005

header ads

Puisi MENUNGGU KEKASIH GODOT | Andri Pituin Cianjur (Andri Irawan)

Puisi  MENUNGGU KEKASIH GODOT

| Andri Pituin Cianjur (Andri Irawan)


Tuan Godot yang autis 

   menunggumu serupa 

      menunggu keadilan 

        yang tak pernah datang.

     Misalkan Libra adalah kekasihmu

        ia hanyalah patung bugil

               dengan mata tertutup 

                    kain hitam keadaan:

             Menimbang-timbang

                wajah pantomim 

                 benama jeda 

                   yang tunggu

                     terlampau dungu.


      Sementara waktu menjelma gembala

        seperti Estragon yang sabar

           membebaskan kakinya 

             dari sepasang pengap 

                sepatu boot gusar

                  ke dunia liar.


Berjalan dan berjalan

   padang kematian di depan, tergambar

        luas menampar.

         Bahkan bukan itu yang ditunggu,

            ia tetap tegar menunggu kekasihmu.

       Meski dari lubang sepatu

          hanya menyisakan hamparan bau.


          Vladimir sang pemikir

             menemukan burung terlempit

              di balik topinya yang murung

                 -- sebuah lipatan kecil ingin lepas

                    mengirup udara bebas

    

             Sebentuk origami

         semacam surat singkat

      yang ditulis tanpa alamat

          huruf-huruf tercekat kilat

              dalam obsesi nina bobo

                 teramat panjang, cukup bosan.


     Di bawah pohon, di atas guguran daun

      dengan rantai melilit leher serta

         tumpukan kopor menggelayut sikut

            beban bermuatan batu-batu harapan

      kulihat Lucky tak kenal menyerah

         atas kebodohan, mempertahankan

            titel budak belian sepanjang zaman.


    Baginya Pozzo adalah hukum rimba

     yang luluh jika drama panggung

       segera usai dan dimenangkan.


    Sementara Beckett yang pendendam

       tetap terdiam di sudut-sudut halaman

       memainkan seluruh peran selama 4 bulan

           mungkin hingga bulan-bulanan

             ke depan.


Ah Godot, di manakah sebenarnya engkau?

  Apalagi jika harus menunggu kekasihmu,         

        barangkali untuk membayang wajah 

           yang lugu itu adalah hal mustahil. 

     Andai kau tak ingin menemuiku

  aku ingin bermain serong 

        sebab kuhadirkan mesum

            pada tubuh muskil kekasihmu.


Aku selalu datang ke tempat hening ini

     di mana suara gaibmu pernah menggema

    serupa Sisifus yang terus 

         mendaki bukit

        lalu tergelinding terhimpit batu

             ibarat Clowy: sirkus yang melucu.


        Hampir di akhir babak yang belur.

    Bocah kecil dengan bordir lapar

         lewat membawa kabar ngawur.

              "Esok kau akan datang."



       Dan itu bukanlah 

         tamsil yang kutunggu.

        Aku akan tetap sentimentil

          menunggu absurd; kekasihmu datang.

             meski bedil, menakwil perang.


Cianjur,

APiC. 05-08-2021.
























Tentang penulis:

Andri Pituin Cianjur (Andri Irawan), lahir 11 September 1986, seorang penyuka lemon dan jamu godok. Aktif menjadi pengelola grup Menulis Puisi Huma belakangan ini. Lebih sering menulis di Facebook, baginya membaca dan menulis puisi adalah hobi. Bisa dikunjungi lewat FB maupun IG: @andripituincianjur. WA 082143498969, email: andrivedca@gmail.com



Posting Komentar

0 Komentar