005

header ads

Media bukanlah Tuhan


Tak terasa sudah hampir subuh. Sekitar pukul 3 dini hari saya berniat untuk tidak tidur bersama kopi dan rokok tentunya. Suasananya selalu tenang, relax dan pas buat santai. Hanya kesunyian ditemani sedikit orang dengan kesibukan dalam gudgetnya masing masing. Kecuali saya waktu itu. Saya hanya melihat gudget sesekali. Seperti Timeline story yang lagi aktif atau berita politik dan hiburan hari ini. Yaa itupun hanya sesekali.

Saya melihat satu anak yang usianya tidak lumrah untuk lingkungan dirumah saya. Seharusnya dewasa atau minimal remaja lah yang duduk ditempat ini sampai larut malam. Dan seharusnya lagi dia sedang tidur karena harus bangun pagi untuk sekolah dan mengumpulkan PR.  Ya juga tidak jadi masalah jika dia tak tau berita politik dan hiburan apa saat itu. Namanya juga masih anak SD.

Anak itu tergantung alasanya nanti saat pulang jika ditanyain bapaknya. 

Seusai menghabiskan satu batang rokok saya berhenti memikirkan nasib generasi bangsa setelah melihat anak SD nongkrong sampai subuh. Saya lebih tertarik melihat beberapa isu,  isu apa yang dimainkan media saat ini. Karena bagi saya media itu mainan, ciptaan dan bukan tuhan. Bahkan media mirip dengan game yang ada di gufget anak kecil didepan saya ini. Sama sama mengontrol pikiran, membangun asumsi.

Ketika Metro TV mengangkat berita Emil dengan Batu akik sebagai hadiah dari Partai NasDem misalkan. asumsi publik akan satu, padu dan selaras dengan berita itu. Atau dalam channel MNC Dengan Perindonya Hary T. Misalkan, melantunkan mars mereka.  Tapi sayang saya tidak hafal. Bukan berarti saya membenci Hary T.  Ya tapi karena jarang liat Tv. Kecuali saat Barcelona tanding.

Itu adalah siklus yang biasa ditemukan. Sama biasanya dengan siklus diperkopian ini: bahwa anak kecil dilarang sampai subuh, dikhawatirkan telat sekolah dan PR nya belum selesai.

Faiq Secret


Posting Komentar

0 Komentar