering

menyapa derau hujan malamhari

dari seorang perempuan seberang jalan

yang rajin bunuh diri menyilet lengan

tak bisa mati


telinga kiriku terbakar sunyi

aku jadi teringat

dua belas abad perkawinan tertidur lelap

dalam kandang satwa-satwa liar

kini hunian telah dibangun megah

menjadi mezbah batu penjuru

nyanyian koor menderu riuh

masa kanakkanak berkalungkan doa

kitab taurat disalibkan di dada


mendengar telepon berdering kering

maka genaplah kabar pahit ini

pikiran brutal gelisah basah

sesal terjebak berulangkali


siapkan liang kubur,

jiwaku cintaku

satu daging


di sini saja, sayangku

di sekitar akar-akar bumi

kita tanami karet

roh takut makin menjelma

kemana gerangan imanku pergi lagi ?


Pamulang, Jumat 21 Mei 2021


SUNGGUH AIRMATAKU MENYELAM TUJUH HARI DI SELAT SUNDA


sungguh, airmataku menyelam

tujuh hari di selat sunda

di bawah nyawa batu karang

kucuri syair lagu sion

panggilan untuk bertobat

masa kanak-kanak sampai ibu muda

terjerat kemiskinan berkepanjangan


deru ombak makin ganas

menyambut dari arah belakang tubuhmu

tanpa membawa perahu nelayan

ikan-ikan tenggelam sejak siang

masih tercium bau mayat tsunami, katamu


meskipun tak satupun orang pantai

mengenakan masker

yang terbalut air asin

mari, saudaraku

kita siapkan hati menuju surga

dalam baptisan kudus di laut ini

yang telah kupersiapkan

sebelum mulutku belum dapat menelan

virus dari kota wuhan


selesai sudah

upacara keramat ini

meskipun telapak kaki berdarah

paha kanan tumbuh daging segar

tetap saja kutawarkan

pohon sirih gading

diseberang lautan

tumbuhan cabai-umbi-umbian-kerang laut, dan lumut hijau juga saling berkejaran

menutup kebaktian ini

dengan sebuah kesaksian

bahwa kita harus tetap setia

kepada Tuhan


Pantai Palem Cibereum, Anyer, Sabtu, 8 Agustus 2020



PERTEMPURAN  HARI TERAKHIR


lewat matahari yang berputar dalam imaji-imaji liar

hari raya yang nyaris kelaparan dalam kesunyian abadi

tanpa tangisan bayi


binatang haram pun jadi santapan rohani

di mezbah batu warna biru

penuh amarah

tanpa dendammu berterbangan

di atas meja makan ini 


tegur sapa jadi rajin menolak

sebungkus nyanyian mengerikan

dibuangnya di atas meja kasir

persis berhadapan dengan sekolah

layar lebar dan sulit tidur

di ranjang kematian


lalu  kutulis puisi yang paling mengeras

sekeras hatimu perempuan berwajah katarak

doyan mengunyah tumbuh-tumbuhan hijau


rahimnya telah terluka masa lalu

berakar kepahitan dan penyakit kambuhan

dari pulau seberang lautan


Pamulang, Minggu 8 Mei 2022



KETIKA SUARA TUHAN DIHEMPASKAN


Ketika suara Tuhan dihempaskan

Liang kubur telah dihembuskan

Digali di hamparan tanah granit rumah ibadah

Saat jasadmu masih terbaring angkuh

Sekeras masa lalumu


Ketika suara Tuhan dihempaskan

Seratus virus maut langsung tumbuh

Berkembangbiak dengan cepat

Bahkan terbang tanpa bisa dilihat kasat mata


Ketika suara Tuhan dihempaskan

Nyanyian kesaksian terus berkepanjangan

Di bawah mimbar disirami karangan bunga

Terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah

Karena orang-orang rajin berpelukan

Untuk menuju ke dunia orang mati


Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021



TINNITUS 


pekan ini otak kanan kubanting ke tanah

tercipta jadi sungai-sungai tuli yang bising

seperti suara nyeri satwa ( jangkrik !) 


terkurung aku dalam buku roh nubuat

hanya terdiam saat engkau saksikan

ribuan virus menular tiba-tiba bermunculan 

hanya berjarak ruang dan waktu 


malamhari sunyi-Mu berhamburan

amat liar persis di pintu gendang telinga disemprot air keras bertubi-tubi 


sekarang jadilah penderitaan kesakitan  pujangga tua yang tak pernah menangis

setelah divonis tumor dan depresi

yang disalin lewat deadline koran pagihari

nyaris menembus angka tiga puluh tahunan 


duh, aku ingin turun sampai ke kulit-kulit bumi

untuk beri kabar kepada para malaikat

tugas pelayanan masih dalam perjalanan

ke padang gurun kematian berkepanjangan 


                   Pamulang, 15 Juli 2021



MELAWAT RUMAH SAKIT KELAPARANKU  JADI SIRNA


duduk lelah disuntik narkotika

pil warna merah

setelah seharian menyantap

cerita mitos sekumpulan ikan goreng

disantap di atas meja omong kosong

dari mulut pewarta tua

lalu membuka jendela rumah untuk kesepianku disensus nyonya kaya


sambil terus menunggu kedatangan 

bukan pujangga sastra

membawa kabar dari surga

aku sempat bersyair 

di kamar mandi milik pesakitan


rumah sakit makin bertingkat-tingkat

orang-orang telah mengunyah permen coklat 

"sakit jantungnya harus ganti salah obat," ujar perempuan sulung sambil mengajak untuk pesta perjamuan 


telepon seluler telah berhenti berdering

pesta adat perutku  butuh asupan makanan sehat

mata uang juga makin liar 

masuk dalam selimut mimpi sorehari

diselesaikan dengan doa berdarah

tiap subuhhari dibungkus kegelisahan


RS.Bhayangkara Lemdiklat Polri, Jakarta Selatan, Kamis sore 16/6/2022



KUBURAN INSOMNIA 


sunyi subuh hari

tidurku di ranjang api

bantalnya ibu tiri

berkulit putih 


doyan makan anak babi

bersandal kayu jati

kejam dan sering bersetubuh dinihari

melahirkan bayi-bayi mandul

di kamar mandi 


masa remaja rajin manturbasi

sambil terus berpuisi

kadang terjebak di gubuk-gubuk banjir kali

tanpa nafiri dan petikan kecapi 


o, suara jangkrik malamhari

otakku ditombak nyaris mati ! 


disuntik tiga jam dalam sehari

menunya magadon, dumolit, dan valium

baru nyawaku terlelap

di semak-semak berduri 


Pamulang, Senin 24 Mei 2021


STAGNASI


diseret tubuh ke laut

ketika matahari bertambah kurus


sepi adalah guncangan karang tegar

telah kehilangan

potret paling hitam


sebuah jaring nelayan

tak terpasang di telinga kanan


airmata kembali tergenang

dalam lumpur tanah


dibedah tulang-tulang

seperti hewan buas


               Pamulang, Senin, 21/2/2022

---------------------------------------------------------------------

Biodata  : 

Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di

Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).

Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977. 


Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online,  negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.blogspot.com, sudutkerlip.com, kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.comliteranesia.comhariandialog.combisnistoday.co.id, sepenuhnya.comruangpekerjaseni.blogspot.com, dan majalah digital Apajake. 


Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021),  " Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).

Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022). 


Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.

Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), dan bekerja sebagai wartawan media online dan juga rohaniawan.

Email  : pulo_lasman@yahoo.com

HP       : 08561827332 (WA)




Posting Komentar

0 Komentar