005

header ads

RMD Puisi Ngadi Nugroho

 Ngadi Nugroho

MALAM SERIBU BULAN

Langit seakan runtuh. Menjatuhkan mimpi-mimpinya untuk disambut angin. Menerbangkan pucuk-pucuk harapan di ladang hati yang gersang. Dan rembulanpun mulai retak, sinarnya tak sempurna jatuh di tajam ilalang. Berpendar, kilatkan kepak kunang-kunang. Mata yang terpejam beringsut melihat bintang di angkasa. Adakah rindu yang lupa disambut seorang hamba. Hingga malam seakan sesayu mata.

Selembar sajadah coba kubentangkan. Mendirikan alif yang teramat sempoyongan dihantam hidup. Dan “kun” seolah tak mujarab menguras air mata menjadi kering. Malam ini airmata itu menetes kembali. Menjadi larik-larik dosa yang tertinggal, coba dihantarkan diri yang sepi; menuju Arsy 

Jari-jari menengadah menjadi seribu ingin, merepih malam-malam yang dingin. Memohon kepada Tuhan lewat serpihan bibir penuh luka. Namun setan, selalu membisikkan doa itu jatuh sebelum Tuhan mencatatnya. Jatuh bersama hujan yang datang di pertengahan ramadan. Oh Tuhan, betapa tak tahu malunya aku, memohon padaMu dengan segenap lukaku. Sedangkan yakinku masih gagap menangkap isyaratMu. Dan setan selalu saja asyik kucumbu di atas putih sajadahMu.

Kaliwungu, 2022


Ngadi Nugroho

Lahir di Semarang 28 juni ’78, menulis sajak/puisi adalah salah satu kegiatan yang digemarinya. Beberapa sajak/puisinya ada di beberapa antologi ( Pujangga Facebook Indonesia, Lumbung Puisi, Progo7, Perayaan Hari Puisi Dunia dll ) dan media massa. Terkadang menggunakan nama pena dimaz nunug.

Email: ng.adinugroho81@gmail.com





Posting Komentar

0 Komentar