005

header ads

Puisi: Biarkan Raga ini Berlalu

 Biarkan Raga ini Berlalu


Tampak kusut wajahmu malam ini

Senyummu suram redup tak bermakna

Matamu berkaca-kaca oleh tenunan air mata suci

Suci nan tulus iklas dari jeritan hidup yang penuh rahasia


Begitu indah pelangi di pagi buta

Semerbak wangi dedaunan dalam genggaman embun

Dan senja dengan nuansa jingganya damai menyelimuti dunia

Begitulah ku ibaratkan arti hadirmu yang anggun


Namun ku pinta maafmu malam ini

Yang tak mampu menghapus air matamu

Yang tak mampu mendamaikan hatimu

Yang tak bisa menemanimu menangis

Yang tak mampu merangkulmu untuk berdiri tegak


Wahai Enu…

Kembalikan senyum terindahmu malam ini

Seperti malam-malam kemarin

Kembalikan wajah anggunmu malam ini

Seperti ketika ceriamu mengajakku bercanda


Oh, Enu

Seberkas senyum yang pernah kau titipkan pada arakan senja kemarin

Kini merasuk meramu detakan jantungku menjadi satu harapan

Harapan yang belum pernah ku dapatkan sebelumnya

Lalu pintaku, hapuslah air mata yang mengotori pipi meronamu

Sebab itu mengotori harapanku menjamu hari terindahku



Antara Kesendirian Dan Kata Rindu


Kesendirian bukanlah penjara

Sebab, ia juadah kalam merdeka

Balada panjang kasihnya

Dialog sujud tanpa penghalang


Kesendirian adalah gapura

Batas-batas tidak berpenghambat

Telaga pembasuh jiwa

Nyanyian pesta penghambaan

Di malam-malam panjang


Kesendirian adalah pencarian,

dalamNya

Rinduku bukan kata-kata

Kata-kataku adalah rindu

Menjangkau jantung hatimu kasih


Kata-kataku bukan rindu

Rinduku bukan kata-kata

Rinduku adalah aku

Aku yang merindukanmu


Lalik Kongkar, Peneliti di Lembaga Survei Demokrasi Indonesia Bangkit dan Pemerhati Pembangunan Desa Minat Kajian Politik Sastra dan Filsafat 


Posting Komentar

0 Komentar