005

header ads

Anto Narasoma: PERPADUAN CINTA DAN ALAM



*CINTA, alam, dan ruang hati, merupakan keindahan yang dilukis dengan kata-kata. Karena munculnya nilai estetika di balik kalimat puisi, adanya rasa cinta, kondisi alam, dan ruang perasaan (hati)*.

--------------------


Membaca buku bertajuk Kidung Hati Amreta_(sepilihan puisi) yang ditulis penyair Merawati May, cukup menyita perhatianku. Dalam  kumpulan puisi itu, penyair cenderung memokuskan cinta, alam, dan ruang perasaan yang ia tulis (  _feel of poe).


Dari 131 puisi yang disajikan Merawati May, hampir semua puisinya kacap oleh perasaan cintanya. Memang, jika ditelaah secara mendalam, tampaknya puisi yang dipilih May, cenderung mengarah ke perasaan cinta, alam, dan perasaan (kenangan masa lalu).


Karena itu penyair lebih mendalami kepribadiannya sendiri melalui frasa yang diungkap secara pribadi ( Komunikasi Antarpribadi : Pustaka Felica Januari 2013 j Dr H Syarwani Ahmad MM ).


Mengungkap ide dan fokus persoalan di dalam diri pribadi, merupakan persoalan dialog pribadi yang paling dalam (komumikasi antarpribadi). Hasilnya tentu sangat tajam masuk ke ruang psikologi diri sendiri.


Karena itu antologi pribadi bertajuk Kidung Hati Amreta ini banyak mengungkap soal rindu, cinta, dan nilai sosial kemanusiaan.


Penyair Inggris Ralp Waldo Emerson, mengatakan jika melihat puisi bentuk Kidung Hati Amerta bisa dipahami dari teori dikotomi dua sudut pandang, yakni, sudut bentuk dan isi.


Karena itu puisi Merawati May ini miliki struktur norma dari sejumlah lapis-lapis norma. Artinya, lapis norma di atas menyebabkan tumbuhnya lapis norma yang ada di lapisan bawah.


Coba kita perhatikan dari puisi pertama hingga ke puisi terakhir, penyair selalu mengungkap kalimat diliputi cinta dan kesenduan hatinya.


Coba kita perhatikan puisi bertajuk Perbedaan. Dari kalimat awal hingga akhir, penyair tak terlepas dari ungkapan sendu hatinya.


...Jauh di dalam hatiku// aku sangat menginginkanmu// karena kau mampu membuat semangatku kembali// setelah sekian lama meredup// badai cinta meluluhlantakkan hatiku// sehingga tak lagi menyakini cinta itu ada…


Dari bait awal ini bisa kita rasakan hakikat emosi yang terjadi di hati penyair. Karena cinta baginya (penyair) adalah segala-galanya. 


Justru setelah ia (lirik) "patah hati",  penyair tak meyakini adanya (kekuatan) cinta dan kesucian perasaan. Tapi setelah ada kau (dia) secara lirik, maka kekuatan hatinya kembali bangkit.


Dari apa yang ditulis penyair, emosi yang diungkap secara verbal itu merupakan daya ungkap sesuai peluapan spontan dari perasaan yang penuh daya. 


Hal itu dituturkan penyair melalui emosi atau nilai rasa (feel) yang dihimpun dari kematangan ide dan gagasan pribadi.


Penyair Inggris terkemuka, Ralph Waldo Emerson, mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin persoalan, dengan kata-kata sedikit mungkin.


Dari apa yang diungkap Ralp Waldo Emerson itu, merupakan rumusan puisi dari pandangan etimologinya. Karena itu, untuk meneliti puisi dari dalam, dan  harus dipahami.melalui unsur-unsur yang membangunnya.


Seperti ungkapan cinta dan kesenduan hari Merawati May ini. Sebab apa yang ditulis dalam geliat puisinya itu merupakan ungkapan murni tentang kerinduan yang dialokasi dengan perpaduan alam, kesedihan dan Tuhan.


Coba kita buka di halaman 10. Dari halaman ini terdapat puisi cinta dan keteguhan hati penyair yang begitu keukeuh dengan sikapnya.


Inilah puisi " Kemustahilan " yang diungkap penyair dengan sikap tegas dengan menyatakan...tak usah lagi keluhkan siapa yang salah (bait II).


Coba kita simak dari larik-larik yang penyair tulis..

