005

header ads

Jalan Tol Menuju Neraka dan Puisi Lainnya




 Lestari Sastra 



Masam di Pandang Mata



Sekejap senyum merekah di balik pintu

Isyaratkan kelabu

Kau indah, namun duri

Kau menawan, namun menyayat hati


Bisikan raut-raut masam pun bertengger di depan mata 

Kau ini siapa

Apa tanda yang ingin kau cari

Jelas-jelas di pandang mata masih terlihat abu belum resmi


Sebab hanya bilangan angka

Asumsi dan opini kian beterbangan di raut masa

Apa yang sebenarnya kau cari

Bukankah Ia adalah milik kita bersama? 


Lasem, 22 Juni 2023




Jalan Tol Menuju Neraka

 


Gina sangat sedih

Mendengar hati ibu kian mendayu-dayu lirih 

Ibu mengadu padaku

Perihal rasa iri dan dengki


"Nak, apakah aku salah menyembunyikan kemegahan ini didepan bapakmu?"

Sudah barang tentu  

Ayahmu akan merajamku

Karena merasa ia sangat direndahkan 


Lalu, Gina pun bergumam di bawah pohon cemara yang berlenggak-lenggok malu 

Seraya mengelus kambing gimbalnya


Seandainya kau bisa menafsirkan hati bapakku 

Kau akan melakukan apa? 

Lalu, terkejutnya Gina melihat reaksi kambing itu mengelus rambutnya


"Gina, andaikan aku bapakmu. Aku akan berkata jika aku sangat bangga. Karena kambing yang dapat berbicara ini bisa menolongmu untuk tak terperosot menuju ke jalan tol neraka" 


Lasem, 22 Juni 2023





Fantasiku


Diammu, simfoniku

Senyummu, misteriku

Teduhmu, kebutuhanku

Pesonamu menggodaku


Hanya sebuah titik dimana koma tak akan cukup untuk menghentikan fantasiku

Cinta adalah hierarki 

Apabila hierarki itu runtuh

Rusak susu sebelanga


Ia ibarat air yang jernih

Jika diobok-obok

Ikannya akan mabok

Seperti cintaku padamu


Lasem, 22 Juni 2023





Ajak Aku Jejal Duniamu



Dari satu waktu yang terukir di atas semesta

Hingga tak habis pikir

Apa saja pamrih yang harus ku berikan tuk malammu

Kau... 

Bagai bintang yang masih bingung

Untuk siapa dikau berpijar

Entah itu padaku

Atau pada langit yang lain


Aku sadar...

Kau belum leluasa merajah di atas langit-langit hatiku

Hingga kau masih carut marut

Dan memaksakan untuk berhias diri ke berbagai langit langit kelabu 


Jangan sekali-kali kau menoleh di samping laramu sendiri

Dengan luka-luka dan asumsi ragumu di masa lampau 

Dengan meneguk kopi dingin dan membaca buku lusuhmu terkoyak habis-habisan tertelan kenangan


Ajak aku

Untuk menjejal semua cerita dunia ini

Dengan banyak rasa

Dan derap langkah sedikit memaksa seperti kala itu

Lasem, 29 Juni 2023






Bukankah Kau Sayang Padaku



Ayah, bukankah kau sangat sayang padaku?

Namun, acap kali kau seperti geli menatapku 

Dan memalingkan kecut wajah pasimu

Aku hanya ingin sekedar mengeja A B C sampai Z

Seperti dulu saat waktu belum bisa ku jamah

Dan disaat aku masih belum mengerti

Mana air kencing dan mana air susu ibu


Ayah, bukankah kau sangat ingin memelukku?

Sedari kecil sampai anakmu secantik primadona yang kau kagumi di film nona biru

Tapi sering kali pantatmu terasa dingin untuk sekedar duduk bersanding

Seraya mendengar cericit burung sutra merpati


Dalam hati terbersit tanya yang menggebu deru, "Bagaimana aku bisa mencintai lelaki selain dirimu, jika kau saja tak bisa memberiku kasih sayang layaknya ayah dan anak?"


"Salahkah aku, menuntut bahagia?"


Lalu sang ayah menjawab, "maafkan ayahmu, Nak. Ayah hanya bisa melihat tanpa mendekat. Ayah hanya tidak bisa mengekspresikan rasa itu tertuang secara penuh di cangkirmu dengan khidmat."

Semenjak hari itu

Sia

ng enggan menggulung teriknya 

Dan hanya bisa berharap culas


Aku tertunduk dan berpekik


 "Cukup paham".


Lasem, 15 Juli 2023

Posting Komentar

0 Komentar