005

header ads

Puisi Wais Al Mukhlis

 BALADA VIKRI AL BIPOLARI


Vikri Al Bipolari,

Tercatat dalam tambo rakyat nagari Teras Kabau:

Sebagai panglima bersenjata sajak

Konon, tangisannya serupa salju

Memutihkan segala musim

Membekukan segala ketaksaan


Tibalah ia pada sebuah masa,

Di saat ia jatuh cinta pada sebuah kelapa

Sajaknya yang tajam tak mampu

menembus kedalam batok yang kokoh


ia menyerah pada sebuah waktu,

di saat orang-orang kini mulai mengenalnya

sebagai seorang panglima bisu


kini, di setiap malam

pipinya akan memutih,

tubuhnya membeku.

Padang, 4 Desember 2021



KEBANGKITAN VIKRI AL BIPOLARI


Hari itu akhirnya tiba

Vikri Al Bipolari bermandikan air kelapa

Seluruh air mata yang membekukan tubuhnya mencair

Ia mulai terbangun dari hibernasinya yang lelap


Semua rakyat nagari Teras Kabau bersujud

Akan lahirnya kembali seorang panglima nan gagah

Dan akan ada yang berkata: “Akulah Vikri Al Bipolari,

Tunduklah dalam bait-bait puisiku

Niscaya itu ialah sebuah kitab

Yang akan menuntunmu menuju surga”

Hari-hari berlalu

Setiap hembusan nafas waktu selalu terdendang syair-syair

Setiap hembusan nafas waktu pula,

Satu kepala tertebas akibat sajak-sajaknya


Kini, apalagi arti sebuah kelapa?

Vikri mulai mencintai sebuah pisang goreng.

Padang, 4 Desember 2021


KUDA HITAM VIKRI AL BIPOLARI


Tak ada yang tahu sebelumnya,

Panglima sajak itu dulunya berkendaraan 

Seekor kuda hitam: surainya ialah sajak cinta,

Ringkikannya ialah sajak rindu, tapalnya ialah sajak patah hati,

Hentakan kakinya ialah sajak kesedihan


Tak ada yang berani dengan Vikri

Sampai kuda hitamnya hilang entah kemana


Tapi, kini ia telah bersama kudanya

Ia siap berperang dengan gagahnya

Demi dapat menikahi pisang goreng.

Padang, 4 Desembar 2021




KISAH CINTA VIKRI AL BIPOLARI


Orang bodoh mana yang mencintai pisang goreng

Selayaknya Rohana yang mencintai Abdul Kudus apa adanya?

Vikri Al Bipolari, jawabnya


Kata-kata menjelma merdu suara azan

Begitulah kiranya Vikri mengagung-agungkan pisang goreng yang ia cinta

Tetapi, tuhan berkata lain,

pisang goreng hanya mencintai kopi hitam


Vikri Al Bipolari yang mengathui itu

Mengutuk keras tuhan, ia bersumpah

Dengan seluruh sajak yang ia punya:

“Aku bersumpah, suatu hari akan datang masanya,

Orang-orang tak akan lagi mengindahkan kata-katamu”


Vikri menangis terisak sambil menunggangi kuda hitamnya

Meninggalkan nagari Teras Kabau

Setiap langkah kudanya menjatuhkan

harapan-harapan kosong terhadap tuhan dan pisang goreng


Dan kini, nagari Teras Kabau putih,

bagai sebuah nagari kapas.

Padang, 4 Desembar 2021



VIKRI AL BIPOLARI MENJEMPUT KEMATIAN


Suara malam

Tak lagi terdengar

Vikri menjelma bulan di langit malam

dengan awan mendung di sekelilingnya


Selepas sholat isya,

Ia meneguk air mata bintang-bintang

yang tercipta akibat hibanya ia pada kisah Vikri Al Bipolari


Teringat Vikri pada kata salah satu teman yang ia temui 

Di nagari Bangsat

“Berpuisilah jika kau ingin mati”


Mulailah ia menancapkan sajak yang tajam

Tepat di ulu hatinya

Puisi-puisi kosong berceceran di tanah

Akhirnya, seorang panglima sajak

Terbunuh oleh sajak yang ia punya.


Dan konon, puisi-puisi kosong itu

Tumbuh menjadi sebuah batang pisang.


Padang, 4 Desembar 2021





C:\Users\Hp\Downloads\WIN_20211015_01_11_34_Pro.jpg


BIODATA PENULIS

Wais Al Mukhlis, merupakan seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Andalas. Lahir di Padang, 22 Januari 2001.



Email : waisalmukhlis97@gmail.com

No. Hp : 089618038149

Instagram : wais.3gp




Posting Komentar

0 Komentar