Jangan memaksa lagi cinta ini bersemi// lelah aku tersiksa tutup saja semua cerita// waktu telah berlalu tak ada lagi jalan//


Lalu lapisan kalimat di bait kedua...Jika harus berpisah // ya sudahlah// Jika harus menangis, menangislah // Tak usah lagi keluhkan siapa yang salah....


Di lapis kedua (bait kedua) ini,  muncul kekuatan batin si penyair. Karena tiap karya memiliki latar belakang pengalaman secara menyeluruh tentang hidup dan kehidupan atau manusia dan kemanusiaan.


Sebab terciptanya karya sastra diilhami berbagai kondisi perasaan (feel) manusia. Realita kehidupan lengkap dengan berbagai nilai yang terkandung di dalamnya.


Karena itu karya yang ditulis pengarang diungkap dan direkam dan diolah sedemikian rupa. Kemudian, realitas tersebut diekspresikan penulis dalam gaya dan bentuk yang khas (Nico, 1993:1).


Jadi, karya sastra --termasuk puisi-- adalah artefak (benda mati) yang baru dan memiliki makna. Ini tentu saja menjadi objek estetik jika  diberi arti oleh pembaca. 


Seperti artefak peninggalan purba, memiliki arti jjka diberi makna oleh seorang arkeolog (A Teew, 1994: 191). Dengan demikian suatu karya sastra tak akan bermakna atau bernilai jika tidak diberikan arti atau diungkapkan maknanya oleh pembaca.


Memang, karya sastra merupakan struktur yang kompleks. Karena itu untuk memahami karya sastra (baca puisi), harus dianalisis secara mendalam, sehingga kita bisa memahami kandungan isi di balik rangkaian kalimat yang tertera (Hill, 1996:6).


Maka untuk menganalisis karya tersebut, terutama sejumlah karya puisi Merawati May dalam rangkuman buku " Kidung Hati Amreta " ini.


Mamang, karya sastra sebagai satu kesatuan yang utuh. Artinya, dalam satu karya, maknanya hanya dapat dipahami jika semua unsur pembentuknya diketahui dan hubungan di antara unsur-unsur pembentuk tersebut secara keseluruhan bisa dimaklumi (Hawkes, 1978:16).


Hawkes juga menambahkan bahwa unsur-unsur atau bagian karya sastra sebagai bagian dari struktur tidak mempunyai makna sendiri, tetapi maknanya ditentukan oleh hubungan dengan unsur-unsur, atau bagian-bagian lain secara keseluruhan.


Dari pengamatan selintas, memperlihatkan bahwa antologi Kidung Hati Amreta karya Merawati May ini mengungkapkan pengalaman batinnya sebagai penyair wanita.


Bahkan dari daya ungkapnya, selain cinta, marah, benci, dan mengagungkan kekasaan Tuhan. Namun apakah sajak-sajak yang terangkum dalam antologi itu hanya sekadar paparan terkait, cinta, marah, benci, kebersihan hati, dan keagungan Yangmaha Kuasa? 


Karena itu kekuatan isi dari balik lipatan karya puisinya perlu dianalisis. Dari acuan kalimat yang dipaparkan latar belakang dalam tiap piisi, menjadi objek penelitian yang menjadi rumusan masalah, yakni, apa makna yang terkandung di dalam sajak tersebut?


Atau adakah kolerasi antara makna dalam tiap sajak dengan sesuatu yang menjadi acuan penyair?


Penelitian ini sesungguhnya untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam tiap kalimat di antara buku kumpulan (antologi) puisi Merawati May.


Tentu saja, resensi ini untuk mengungkap makna yang terkandung di dalam kumpulan sajak karya Merawati May tersebut.


Di samping itu, esensi terhadap kumpulan sajak ini diharapkan bisa memperkaya khasanah sastra Indonesia umumnya, dan perkembangan sastra di Bengkulu.


Seperti biasanya, analisis sastra puisi ini dilakukan dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik ini didasarkan atas kajian adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang memiliki makna, dengan menggunakan bahasa sebagai medium.


Dengan kata lain, karya ssstra merupakan ungkapan gejala semiotik tingkat kedua, karena bahasa sebagai daya ungkapnya. 


Sementara tanda itu merupakan sesuatu yang mewakili untuk menggantikan sesuatu dalam batas-batas tertentu.


