LIMA SAJAK YIN UDE
Menggali Luka
Menggali luka lagi dan kau temukan muka jadah
Apakah duka yang mengacungkannya
Tutupi nganga bernanah
Antara dataran angan dengan hari berjalan?
Kepala berapi
Sama menunggu sesuatu terbakar dalam dingin cuaca
Sayang diri
Sayang anak cucu
Sayang sekali, tak ada turunan dari masa depan menjunjung senyum
Paling senyum, seperti senyum dalam kanvasmu
Dilukis dengan mabuk, mungkin pula tergesa-gesa
Luka dan muka jadah tak akan pernah terurai
Sebab antara janji baktimu, janji bumi, janji langit
Juga janji Tuhan
Masih tersekat
Oleh jurang-jurang dalam
Yang terus menganga
Sumbawa Timur, 21 Juli 2022
Jalan Merdeka
Di sana
Selalu kulanggar tugu itu
Terbentur
Terjerembab
Tertindih
Oleh rubuhan diri yang tak kuasa menegakkan perkasa kota
Dan terus terjajah
Oleh makna yang dibikin seenaknya
Ah, aku terlambat tahu
Tugu-tugu itu jelmaan makhluk buas
Menyeret pejalan kaki, pengelana hari terik
Ke dalam gua kenangan
Kesadaran
Yang gelap gulita
Sumbawa Timur, 21 Juli 2022
Pesta Penyair
Para penyair berpesta
Di puncak menara katanya
Lalu matahari tergenggam
Ada kepala mendongak
Dari musim ke musim
Pening
Pusing
Harusnya rubuhkan menara itu
Ah, menara apa yang akan rubuh
Tak ada menara
Penyair pesta di dangau reyot, di tepi padang kering
Ada yang menjauh
Yakin telah ikut-ikutan mabuk
Sendiri
Sumbawa Timur, 21 Juli 2022
Dengan Chairil Aku Kalah
Aku yang ikuti kau
Atau kau ikuti aku
Kau punya sejarah
Tapi aku punya masa
Baiklah kita beriringan saja
Di bawah matahari kota, matahari desa
Yang ah, kalau ini sama cahayanya
Walau bayangan kita memapasi hari berbeda:
Kau bertemu Jepang, pancaroba, cinta tak sampai
Aku dibentur saudara, musim gelisah, kaburnya cinta
Puisimu –kulupa- kian jelma matahari sejati
Puisiku nyalanya berkecamuk dalam kamar sendiri
Orang-orang memandang tarian api dari luar jendela
Dan sejarah
Kalaupun nanti tertulis buatku pula
Hanya tentang tumpukan abu
Yang terbang dihapus dari masa
Yang terlampau berkuasa
Sumbawa Timur, 21 Juli 2022
Sia-sia
Aduh
Tolong
Kudengar bunyi itu dari dalam masjid
Kian deras dering telepon di langit tentunya
Karena khusyukku, khusyukku
Aduh
Tolong
Tolong
Aduh
Kulihat orang-orang di luar masjid
Memutuskan kabel-kabel telepon
Dengan taring, cakar-cakar, serupa monster
Sumbawa Timur, 21 Juli 2022
Bionarasi penulis:
Yin Ude, penulis Sumbawa Nusa Tenggara Barat, karyanya berupa puisi, cerpen dan artikel dipublikasikan di berbagai media cetak dan online di dalam dan luar Sumbawa, seperti Lombok Pos, Gaung NTB, Suara Muhammadiyah, Sastra Media, Elipsis, Bali Politika, Uma Kalada News, Negeri Kertas, Suara Krajan, jurdik.id. dan Indonesiana. Memenangkan beberapa lomba penulisan seperti Juara 2 Lomba Cipta Puisi Bulan Bahasa Himapbi Universitas Asy’ariah Mandar, Sulbar (2021), Anugerah Puisi Terbaik Peringatan Konferensi Asia Afrika Tahun 2022 Negeri Kertas, dan Anugerah Cerpen Terbaik Hari Nelayan Nasional Tahun 2022 Negeri Kertas. Puisinya termasuk dalam 10 Karya Kandidat Pemenang Sayembara Puisi Teroka-Indonesiana Tahun 2022. Telah menerbitkan buku tunggal Kumpulan Puisi dan Cerita “Sajak Merah Putih” (2021) dan Novel “Benteng” (2021). Puisinya termuat pula dalam belasan antologi bersama penyair Indonesia. Terbaru adalah Antologi Puisi “Minyak Goreng Memanggil” (2022).
Facebook: Yin Ude
Kontak: 087810071573 (WA)
Email: abidanayi@gmail.com
0 Komentar
Andai bisa klaim Honor untuk karya puisi dan cerpen yang tayang sejak 1 April 2024