Sedangkan semiotik merupakan ilmu tentang tanda; yakni penhertian tanda, cara kerja tanda, dan penggunaan tanda (Zaimar :1993:1).


Sangat menarik untuk membaca, memahami, dan masuk ke dalam makna yang tertera di dalam kumpulan puisi ini. Karena itu pada awalnya kelahiran semiotik itu "dibidani" dua pakar, yakni Charles Sanders Peirce dan Ferdinan de Saussure.


Karena itu dalam setiap puisi, harus mempunyai makna dalam satu pokok persoalan terhadap tanda-tanda yang ada. 


Meski kadang-kadang tanda yang ada di balik landasan puisi itu terkadang tampak samar, namun tak ada satu puisi pun yang ditulis tidak mengandung arti.


Hanya saja banyak penyair yang menulis puisi secara tersamar, sehingga pembaca dituntut untuk lebih kreatif dalam menangkap apa yang hendak dikemukakan si penyair.


Namun sejumlah puisi dalam antologi Kidung Hati Amreta ini ditulis dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami secara esensial.


Sebagai ahli bahasa, Peirce mendefinisikan tanda dalam istilah proses triadik atau trikotomi yang disebut semiosis. Karena itu proses triadik atau trikotomi Peirce itu meliputi tiga kolerasi, yakni, (1) representamen yang didasarkan pada ground, (2) objek, dan (3) interpretan.


Sedangkan hubungan antara tanda dan acuannya diklasifikasi dalam tiga kelompok, yaitu (1) ikon, (2) indeks, dan (3) simbol.


Dalam kaitan ikon, ditandai dengan hubungan kemiripan antara tanda acuannya. Sedangkan indeks, didasari adanya kedekatan eksistensi adanya tanda dan acuannya.  Sementara simbol didasari atas adanya konvensi antara pemakai tanda tentang penggunaan tanda tersebut.


Karena itu dalam melakukan penelitian ini metodologi yang akan digunakan adalah struktural dengan pumpunan kajian dalam pencarian makna karya secara keseluruhan.


Apabila masuk ke dalam.analisis semiotik yang menjadi dasar untuk memahami isi puisi Merawati May, tentu berkaitan dengan pengalaman dan rasa yang muncul di dalam dirinya.


Seperti dalam puisi Lelaki Tua di halaman 127. Puisi ini menceritakan seorang laki-laki berusia tujuh puluh tahunan yang dinilai penyair sebagai lelaki (lirik) yang "berjiwa besi" dalam memperjuangkan cintanya (kepada Allah) dia begitu kukuh bersikap.


..Lelaki tua//umur tujuh puluh tahun//berjiwa besi laksana bara api// tangguh//duduk di serambi rumah//menatap langit//hujan turun//bumi menagis//awan mendung//petaka murka datang 


Dari larik-larik puisi yang diungkap ke dalam antologi puisi ini, tentu menjelaskan tentang tanda-tanda siapa, semangat, dan usaha lelaki (lirik)  itu.


Selain puisi Lelaki Tua di halaman 127,  masih ada puisi lain di halaman 131, bertajuk  _Biarkan Menjadi Sejarah_,  menarik juga untuk dibaca. 


Dari rangkaian kalimat dalam puisi itu, Merawati May lebih fokus ke perjalanan cinta masa lalunya. Tampaknya sosok penyair wanita ini memiliki kharismatik yang banyak disukai lelaki.


Namun tampaknya ia punya sikap sendiri. Seperti di kulit buku terakhir, misalnya. Manyatakan, "..Hidup adalah sebuah perjalanan. Terkadang kita lupa  di mana dermaga itu berakhir. Sama halnya kisah cinta kau dan aku. Entah, dari mana kita dipertemukan. Atas ridho Allah dan restu orangtua, kau dan aku menjadi kita"


Itu pernyataan penyair setelah membangun mahligai rumah tangganya. Meski demikian, masih banyak laki-laki yang mencoba mendekat. "Tidak. Suamiku adalah pendamping terbaik. Ia adalah teman tidurku," ujar May.


Meski ada hati yang terluka dengan pernyataan itu, namun posisi penyair sangat benar. Tak ada yang mampu menampik kebenaran itu. 


Karena itu, kalau ada lelaki yang terluka hatinya, salahnya sendiri. Mengapa menyintai wanita yang ada suaminya?


Kembali ke puisi " _Biarkan Menjadi Sejarah_, kisah cinta (lirik) masa lalunya cukup menarik. Bahkan dalam hubungan ini pendekatan kejiwaan dan falsafah estetikanya begitu kental.


Pendekatan dikotomi seperti ini memang membuat orang (pembaca) ingin lebih jauh memahami kisah perjalanan penulis pada masa lalunya.


Yang jadi pertanyaan, apakah salah andaikan ada orang tertentu yang ingin memahami lebih jauh secara instrinsik dan ekstrinsik?


Pertanyaan itu tampaknya harus dikembalikan kepada pembaca sendiri, terutama bagi lelaki yang tertarik kepada si penyair.


Hanya saja, kisah cinta dalam satu tipografi puisi, memang dibutuhkan kreativitas untuk memahaminya. 


Dalam larik (bait) pertama penyair mengungkap ...Seindah apa masa lalu// tak akan pernah kembali// hanya akan menjadi kenangan// yang melukai hati…


Dari ungkapan itu, ada sisi kekecewaan yang melukai hati penyair. Bahkan dalam bait ketiga penyair ungkap, ..Sehebat apa pun kisah lalu pernah kita jalani// biarkan menjadi sejarah cinta yang patah// untuk kita kenang// di dalam kehidupan…


Tampaknya isi sajak ini penuh dengan luka dan kekecewaan. Entah siapa yang memulai cinta berdarah itu dilakukan.


Namun dari uraian yang jernih dan tidak menggunakan diksi sulit dan tersamar, isinya jelas mengungkap persoalan kecewa dan kecewa.


Terkait kekecewaan itu ditegaskan penyair dalam bait kelima, ...Lupakan aku// dan biarkan aku tersenyum// di langkah cintaku// aku bukan lagi milikmu…


Begitu tegas si penyair menjelaskan, ..dan biarkan aku tersenyum.(larik kedua bait kelima).  Ini kalimat yang begitu tegar meski hatinya berdarah-darah, sehingga dengan tegas pula dijelaskan,..aku bukan lagi untukmu…


Memang, banyak penyair yang menulis puisinya secara tersamar. Bahkan untuk memahami kandungan sense of poem dalam puisi yang dibacanya, mereka harus menggunakan feeling (perasaan) yang tajam. 


Kita syukuri bahwa kumpulan puisi bertajuk " Kidung Hati Amreta ini ditulis secara terang dan jelas. Ibarat melihat pokok pandangan melalui kaca bening, kita bisa melihat isi ( fokus pandangan) secara jelas. 


Bagi penulis pemula sangat baik untuk membaca antologi puisi karya tunggal Merawati May ini. Tak ada manusia yang sempurna. Karena itu dari catatan yang saya himpun, ada beberapa kata yang perlu diperbaiki.


Misalnya dalam puisi Rahasia di Balik Cerita , May masih banyak memggunakan ungkap kata yang perlu diperhatikan dan dibenahi. 


Misalnya, ..Tersirat makna di atas lembar kanvas silam// debur ombak menghantam keras hamparan batu karang// aku goreskan syair aksara nan kelam…


Puisi ini ditulis seperti kalimat lama yang hanya memghadirkan kata-kata indah. Padahal yang menjadi pokok ungkapan adalah isi (sense), sehingga secara intensitas tujuan puisi itu lebih mengutamakan kalimat-kalimat membuai dengan kata nan(yang) dan lirih(pedih berdarah).


Meski demikian banyak puisi lainnya secara estetika sangat kuat dengan pengungkapan diksi (kata) yang baik dan benar.


Dengan demikian ungkapan puisi-puisi yang dirangkum dalam antologi " Kidung Hati Amreta ini mampu menyajikan imajinasi yang terarah sesuai The Concrete Word dalam penggalian simbol dan pemaknaan. Selamat membaca. Tabik !


Palembang

-----------------

6 Juli 2022












BIODATA

Anto Narasoma No HP. 081367459281. Alamat di Jalan Bendung Dalam(Sekip Bendung) gang pulau No.20/153 RT 36 RW 09 kel. 8 ilir kec  Timur 3 Palembang Bekerja sebagai wartawan. Puisinya banyak tersebar di berbagai media daerah dan nasional. Selalu diminta menjadi pembicafa sastra di berbagai Event.


Posting Komentar

0 Komentar